Bag

3.6K 241 7
                                    

"Nih tas kamu." kata Zayn.
"Kok kamu semalam gak ke rumah ku aja buat balikin?" Protes Kenni
"Heh? Masih mending aku balikin, kamu malah protes, gak bilang thanks gitu?"
"Sorry sorry. Thanks yaa. Hehehe."
Kenni berniat untuk melihat isi tasnya, tetapi Zayn mencegat.
"Heh! Aku gak ada nyolong apa - apa kok. Gak usah di cek gitu."
"Loh? Bukan itu maksud aku. Geer! Aku cuma mau liat pr ku."
Sebelum Zayn menjawab, tiba - tiba ada lelaki asing teman sekelasnya yang ngajak bicara Kenni.
"Hai," sapa lelaki asing itu.
"Eh? Hai juga." jawab Kenni. Zayn menatap cowok itu sinis.
"Siapa nama kamu?"
"Aku Kenni, kamu?"
"Aku Liam, salam kenal yaa."
"Iyaa,"

*****

Kelas pun dimulai, Pak Seni Budaya menagih tugasnya. Tiba - tiba Kenni berdiri dan maju kedepan karena yang tidak mengerjakan tugas diwajibkan untuk maju kedepan, tetapi tiba - tiba Zayn menarik tangan Kenni dan mengisyaratkan kepadanya untuk tetap duduk. Zayn mengambil buku gambar Kenni dan juga buku gambarnya sendiri untuk dikumpul. Kenni hanya melongo atas kejadian tersebut.

*****

Bel tanda istirahat berbunyi, Kenni masih tetap bingung memikirkan tingkah laku Zayn yang sangat aneh.
"Hei ken."
Diam...
"Heii.." "Hoiii," "WOII!"
"Hah? Apaan?"
"Dasar lemot! Kamu ngapain bengong gitu? Gak mau istirahat nih?
"Males,"
"Liat dulu tas kamu, tadi ada sesuatu loh."
"Sesuatu? Apaan? Jangan bilang kecoa!! Arrgghh!" Teriak Kenni yang hampir melempar tasnya ke muka Zayn.
"Astaga ken, bukan keco-"
"Apapun itu Zayn, keluarin sekarang juga!!"
"Ya ampun," kata Zayn sambil membuka tas Kenni, "See? Nothing, right?"
"Wait wait, ini apa?" Kata Kenni dengan polosnya sambil memegangi sebuah kotak bekal yang terbungkus rapi ala Jepang.
"Bekal kamu kan?"
"Aku gak bawa bekal Zayn."
"Loh? Lalu.. itu...itu apa? Jangan - jangan, "
"Jangan - jangan?" Tanya Kenni
"Hantu."
"Heh!"
"Bercanda ken, yaudah. Makan yuk, aku lapar banget jadi jangan banyak ngomong."
"Iya iya."

*****

"Udah 1 jam berlalu setelah istirahat, kejutan - kejutan kecil itu belum juga dia sadari. Wait, kenapa dia diam aja dari tadi? Masa dia gak sadar? Masa sih? Sepolos itu kah dia?" gumam Zayn dengan gelisah dalam hati.

"Astaga ken, lu mikir apa sih? Gak mungkin lah cowo se-tampan Zayn bakal ngerjain tugas lu, bawain lu bekal lagi. Bangun ken, ya ampun. Wait, apa yang tadi aku bilang? Dia ganteng? Well, sedikit. I mean, lumayan. No! Kece parah! Astaga!! I'm crazy!" gumam Kenni dalam hati.

*****

Bel pulang sekolah berbunyi, disertai dengan hujan deras, sedari selesai istirahat Kenni memang hanya diam saja.
"Aku harus cari Zayn." kata Kenni dalam hati. Matanya menyapu sekelilingnya untuk melihat mencari wanted Zayn (?)
Akhirnya Ia melihat Zayn yang muncul dari kantin. "Hei," panggil Kenni sambil berlari kearah Zayn.
"Astaga ken, baru aja ku tinggal 5 menit, kamu udah kangen ya sama aku?" Canda Zayn.

"Mungkin dia mau berterimakasih." pikir Zayn.

"Enak aja, aku tuh mau minta kamu antarin aku pulang tau," elak Kenni.
"Pemanfaatan ya kamu!!" Ucap Zayn.
"Yaudah de, sorry. Aku pulang sendiri aja,"
"Hei, bentar." kata Zayn lembut.
"Kenapa?"
"Aku ambil mobil dulu diparkiran." jawab Zayn.
"Tunggu," kata Kenni mencegat.
"Astaga ken, aku cuma ke parkiran, jangan kangen terus, kamu manja banget sih, dimobil masih banyak waktu kok," kata Zayn ngasal.
"Ihh, pervert! Aku cuma mau suruh kamu pake jaket kali!!"
"Untuk apa?"
"Kamu gak bisa liat ini hujan?"
"Ya ampun, gak usah khawatir, aku gak bakal sakit kok kalau hanya kena ini,"
"Pake aja jaketnya."
"Aku gak bawa jaket, ken,"
"Nihh," kata Kenni sambil menyodorkan jaketnya,
"Jangan, nanti basah."
"Pake, nanti sakit."
"Gausah kenn"
"Pake."
"Nanti basah, sayang."
"Heh?" jawab Kenni dengan muka merah, senyum - senyum gak jelas dan deg - degan.
"Kalau kamu gak pake, aku pulang sendiri." ancam Kenni.
"Heii, iya iya aku pakai. Okay?"
"Okay"

*****

"Zayn," Kenni angkat bicara.
"Ya?"
"Thanks ya,"
"Buat apa?" tanya Zayn pura - pura bego.
"Gambaran, bekal, dan tumpangan pulang, mungkin."
"Hahaha. Ternyata kamu gak bodoh - bodoh amat yaa.. Hahaha."
"Ihh, aku tuh emang pintar tau."
"Hahaha, yaudah deh."
"Anw, bekal itu kamu masak sendiri?"
"Yap."
"Wow!"
"Thanks!" Jawab Zayn dengan pedenya
"Hahaha, dasar pede!"
"Gak apa - apa kan? hahaha"
"Iya juga sih."

"Ken," panggil lelaki itu.
"Ya?" Sahutku.
Dia mendekat ke aku, serta memegang pipi kananku.
Semakin dekat, semakin dekat, Zayn semakin dekat! Dan aku pelan - pelan menutup mata ku.
Tapi dia tiba - tiba berkata, "Kita udah sampai, ken"

Zayn P.O.V
"Kita uda sampai, ken" kataku dengan gugup. Kuharap Ia tidak menyadarinya, tapi wait, dia merona? Yap, kayak tomat. Kelihatannya dia gugup. Bagaimana tidak? Ia seperti ditolak oleh ku. Dasar Zayn bego!
"Ken," kataku.
Belum dijawab, tapi aku udah menyambar, "Kamu bahkan belum bilang 'Thanks, Zayn.' ke aku, dan kamu udah mau masuk kerumah?
"Thanks Zayn."
Mungkin dia kesal.
"Tunggu." kataku.
"Apa lagi sih?" Jawabnya.
Yap, dia kesal padaku karena tingkahku tadi yang tidak jadi mencium bibirnya.
"Kamu gak mau tas kamu?" Jawabku.
Dia langsung mengambil tasnya di jok belakang melalui pintu depan, aku tak mengerti kenapa dia tidak membuka pintu belakang saja, tapi seketika pipinya dekat sekali denganku, jadi aku mencium pipi lembut itu. Astaga, Ia merona.
"Hati - hati dijalan" katanya tiba - tiba.
"Iyaa, byee sayang." candaku.
Sekarang pipinya udah seperti kepiting rebus. Kenni terlalu cantik.

Kenni P.O.V
"Astaga, Zayn mencium pipiku!!!! Tapi kenapa tadi dia gak cium bibirku aja (?). Uh! Ken! You've gone too far!" Pikirku.

*****

Kringg.. kringgg..
"Telpon dari siapa jam segini?" gumamku dalam hati, kemudian aku mengangkatnya.
"Halo."
"Hei, ken."
"Zayn?!"
"Kamu udah makan malam?"
"Udah, barusan. Kamu?"
"Udah juga."
"Wait wait, darimana kamu dapat nomor aku?"
"Dari buku kamu."
"Astaga, dasar kamu ini. Benar - benar kayak dukun tau. Hahaha."
"Enak aja, dukun berkumis lebat banget, aku mana mau jadi dukun."
"Hahaha,"

Haii guys!! Tawar banget ya part ini. hehehe. lain kali aku tingkatkan lagi kok.
Vote vote yaaa!!
-Author-

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang