Nataline White.

2.3K 218 2
                                    

Kenni P.O.V
"Would you be my girlfriend, Kenni?"
"Zayn, I'm sorry, I'm still Liam's girlfriend."
Zayn diam, sepertinya dia kaget.
"Mm, before that, could you do me a favor?"
"Yeah, maybe."
"Accompany me."
"For?"
"I want to broke up with Liam. But, I'm afraid."
Zayn tampak berpikir, tapi Ia langsung memegang tanganku dan pergi mencari Liam. Aku membiarkan Zayn membawaku.

*****

-di kantin-
"Liam." Panggil Zayn
"Apa?" Jawab Liam dengan kasar.
"Kenni need to talk to you."
Liam langsung mendekatiku dan bertanya.
"Yes, hun? What can I do for my beautiful girl?"
"Mm, I'm sorry Liam, I'm broke up with you."
"Why?" Tanya Liam dengan santai.
"Ohh, I know. You in love with this idiot man, right?" Tambahnya lagi.
Aku hanya diam. Liam membesarkan volume suaranya dan berkata,
"Slut! But anw, you guys of course will be a perfect couple, an idiot man and a slut-"
Oops, wrong path man, entah ilham darimana aku bisa se-berani itu menyembur Liam,
"You're the one who are slut and idiot here. Kamu pikir aku masih bakal suka sama kamu setelah kejadian waktu itu? Masih mending aku gak lapor ke kepala sekolah."
"Heh! Kau itu pacar aku waktu itu, aku berhak apa - apain kamu dong!"
"Atau perlu aku kasih tau kepala sekolah? Tapi kamu tentu gak mau perpanjangan masalah kan?"
"Wow." Zayn bergumam pelan, tapi dapat ku dengar.
Ternyata memang 'Wow.' karena ekspresi Liam langsung berubah setelah aku ancam, lalu dia langsung pergi.

Zayn P.O.V
"So, I'll ask you once again. Would you be my girlfrie-"
"Yes." Dia langsung memotong omonganku, lucunya.

Tanpa ku sadari semua mata dikantin memandang kami karena aku memeluk perempuan itu.
"Zayn."
"Hmm?"
"Kita di liatin orang - orang loh."
"Ehh? Iyaa. Sorry sorry. Hehehe. Yaudah, yuk."
"Kemana?"
"Ngisi perut." Jawabku seadanya.
"Hahaha."
Cantik, cantik sekali. Tertawa, senyum, marah, nangis, cemberut, bahkan tidurpun perempuan ini benar - benar cantik. Aku gila. Yep.

*****

Akhirnya pulang sekolah.
"Kenni," panggilku.
"Ya?"
"Yuk,"
"Iyaa."
"Kok kamu gak nanya mau kemana?"
"Ya pasti pulang kan?"
"Engga kok, kita lunch. Hahaha."
"Oh ya? Hahaha. Oke deh."
"Bentar ya." kataku sambil mencium singkat pipinya. Ia merona, astaga, lucu sekali.

*****

"Ken, aku boleh tanya?"
"Boleh."
"Nama panjang kamu apa?"
"Zayn," mukanya tiba - tiba berubah menjadi muram.
"Kenapa? Aku gak boleh tanya itu ya? Sorry."
Ia tersenyum dengan lemas.
"Gapapa kok kalau aku gak boleh tau."
"Kenni Nataline White."
"Itu nama kamu?"
"Iya."
"Boleh aku tau ada apa dengan kata 'Nataline White' itu?"
"That remember me to an old best friend Zayn."
"What happen?"
Kenni tampak mengenang, "When I was grade 6 elementary school, I had a friend, her name is Nataline White."
Aku sedikit kaget.
"We spend a lot of time together, then we became a best friend."
"Lalu?"
"Waktu malam acara penamatan udah selesai, kami memutuskan untuk pergi jalan - jalan. Akhirnya kami pulang dengan banyak barang belanjaan dan jalan kaki pulang karena rumahnya Nataline dekat mall yang kami kunjungi. But, there was an accident that night."
Aku merangkulnya dekat, karena kelihatannya matanya sudah mulai berkaca - kaca.
"It's okay if you don't want to continue it."
"You need to know Zayn."
"Hmm, alright then."
"Waktu kami nyebrang, aku sibuk main handphone sampai - sampai aku tak sadar ada mobil yang sangat laju berada tepat di sampingku, tapi.. tapii.."
Air matanya mengalir.
"Nataline mendorongku pergi dan dia tidak pergi dari sana, mungkin tidak sempat, but it supposed to be me who lying with blood on that road, it supposed to be her who leave me alone just like I leave her on the road that night. Kejadiannya sangat cepat, aku tak mengerti dan pikiran pertamaku yaitu pergi, lalu aku pergi dan pulang ke rumah, seperti semuanya baik - baik saja. Aku sampai dirumah, menyapa semua orang seperti biasanya, dan masuk ke kamar. Tak ada orang yang tau. But how could I forgot my own best friend?"
Kini air mata sudah membanjiri pipinya, dan punggungku. Aku memeluknya sembari Ia bercerita,
"That's why I hate my name, Nataline White, I especially hate myself and start from that accident, everything has changed, I became introvert, in my first year of Junior High School, I don't have even a friend, I cursed myself. Hahaha, silly me."
Tertawanya hambar, aku benar - benar menyesal menanyainya hal ini.
"Sudahlah ken, kan kita belum tau Nataline meninggal atau tidak."

Kenni P.O.V
Deg

Tiba - tiba aku menyadari titik kebenaran dari pernyataan Zayn.
Mungkin Nataline belum meninggal, Mungkin.

"Sudahlah ken, yuk, aku antar kamu pulang,"

*****

"Bye ken. I love you."
"Bye Zayn. I love you too."
"Wait," kata Zayn sambil menahan tanganku yang udah mau buka pintu mobil, membuatku menatapnya.
"Don't think about your name anymore, remember? Maybe she's still alive, right?"
Aku mengangguk singkat sambil tersenyum. Ia mencium pipiku dan berkata 'I love you' sekali lagi. Aku pun melakukan hal yang sama. Setelah itu, aku masuk rumahku yang lagi - lagi sepi.

Astaga, entah kenapa tanganku ngetik cerita se- drama ini, tapi yasudahlah.
Gak suka? Gapapa.
Suka? Comment / vote yaa.
Btw, hargai dong readers, sekarang author lagi UAS loh, tapi masih menyempatkan diri menulis (lebih tepatnya ngetik) novel ini.
Thanks thanks.
Love love
-Author-

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang