38.💫

18 2 0
                                    

38

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





38. Pacaran



🌟🌟🌟



Sudah kesekian kalinya lagi lagi Kira menatap dirinya di depan cermin.

Perempuan itu berdecak kesal, karena masih ada beberapa helai rambutnya yang menurutnya belum rapi. Dan lagi lagi ia melepas ikat rambutnya dan mengulangnya kembali entah sudah yang ke berapa kali, supaya rambutnya terikat dengan rapih.

Karena hari ini Alaksa akan menjemputnya untuk berangkat bareng ke sekolah, tentu saja Kira sangat senang. Awalnya Kira memang menolak secara halus, karena Kira yakin pasti ia akan menjadi bahan gunjingan saat di sekolah oleh para siswi pengagum berat Alaksa.

Tapi setelah mengingat ucapan Manda untuk menerima dan terus mendekati Alaksa, supaya laki laki itu tak pindah ke lain hati. Akhirnya Kira meng iya kan ajakan Alaksa untuk berangkat sekolah bareng, ia tak peduli jika harus menjadi bahan gunjingan para perempuan genit itu.

Toh, Kira sendiri yang menjalani hidupnya. Ia sendiri juga yang harus memilih sesuatu yang terbaik untuk dirinya.

Setelah dirasa rapih dengan penampilannya, Kira segera menyambar tasnya dan turun ke bawah untuk menunggu Alaksa. Karena Kira yakin, laki laki itu pasti sebentar lagi akan sampai di rumahnya.

"Pagi sayang," sapa sang papa.

Kira menghampiri papanya dan mencium sekilas pipi pria itu.

"Pah aku berangkat ya."

Zaki megernyitkan keningnya. "Kok buru buru sih? Sini sarapan dulu, jangan kebiasaan nggak sarapan, kamu kan punya maag."

"Gampang pah, nanti kalo udah nyampe di sekolah aku langsung ke kantin buat sarapan."

Zaki mendengus. "Kira...kamu tuh suka lupa, papah tau. Jangan bandel deh, ayo makan."

Baru saja Kira ingin menjawab papanya, tiba tiba ada suara notifikasi pesan masuk di ponselnya.

"pah aku berangkat sekarang ya, dadah papah." Kira segera menyalimi papanya dan pergi keluar rumah, bahkan perempuan itu tak menoleh saat Zaki terus memanggilnya.

🌟🌟🌟

"Kenapa mesti nunggu disini sih? Gue nggak apa apa kok kalo harus ketemu sama bokap lo," ujar Alaksa. Saat melihat gerak gerik Kira yang menghampirinya, namun masih sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan kalau papanya tak mengikutinya.

Kira menatap Alaksa jengah. "Lo tau sendiri waktu itu papah gue ngedukung hubungan lo sama calon anak tirinya itu. Kalo misalnya dia tau kita pacaran, yang ada lo malah di cap buruk sama bokap gue."

Kira memang menyuruh Alaksa untuk menjemputnya di ujung jalan kompleknya, karena ia tak mau kalau Alaksa di tanyai macam macam oleh papahnya.

OUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang