Busy Life.

1.5K 136 2
                                    

"Aku ngambek. Tidak bisakah kau lihat?"
Kenni tidak menjawab, tapi perempuan itu langsung menangkup pipi Zayn dengan kedua tangan mungilnya itu. Membuat mata coklat milik Zayn itu menatap mata Kenni dalam dan berkata,
"Jangan ngambek dong."
"Bilang dulu aku ganteng."
"Aku ganteng."
"Loh? Maksud ak-"

Belum sempat Zayn protes, Kenni melekatkan bibirnya ke bibir Zayn. Melumatnya lembut. Kaget. Hanya itu yang Zayn rasakan. Kenni tak pernah memulai ciuman yang sedalam ini. Tapi tak butuh waktu lama, Zayn langsung membalas ciuman Kenni.
Berselang beberapa menit, akhirnya mereka melepaskan ciuman mereka juga.
"Kamu ganteng. Okay?" Ucap Kenni tepat setelah mereka melepas ciuman mereka.
Zayn hanya tersenyum kecil. Lalu memeluk Kenni.
"Yang tadi itu bukan penolakankan?"
"Hahaha. Bukan."
"Jadi? Terima dong maksudnya?"
"Terima apa?" Tanya Kenni dengan polosnya.
"Huh. Lupakan."
Kenni hanya diam. Sebenarnya ia masih kurang mengerti alur pembicaraan mereka. Karena tak ingin membahas itu lagi, jadi Kenni langsung menarik tangan Zayn. Mendekati seseorang. Dan bertanya,
"Err. Permisi." Kata Kenni.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu?"
"Iya. Saya mau tanya. Dimana ruangan saya?"
"Maaf. Ibu siapa?"
"Oh. Saya Kenni."
"Eh? Maaf bu. Saya.. saya.."
"Ahh. Lupakan. Jadi dimana ruangan saya?" Tanya Kenni.
Zayn mengawasi percakapan mereka dari tadi, dan ia tersenyum dengan manisnya saat melihat kerendahan hatinya Kenni.

"I'm proud of you ken." Gumam Zayn dalam hati.

Ternyata wanita yang dari tadi dia awasi sekarang menarik tangannya lagi dan membawanya menaiki tangga. Padahal gedung ini di desain dengan lift dan escalator.
"Hei. Kenapa tak mau pakai lift atau escalator saja."
"Aku.. err.. jalan lebih sehat!" Jawab Kenni gugup. Seperti menutupi sesuatu.
"Ada apa ken?"
"Apanya?"
"Kau berbohong Mrs.Malik"
"Tidak." Jawab Kenni yang masih memegang erat lengan Zayn sambil menariknya.
"Iya. Kau berbohong. Katakan. Ada apa dengan lift dan escalator?" Tanya Zayn serius sambil memegang bahu Kenni.
"Err. Nanti. Kuberitahu di ruangan ku."
Zayn tak menjawab lagi, hanya terlihat sebuah tatapan khawatir dan penasaran dalam mata Zayn. Cewe ini berhasil membuat rasa penasaran Zayn melebihi batas. Zayn merasa ia gila. Tiba tiba Zayn bersuara.
"Like usual. You always make me crazy."
"Eh?"
"You always make me crazy Mrs.Malik"
Kenni hanya tersenyum sambil memasuki ruangannya.

*****

"Jadi, ada apa dengan lift dan escalator?"
"Err.. sebenarnya.. aku.. aku takut." Jawab Kenni dengan suara yang semakin pelan.
"Takut?"
"Iya. Dulu, aku pernah naik lift, malam malam. Lalu-"
"Biar aku tebak. Liftnya rusak. Ya kan?"
"Tidak. Aku takut karena waktu itu, saat pintu liftnya terbuka, ruangan di luarnya itu gelap. Aku sendirian. Dan.. aku tak mau melanjutkan ceritanya lagi."
"Ayolah ken. Aku ingin tahu."
"Tidak."
"Ken. Please."
"Argh! Okay. Then, akhirnya aku menelpon Calum. Dia itu.. dia.. err.."
"Siapa Calum?" Tanya Zayn datar.
"Bisa dibilang first crush ku." Jawab Kenni pelan.
Zayn hanya terdiam.
"Hei. Kan sekarang aku sudah denganmu?" Protes Kenni saat melihat Zayn diam.
"Iya. Lalu kelanjutan ceritanya? Bagaimana?"
"Aku menelpon Calum. Dia bilang, dia akan datang. Tapi, aku menunggu disana sampai tengah malam. Dia tak datang. Akhirnya aku bisa keluar dari tempat itu karena security yang bertugas disana. Bayangkan. Bagaimana nasibku kalau security itu tak datang?"
"Aku yang akan datang. Hahaha." Jawab Zayn asal.
"Kita bahkan belum saling kenal saat itu Zayn."
"Hahaha. Err.. kau kenal Calum sejak kapan?"
"Sejak kecil. Nataline juga mengenalnya. Kau boleh tanyakan kepada Nataline kalau kau cemburu dengannya." Goda Kenni.
"Eh? Siapa yang cemburu? Kau sembarangan bicara White."
"Aku tidak sembarangan bicara Zayn. Tadi kau memang cemburu."
"Karena apa aku cemburu?" Tanya Zayn.
"Karena kau bukan yang pertama."

Zayn P.O.V
"Karena kau bukan yang pertama."

Deg.

Kenni selalu tahu apa yang aku pikirkan. Aku memang cemburu karena aku bukan first crush nya. Aku tahu, ini sangat childish. Tapi.. aku hanya ingin jadi yang pertama.
"Kalian pacaran?"
"Tidak. Dia menjauhiku setelah tahu aku menyukainya. It's complicated." Jawab Kenni mengenang. Aku merangkulnya dekat.
"Now you have me. I love you."
Kenni tersenyum.
"I love you too Javvad."

*****

Perusahaan kami hari ini resmi dibuka. Kami mengundang banyak orang diperayaannya. Acaranya berjalan lancar. Dan sekarang sudah pukul 11.00 malam. Kenni sudah tidur dari tadi. Ia memang tidur dirumahku. Dia yang memintanya. Entahlah. Aku juga senang kalau dia disini. Jadi. Yasudah.
Dan sekarang aku tidak bisa tidur. Karena minggu depan adalah ulang tahunnya Kenni. Dan aku yakin kami akan dilanda kesibukan yang bukan main karena pembukaan perusahaan baru ini. Bagaimana aku bisa membuat surprise? Ah. Nataline. Mungkin dia bisa membantuku.
Aku langsung mengeluarkan handphone ku. Mencari contact Nataline. Lalu menekan call.

"Halo?"
"Halo? Ini Nataline?"
"Zayn?"
"Ya. Err.."
"Ada apa?"
"Minggu depan ulang tahunnya Kenni. Dan kau tahu kan? Perusahaan pasti akan sangat sibuk. Aku bingung bagaimana mau membuat surprise untuknya. Bagaimana menurut mu?" Oceh Zayn panjang lebar.
"Err.. Kau sudah tahu belum? Kenni takut escalator sama lift."
"Iya..iya. Aku tahu."
"Nah.. kerjain dia pake lift aja di kantor kalian ada lift kan?"
"Ada. Tapi. Kau yakin? Aku takut dia kenapa kenapa."
"Tak akan. Dia hanya takut. Tidak akan mati Zayn."
"Hoi. Jaga mulut. Aku takut dia bangun sekarang. Gimana kalau besok kita bahas?"
"Okay."
"Dimana?"
"Heritage aja. Tempat kalian biasa."
"Okay."

*****

"Jadi gitu aja ya? Sepakat?"
"Okay. Kita tinggal tunggu tanggal ulang tahun dan buat persiapan kecil."
"Okay. Thanks a lot Nat." Jawabku sambil beranjak berdiri.
"Aku duluan ya." Tambahku lagi.
"Okay. Hati hati."
"Yap."

*****

Tebakanku benar! Baru lewat sehari kami tenang, sekarang sudah datang setumpuk permintaan permintaan design wedding gown serta banyak pemesanan hotel dan lainnya. We will crazy with this.

Kenni P.O.V
"Ken?"
"Ya?"
"Kau sudah makan?"
"Err. Tadi pagi aku ada makan cereal, lalu aku makan sedikit roti tadi.. lalu-"
"Ayok. Ke Heritage." Potong Zayn tiba tiba.
"Eh? Tak bisa Zayn. Design ini harus selesai nanti sore."
"I don't care. Yang penting kau harus makan. Bersama. Aku." Jawab Zayn tegas. Inilah kebiasaan Zayn. Keras kepala. Well. Aku akui. Aku juga. But hei. Ini kan pekerjaan.
"Ken. Please. Atau kamu bawa aja design itu, nanti aku bantu."
"Emangnya kamu gak sibuk?"
"Err. Aku juga masih banyak kerjaan sih. Tapi ayolah ken. Aku tak mau kau sakit." Ucap Zayn melemah pada kalimat akhir.
Aku tersenyum sendiri memikirkan bagaimana dia mengkhawatirkan aku. Well. Dia sangat perhatian. And I love it.
"Okay. Ayok." Ucapku sambil melingkarkan tanganku ke lengannya dan memegang beberapa kertas yang beracak - acakan ditangan ku serta pensil. Well. Aku kewalahan memegangnya. Akhirnya, Zayn merebut kertas itu dan merapikannya. Lalu mengambil pensilku meletakkannya didepan kertas yang ia pegang. Lalu menarikku menuju parkiran. Aku hanya melongo melihat dia melakukan itu. Well. Aku akui. Itu sweet.

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang