Cooperate.

1.6K 138 4
                                    

Kenni P.O.V
10.30 p.m
Zayn belum pulang. Sial. Aku khawatir. Sangat khawatir. Yang jadi masalahnya itu kenapa nomornya tak bisa dihubungi? Apa yang terjadi? Sial. Sial.

Flower crown ini masih melekat dikepalaku. Aku duduk disofa ruang tengah untuk menunggunya. Aku gelisah. Sangat.

Aku membuat segelas coklat panas setelah menunggu kira kira setengah jam. Mengingat kondisi cuaca malam ini yang bisa dikatakan dingin. Membuatku makin khawatir. Otakku berpikir yang tidak tidak. Apa yang akan terjadi? Apa Zayn akan pulang? Shit!

Aku swipe lock screen handphone ku. Melihat layarnya masih kosong itu makin membuat ku gelisah. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya lagi. Entah sudah berapa kali. Aku tak ingat. Aku mengiriminya banyak pesan. Banyak sekali. Hanya berisi "Kau dimana?" "Masih lama ya?" "Jam berapa kau pulang?"
Ya. Hanya itu. Berulang ulang.

*****

11.49 p.m
"Astaga. Kenni" panggil seseorang. Suaranya sangat kukenal. Tapi.. dia siapa? Aku kira aku tak bisa melihatnya, ternyata aku masih tutup mata. Mengingat aku tertidur setelah meminum segelas coklat panas tadi.
"Aku membuat kau menungguku ya? Maafkan aku." Kata Zayn pelan.
Wait. Benar. Dia Zayn.
"Gosh! Kau membuatku khawatir, sangat khawatir. Kau tahu? Maksudku, sekarang sudah jam.."
"Sudah mau jam 12 malam. Aku tahu. Maafkan aku ken. Tadi dad bicara banyak. Banyak sekali. Dan tadi aku juga membantunya mengurus da-"
"I believe in you." Jawabku yang langsung memeluknya. Erat.
"Whoa. Apa kau sekangen itu denganku? Dan. Eh? Kau masih pakai ini?" Kata Zayn sambil membetulkan letak flower crownku.
"Tentu. Kau?" Tanyaku sambil melepas pelukan kami dan menoleh ke atas, melihatnya. Mengingat aku pendek.
Zayn tak menjawab. Dia hanya memiringkan kepalanya agar aku melihat flower crown itu dan memberikan aku sebuah wink. Lalu tersenyum. Gosh! Senyumnya. Aku.. gila.
Tangannya Zayn masih mendekap pinggangku. Lalu ia berkata..
"Kau mau pakai itu sampai besok pagi ya?"
"Eh? Tentu tidak! Ayo. Lepaskan." Jawabku polos.
"Dasar. Kau tahu? Orang orang yang lembur dikantor menertawai flower crown ini." Oceh Zayn.
"Hahaha. Maaf. Tapi, aku suka kau pakai itu. Kau terlihat.. err.."
"Tampan? Aku tahu itu. Terima kasih. Sekarang naik kekamar. Aku mau mandi."
"Hahaha. Okay okay."

*****

"Ken? Apa kau sudah tidur?"
"Belum. Aku baru saja mencoba untuk tidur. Ada apa?"
"Err. Apa kau mengantuk?"
"Sangat Zayn. Katakanlah. Ada apa?"
"Hahaha. Okay. Secara singkatnya, dad menyuruh kita bekerja sama."
"Hah? Dalam bi-"
Zayn mengecup bibirku. Persetan dengan kata 'Hah'
"Hahaha. Rules." Kata Zayn sambil tertawa.
"Lupakan saja. Berkerja sama apa?"
"Well. Kata Dad. Kita akan buka cabang perhotelan di London. Dia ingin kita bekerja sama. Jadi, aku menjadi pengurus perhotelan. Kamu menjadi designer baju pengantin dan dekorasi ruangan. Bagaimana?"
"Eh? Tunggu. Pengantin?"
"Iyaa. Err.. Maksudku kita menjadi semacam perusahaan yang mengatur pernikahan orang. Mulai dari gaun, pesta, photograph, dekorasi, dan yang lain."
Aku hanya diam. Menjadi seorang designer baju pengantin?! Tak mungkin! Well. Aku berlebihan. Aku tahu Kate bisa. Dia pasti bisa. Dan kalau dia tak bisa, aku bisa belajar sama Zayn. Yang notabenya hebat melukis. Melukis apapun. Apapun.
Great! What a great cooperate?
"Okay. Aku setuju." Jawabku cepat sambil membelakanginya, menarik selimut, mencoba untuk tidur.
"Okay. I love you ken. Good night." Jawab Zayn sambil melingkarkan tangannya dipinggangku. Memelukku dari belakang.
"Goodnight Zaynie. I love you too." Jawabku sambil sedikit menoleh kebelakang, dan menggesekkan kepalaku ke hidungnya, memberikan kesan menggelitik. Lalu kembali keposisiku lagi. Dan melanjutkan tidurku yang tertunda tadi.

*****

London, 10.48 a.m
"Ken, kelas kita hari ini jam berapa?"
"Jam 1 siang sayang. Kenapa?"
"Oh. Bagus. Kebetulan sekali!"
"Apanya yang kebetulan?"
"Hari ini kita akan melihat hotelnya."
"Hotel?" Tanyaku bingung.
"Iya. Cabang baru itu."
"Ohh. Okay okay."
"Ayok."
"Sekarang?!"
"Engga. Lima tahun lagi." Jawabnya sarkastik.
"Hahaha. Okay. Sebentar. Aku ganti baju dulu."
"Tak usah. Kau cantik pakai itu. Ayok."
"Eh?"
"Ahh. Ayok." Kata Zayn sambil menarik lembut tanganku. Well. Aku sekarang pakai celana pendek jeans, loose tank top, dengan bandeau. Mengekpos seluruh lenganku, dan bagian samping tubuhku yang tak tertutup oleh bandeau. Karena ini loose tank top! Sialan Zayn.
Zayn mendudukkan aku dimobil, lalu dia berlari kecil ke arah pintu mobil sebelahnya lagi.
"Zayn? Kau yakin aku pakai ini?" Tanyaku lagi.
"Kau ini minta dicium or what?"
"Kenapa kau selalu pervert? Tidak adakah sehari saja kau berhenti memikirkan yang tidak tidak?"
"Hahaha. Kau terlalu cerewet White. Aku suka kau pakai itu. Clear? Okay. Kita berangkat."
"I hate you Zayn."
"I love you too Kenni. Haha." Jawab Zayn sambil nyengir gak jelas.

*****

Zayn P.O.V
Aku tak berbohong. Dia memang tampak cantik dengan loose tank top itu. Lagian kan nanti hanya melihat lihat gedung saja. Ya. Baiklah.

Kami sampai disana setelah kira kira 30 menit perjalanan. Cukup jauh memang. Bahkan Kenni hampir tertidur tadi. Astaga. Aku menyesal membawanya kesini. Dia terlihat capek. Entah kenapa. Wait. Baru saja aku bilang dia capek, tapi saat sampai di gedung baru kami, Kenni malah berteriak kagum.
"Wow! Za..zayn. Ini.. gedung.. maksudku kantor.. ki..kita?"
"Iya sayang. Katupkan mulutmu, atau kau mau aku me-"
"Okay. Shut up. Dimana ruanganku?"
"Hahaha. Okay. Ruanganmu di.. aku tak tahu." Jawabku polos.
"Dasar."
"Loh? Kan kita baru kesini?"
"Kalau gak tau jangan berlagak tahu. Bodoh!"
"Kau bilang siapa bodoh?" Tanyaku sarkastik sambil pura pura menangis.
"Kau. Bodoh." Jawab Kenni sambil menjulurkan lidahnya.
"Hai! Dungu ya dungu saja. Jangan mengejekku bodoh!"
"Itu kenyataan Zayn."
"Eh? Kau dungu itu kenyataan?"
"Gosh! Bodohmu yang kenyataan. Kalau dungu aku itu berkat." Jawab Kenni bangga. Padahal ia sedang mengejek dirinya sendiri.
"Eh? Aku bicara apa sih? Ahh. Lupakan. Ayo." Tambahnya lagi. Aku hanya tertawa mendengar ocehannya. Tiba tiba ia menarik tanganku.
"Mau kemana?"
"Kau tak tau yang namanya bertanya ya?"
"Bertanya? Untuk apa?"
Kenni mendesah pelan sambil menggelengkan kepalanya.
"Bertanya untuk ruangan mu dan ruangan ku tuan Malik bodoh." Jawab Kenni sambil mengetuk dahiku.
"Eh! Dasar! Tak baik mengetuk dahi suamimu."
"Oi! Kau bahkan belum melamarku Zayn Javvad Malik."
"Aku akan Kenni Nataline Malik."
"Akan apa?"
"Melamarmu dungu." Jawabku sambil berlari mengejarnya dan mengecup pipinya cepat lalu berlari lagi.
"Kau yang mulai." Teriakku sambil cekikikan saat berlari didepannya.
"Hei! Kau! Pencuri."
"Pencuri? Aku tidak mencuri ken. Kau pacarku. Dan calon istriku."
"Kau sedang bermimpi."
"Oh no! Apa itu penolakan?" Jawabku sarkastik saat Kenni sudah menyeimbangi langkahku.
Kenni langsung tertawa mendengar ucapanku tadi.
"Apa yang lucu?"
"Ekspresi mu." Jawab Kenni disela tertawanya. Aku hanya diam, menatapnya datar. Menurutku itu tidak lucu.
"Oh. Ayolah Zaynie. Kau kenapa sayang?" Tanyanya saat menyadari kalau aku diam saja.
"Aku ngambek. Tidak bisakah kau lihat?"

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang