Kami sampai di bandara Bradford. Finally. Sebenarnya aku sangat menikmati perjalanan tadi kalau saja manusia ini enyah dari sampingku.
"Zayn, kau sangat menyebalkan tadi."
"Eh? Kenapa?"
"Kau ribut sekali, padahal aku ingin diam dan melihat awan saja. Tapi kau cerewet terus."
"Kan gak seru kalau diam. Masa diam saja di pesawat saat perjalanan panjang itu?"
"Yang penting kau menyebal-"
Zayn mengecupku cepat. Tepat di bibir.
"Kau yang memintanya." Sela Zayn cepat.
"Hei! Aku bahkan tidak mengatakan apapun tentang itu."
"Sudah lah. Aku tahu ken. Kau pasti bawel kalau tidak dapat ciumku. Akui saja. Aku mengetahuinya kok."
"Mengapa kau menyebalkan sekali Zayn? Huhh. Kalau begini, lebih baik aku tidak datang."
"Hei. Kau yang bilang bahwa kau merindukan saudaraku, bukan?"
"Terserah apa katamu." Jawabku sambil menepuk dahinya dan berlari pelan mendahuluinya,
"Hei. Nona Malik. Tak baik memukul calon suami mu." Kata Zayn setengah berteriak membuat perhatian orang orang bandara tertuju padanya."Zayn! Kau memalukan, menyebalkan, dan terlalu pede." Semburku langsung saat Ia sudah menyeimbangi posisiku.
"Yang penting aku mencintaimu, Kenni."
Aku langsung terdiam mendengar itu. Benarkah ia mencintaiku?
Pikiranku melayang ke setahun yang lalu. Tepat saat Ia sedang bercumbu mesra dengan.. Stanny.Astaga.. itu masa lalu dungu!
Pikiran kecilku berteriak sendiri menyuruhku berhenti meragukan perkataan Zayn.
Tapi mulutku malah melontar kata kata yang sangat tajam.
"Kau tak akan mencumbui gadis lain setahun yang lalu kalau kau mencintaiku Zayn."
Sekarang Zayn terdiam. Bukan hanya tak menjawabku, kakinya pun ikut serta terdiam. Dia membeku dengan ekspresi menyesal. Sangat menyesal, mungkin.
Dan wait. Aku pun ikut ikutan menyesal. Aku menyesal sudah melontarkan kata kata setajam itu. Padahal Ia sudah berusaha meminta maaf. Astaga, terkutuk lah aku. Zayn terlihat sangat terpukul dengan pertanyaan ku. Aku kembali melangkah kepadanya. Meraih lengannya.
"Maafkan aku. Aku terlalu.. err.. k-kasar.." kataku sambil menunduk dan memegang lengannya. Zayn menepis genggamanku. Sekarang giliran aku yang terdiam. Hei! Kan memang dia yang salah setahun yang lalu.. Kenapa harus aku yang minta maaf dan sekarang malahan dia yang marah sama aku?
"Hey. Aku tak apa kok. Jangan menganggap aku lemah." Kata Zayn sambil tersenyum lesu.
"Aku.. hanya mencoba untuk minta maaf atas sesuatu yang mungkin bukan salahku." Jawabku pelan, nyaris tak terdengar dan segera berjalan cepat mendahuluinya. Aku mencoba untuk tidak menangis sekarang. Setidaknya agar aku tidak terlihat lemah juga dengan kata kata yang Zayn keluarkan tadi. Lagian tak mungkin aku menangis seperti anak ingusan di bandara. Well. Itu tak lucu.Zayn P.O.V
Kata kata Kenni tadi masih terngiang dikepala ku"Kau tak akan mencumbui gadis lain setahun yang lalu kalau kau mencintaiku Zayn."
Aku benar benar terdiam mendengar pernyataannya. Aku terdiam. Kakiku membeku, lidahku seperti terperangkap. Ternyata aku benar benar lemah. Ternyata.. dia.. dia masih mengingat kejadian setahun yang lalu. Padahal, aku sudah minta maaf. Dan sekarang aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Minta maaf lagi? Atau marah saja?
Well. Sepertinya aku harus memilih meminta maaf lagi. Kenni itu keras kepala. Dan itu semua memang salahku. Great. Aku cukup bangga karena aku dapat bersikap cukup dewasa dalam hal ini. Meskipun aku sama sekali belum berkata apapun. Dan. Shit. Hujan. Kami tak punya kendaraan apapun. Apapun!
Kenni berlari menerobos hujan tiba tiba. Terkadang ia suka hujan. Terkadang ia benci hujan. Ya. Ceweku memang aneh. Well.. calon dan mantan ceweku lebih tepatnya.Aku mengikutinya kemanapun ia pergi. Tak mungkin kan aku meninggalkannya? Ini baru pertama kalinya ia di Bradford. Dan hanya aku orang yang dia kenal disini. Tak mungkin aku pergi begitu saja. Tak mungkin.
*****
Akhirnya Kenni terduduk di sebuah kursi halte. Untungnya beratap. Dia kelihatannya menggigil. Baju kami basah total. Dan aku percaya bahwa baju didalam koper kami tak beda jauh dengan keadaan kami sekarang. Basah.
Sial! Kenni hanya menggunakan baju tipis. Dan itu basah. Damn! Damn! Apa yang kupikirkan sekarang? Seharusnya aku membuatnya hangat. Bukannya menjadi pervert seperti ini. Sial!
Kenni benar benar dingin sekarang. Ditambah lagi angin yang berhembus makin kuat. Buktinya dia merapatkan jarak kami. Aku langsung memeluknya, mencoba menghangatkan badannya.Kenni P.O.V
"Oh my God! Kau sangat dingin ken! Maksudku, aku tak menyangka suhu tubuhmu akan sedingin ini. Damn! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Oh my God.. tolong berhentikanlah hujan ini. Siapapun tolonglahh hentikan hujan ini."
Zayn mengoceh panjang lebat saat ia memelukku erat. Well. Aku merasa sedikit hangat. Lalu aku tertawa kecil mendengar ocehannya tadi. Tanganku berada di depan dadanya. Dan dia memelukku erat. Jadi aku tak dapat membalas pelukannya.
"Zayn. Apa kau tak dingin juga?"
"Tidak."
"Bohong."
"Serius ken. Aku lebih memilih menghangatkanmu. Dan.. Aku minta maaf" jawab Zayn dengan suara yang sangat lembut. Terutama pada akhir kalimatnya.
"Tak apa Zayn. Aku tahu kau juga dingin. Hangatkan lah badanmu juga."
"Bagaimana caranya?" Tanya Zayn sambil mulai melonggarkan pelukannya. Aku langsung membalas pelukannya. Berusaha membuatnya hangat.
"Begini caranya." Jawabku sambil tertawa kecil.*****
Kami sudah menunggu hampir 1 jam di halte ini. Tapi hujannya masih belum reda. Dan tak ada satupun taksi yang lewat. Kami memang tak berpelukan lagi. Tapi Zayn masih merangkulku.
"Apa kau masih dingin ken?" Tanya Zayn dengan suara terlembut yang pernah ku dengar. Baiklah. Kedua setelah ibuku.
"Sedikit." Jawabku pelan.
"Tidak. Kau masih sangat kedinginan." Kata Zayn
"Lalu kenapa kau tanya?"
"Eh? Hahaha. Kupikir kau akan bilang 'Hah?' Ken."
"Lalu?"
"Aku akan menciummu nanti. Agar kau merasa sedikit hangat."
"Emangnya harus waktu aku bilang 'Hah?' ya?" Tanya ku sok polos.
"Eh? Emangnya aku boleh menciummu tanpa alasan?"
"Entahlah. Lagian peraturan 'Zayn mencium Kenni kalau Kenni bilang Hah?' Itu masih belum sah. Jadi itu tidak termasuk alasan." Jawabku seadanya.
"Benarkah? Kalau begitu, aku tahu cara menghangatkanmu."Sebelum aku sempat memikirkan arti perkataan Zayn. Pria itu sudah menempelkan bibirnya dibibirku. Melumatnya lembut. Sial! Zayn menarik belakang tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Aku tak bergerak. Aku pun tak membalas ciumannya. Aku hanya dapat tutup mata, tanganku meremas ujung kursi yang kududuki. Jujur, Zayn belum pernah menciumku seperti ini. Maksudku, ini terlalu lama. Tapi.. aku tak dapat menolaknya, mengingat tangannya berada di belakang leherku, seperti menahan kepalaku agar tidak mundur, dan tangannya yang satu lagi memegang pipiku lembut. Aku .. aku.. sial! Aku menikmatinya.
"Bagaimana? Hangat, bukan?" Kata Zayn sambul tersenyum jahil. Pipiku memerah padam. Aku.. aku tak tau harus menjawab apa. Aku hanya tersenyum ga jelas.
"Remember. I love you. As you know, I never treat any girl like this. And.. err.. you make me crazy ken." Tambah Zayn yang hanya bisa membuatku semakin merona.*****
"Kita mau kemana?" Tanyaku penasaran.
Kami memang sudah pulang ke rumah Zayn tadi. Maksudku, rumah Malik's family. Ada orang tuanya, kakaknya, dan adiknya. Yep. Kami berhasil menemukan taksi di halte tadi. Dan sekarang, kami sedang di mobil ayahnya Zayn. Entah mau pergi kemana.
"Kita akan ke suatu tempat yang penuh dengan seni."
"Hah?"
Zayn mendaratkan bibirnya lagi.
"Hei! Kenapa telinga mu peka sekali kalau aku bilang kata 'Hah'?"
"Tentu. Aku tak mau kehilangan kesempatanku untuk menciummu Ken. Karena itu sangat jarang."
"Dasat pervert!"
"Hahaha. Baiklah. Tunggu sebentar. 5 menit lagi kita sampai. Okay?"
"Okay."*****
Zayn P.O.V
"Ini dia. Cartwright Hall." Kataku dengan semangat.
"Wow! Za-Zayn! A-Aku suka tempat i-ini! Sangat suka tempat ini!" Jawab Kenni sambil melompat kegirangan dan seperti orang gila.
"Nah.. bagus kan? Aku tahu kau pasti akan suka."
"Kenapa kau membawaku kesini?"
"Well. Ken." Panggilku sambil memegangi kedua tangannya. Ia menatapku, kemudian merona karena aku tersenyum manis ke arahnya.
"Ada apa Zayn? Kenapa kau membawaku kesini?" Tanyanya sambil menunduk.
"Hmm. Kau akan tahu nanti." Jawabku penuh misteri.
Mungkin ini masih terlalu cepat. Maksudku, kami bahkan baru sampai di Cartwright Hall. Mungkin nanti aku akan menanyakan itu.*****
"Bagaimana? Kau senang?" Tanya ku kepadanya saat kami duduk di salah satu pohon besar ditaman Cartwright Hall ini.
"Sangat senang! Terima kasih Zayn untuk hari ini. Jadi, boleh aku tahu kenapa kau membawaku kesini Zayn?"
"Well. Ken." Panggilku -lagi- sambil memegang kedua tangannya. Menatapnya penuh arti.
"Hmm?" Kenni menjawab sambil menatapku dalam juga.
"Would you be my girlfriend? Again?"
![](https://img.wattpad.com/cover/35860069-288-k739140.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? [Zayn Malik]
Fanfiction"Zayn Malik!" "Ya. Kenni Malik?" Kenni Nataline White. Gadis pendiam yang awalnya membenci namanya sendiri. Kecelakaan berturut-turut menimpa kehidupannya. Tetapi, gadis ini tetap kuat. Ditambah lagi dengan munculnya seseorang yang baru dalam kehid...