Bradford. Seriously?

1.9K 153 4
                                    

"Zayn. Jangan gila. Besok kita harus kuliah." Kata Kenni yang sedang berbaring dikasur.
"Aku tidak gila ken, sepertinya kau yang sedikit gila."
"Hah?" Tanya Kenni. Tapi karena menyadari Zayn akan memciumnya, ia langsung menutup mulut dengan tangan. Zayn langsung tertawa.
"Padahal aku baru mau mendekat." Tambah Zayn sambil nyegir.
Kenni hanya mencibir.
"Kenni, jangan pikun dong, kan kita kuliahnya minggu depan." Tambah Zayn lagi."
"Masa? Seriusan? Masa sih? Siapa yang bilang? Kapan bilangnya? Kok aku gak tau?" Balas Kenni dengan pertanyaan yang bertubi tubi.
Zayn langsung tertawa keras sekali. Awalnya Kenni mencibir. Tapi, karena Zayn tidak berhenti tertawa dan tawanya juga menular ke Kenni. Entah kenapa, Kenni juga ikut tertawa saat Zayn tertawa, malahan setelah Zayn selesai tertawa, Kenni masih tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya.
"Kamu cantik kalau lagi tertawa." Kata Zayn tiba tiba dan mampu membuat Kenni langsung berhenti tertawa.
"Kenapa berhenti? Seriusan. Kamu cantik banget kalau tertawa."
"Jadi biasanya gak cantik?" Kata Kenni sambil cemberut.
"Hahaha. Cantik juga kok. Tapi lebih cantik tertawa." Jawab Zayn sambil mengecup pipi Kenni cepat.
Kenni blushing.
"Aw. Ternyata blushing membuatmu terlihat makin cantik."

Kenni P.O.V
"Aw. Ternyata blushing membuatmu terlihat makin cantik."
Well. Zayn mencoba menggodaku.
"Shut up Malik."
"What? I'm telling the truth." Jawab Zayn sambil nyengir gak jelas.
"Ya ya ya." Jawabku acuh tak acuh sambil membelakanginya. Mencoba untuk tidur.
"Hahaha. Goodnight Mrs.Malik"
"Jangan seenaknya." Jawabku dengan nada yang pura pura dingin.
"Dasar. Sebenarnya kau menginginkannya bukan? Ayolah ken. Jujur saja."
"Maaf. Aku udah tidur." Jawabku. Aku menahan godaan untuk tertawa keras. Aku dapat merasakan Zayn juga menahan tawanya dan senyumnya mengembang. Tiba tiba pipiku terasa panas. Zayn memelukku dari belakang. Artinya, dia.. dia sekarang lagi tidur disampingku?! Sial.
"What are you doing? Malik. Are you crazy?"
"Sstt.. I'm crazy of you." Jawab Zayn sambil mempererat pelukannya.
Aku meronta minta lepas. Aku bergerak ke arah manapun. Dan karena itu, kaki Zayn malah menambah melingkari kakiku. Menjadikanku seperti guling.
"ZAYN JAVADD MALIK!! LEPASKAN AKU SEKA-"
"Diamlah ken, sebentar saja." Jawab Zayn sendu. Tiba tiba aku terdiam. Perkataan yang dikeluarkan Zayn itu terdengar sangat sarkastik. Seperti aku akan pergi jauh darinya. Ya, kau berlebihan zaynie.
"Zayn. Aku kan gak bakal pergi kemana mana kok."
"Kau memang tak boleh kemana mana." Jawab Zayn.
"Tapi dengan hak apa kau melarangku?"
"Eh? Oh iyaa. Besok kita jadi ke Bradford?"
"Jangan alihkan topik Zaynie. Jawab aku."
"Aku tak tau ken. Astaga. Jangan tanya itu."
"Maksudmu?" Mataku sudah mulai berkaca kaca. Apa maksud dia 'tak tau'?

"Jangan menangis ken, bukan itu maksudku, aku.. aku hanyaa.  Aduh. Yang penting aku mencintaimu."
Aku langsung diam. Jantungku berdetak tak karuan, pipiku memanas lagi, banyak kupu kupu diperutku. Gila! Zayn hanya mengucapkan beberapa kata saja, tapi sudah bisa membuat aku terbang. Sial.

Zayn P.O.V
Aku sama sekali tidak bermaksud untuk mempermainkan Kenni atau semacamnya, aku.. aku hanyaa menunggu tanggal dan tempat. Aku ingin menembaknya -lagi- di Bradford. Besok.
"Jadi, Bradford, besok. Deal?" Tanyaku penuh semangat.
"Deal." Jawab Kenni yang sudah setengah tidur. Aku menyukai posisi ini. She really fits in me. Badan kecilnya itu sebenarnya tidak berat, makanya ia tidak dapat menepis pelukanku.

Aku tak dapat menahan senyumku saat mendengar dengkuran kecilnya, dengkurannya sangat pelan, halus, dan terdengar sangat manis. Sebenarnya, semua yang ia lakukan selalu terasa manis oleh ku. Aku mengecup pelan kepalanya. Sial, bahkan aroma rambutnya pun sangat manis. Dia benar benar sangat memabukkan.
Aku dapat mendengar ocehan kecil Kenni saat aku mencium kepalanya. Apa dia belum tidur? Astaga.

Kenni P.O.V
Zayn masih memelukku, tapi hanya dengan tangan. Kakinya sudah lepas dari kakiku, mungkin ia takut aku kesemutan. Astaga, hangat sekali pelukannya. Ia mengecup kepalaku dari belakang saat aku sudah hampir tidur. Aku hanya diam. Entah mau bilang apa. Tak lama kemudian, akupun tertidur. Aku tak peduli lagi tentang posisi kami sekarang, padahal tadi dia bilang 'Sebentar saja.'
Dan.. aku menyukai posisi ini sebenarnya. Entahlah. Aku hanya merasa nyaman.
 
*****

11.00 p.m

Tiba tiba aku terbangun karena.. entahlah. Hanya terbangun mungkin. Mungkin.
Aku melihat manusia disebelahku tertidur dengan pulas, tapi masih memelukku erat. Dasar, cowo ini. Aku mencoba berbalik kearahnya, membalas pelukannya sebentar, lalu mencium pipinya, kemudian aku mencari selimut, menutupi Zayn dengan selimut sampai dagunya. Aku memutuskan untuk tidur dikamar Kate.

Tepat setelah aku menyelimutinya, ia menarikku lagi. Menjatuhkan kepala ku di dadanya yang bidang.
"Za..zayn. Kau belum tidur?"
"Dan kehilangan momen indah ini? Tak akan."
"Dasar." Jawabku sambil mencubit pelan perutnya. Lalu membenarkan posisiku. Tapi Zayn memelukku lagi.
"Zayn. Nanti tanganmu kesemutan." Kataku sambil mencibir.
"Jangankan kesemutan ken, kegajahan pun aku tak keberatan."
"Kegajahan? Maksudnya apa?"
"Lupakan. Aku pun tak mengerti apa maksudnya."
"Dasar. Mana ada orang yang tak mengerti apa yang dia bicarakan."
"Ada kok. Aku orangnya."
"Kau bukan orang Malik."
"Kau yang bukan orang Mrs.Malik"
"Loh? Kok kamu malah-"
"Diamlah ken, aku mengantuk. Sangat mengantuk. Besok kita harus ke Bradford."
"Tak ada yang kita bilang harus pergi kok."
"Aku yang bilang sayang. Sekarang diamlah."
"Iya iya. Cerewet."
"Kamu yang cerewet."
"Yayaya. Sekarang diamlah." Jawabku sambil meniru gaya bicaranya.
Zayn hanya tertawa. Lalu aku pelan pelan pun tertidur, entah dia tidur atau tidak. Aku tak peduli. Yang jelas aku mau tidur. Tidur! Aku sudah mengantuk. Sangat!

*****

"Zayn bangun."
Tak ada jawaban.
"Zaynie. Hey. Bangun"
Masih tak ada jawaban.
"Zayn. Zayn. Zayn. Bangun. Bangun. Bangun. Oh.. ayolah. Apa kau mau ketinggalan pesawat?"
Zayn masih tetap tak menjawab. Firasatku tak enak. Karena aku memang tak melihat mukanya, dia membelakangiku maksudnya. Aku sudah bersiap siap. Dan ayolah.. dia tak apa apa kan?
"Hey. Zayn. You alright?" Kataku sambil menghampirinya. Sebersit rasa khawatir menghantuiku saat aku berjalan mendekatinya. Dan ternyata..
Dasar. Dia tak apa apa. Malahan masih tertidur dengan lugunya. Aku menampar pelan pipinya. "Zayn. Come on Malik. You make me worry."
"I'll never wake up without morning kiss." Jawabnya dengan suara berat. Suaranya terdengar sangat.. err.. memabukkan. Saat pikiranku dipenuhi oleh suara beratnya, ia bangun dan mengecup cepat bibirku.
"Aku anggap itu morning kiss. I love you." Katanya sambil berjalan ke kamar mandi.
"Dasar. Malik gila." Kata ku pelan.
"Kau yang membuatku gila White."
Eh? Kenapa dia memanggil aku 'White'?
"Kenapa kau memanggil aku 'White'?"
"Kau memanggilku 'Malik'."
"Itu kan namamu."
"Astaga Kenni. Itu juga namamu."
"Eh? Oh iya. Hahaha. Aku lupa."
"Sepikun itu kah kau?"
"Ya begitulah."

"Zayn. Tak ada kata 'Ratu Mandi' ya.."
"Iya iya. Ini tak akan lama." Jawab Zayn yang langsung keluar dari kamar mandi. Bau sabun favorit ku menyeruak memenuhi ruangan.
"Hei! Kau memakai sabun favorit ku!" Teriakku ke Zayn.
"Eh? Kau menaruhnya disana White. Dan kau tidak memberitahuku kalau itu sabun favoritmu."
"Yayaya. Terserah kau." Jawabku, aku tak mau memperpanjang masalah. Dan aku lagi malas bicara sama Zayn. Dia menyebalkan.

"Hahaha. Kau lucu ken kalau lagi marah. Dan.. err. Cantik."
"Jangan menggodaku Zayn. Akan ku jamin kau kecewa nanti."
"Apa? Seriusan. Aku tak sedang menggodamu Nona Malik"
"Kalau begitu aku tak jadi pergi ke Bradford." Jawabku tegas.
"Eh? Iya iya. Sorry. Jangan gitu dong. Marah marah terus dari tadi. Kamu lagi pms emangnya?"
"Kau hanya membuatku makin marah Zayn."
"Okay okay. Sorry." Jawab Zayn sambil memelukki dari belakang.

"What happened? Apa ada masalah yang menghantui mu princess?" Tanya Zayn lembut. Sangat lembut.
"Ya. Aku dalam masalah. Dan satu satunya masalahku yaitu sekarang sudah jam 06.45 dan kau dengan bodohnya memesan tiket jam 07.00. Padahal mulutku sudah hampir tak berludah lagi untuk membangunkanmu Zayn. Sekarang ayo kita berangkat."
Zayn tertawa keras sekali. Aku pun tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Padahal aku ingin terlihat galak. Tapi, yasudahlah. Aku senang kalau dia senang. Dan tampaknya dia juga begitu.

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang