I'm Sorry.

1.6K 165 1
                                    

Kenni P.O.V
Sudah seminggu aku disini, rumah lamaku, semuanya masih sama saja. Cuman sedikit berdebu. Berarti Zayn tidak pernah datang lagi kesini. Aku sedikit kecewa. Aku tahu, seharusnya aku tak kecewa, karena ini keputusanku. Aku tahu, aku tak seharusnya mengharapkannya lagi, karena minggu depan aku harus kembali lagi ke Paris. Kate tadi pergi belanja, tapi pulang pulang, dia membawa seseorang, seorang lelaki. Wait.
"Zayn?!"
"Kenni?!"
"Kate?! Apa yang kau lakukan?" Teriakku ke Kate.
"Aku tau kau masih menyukai cowo ini Kenni." Jawab Kate.
"Bersenang senang lah, aku mau ke rumah temanku." Tambahnya lagi.
Sialan! Kate sialan!

*****

Sunyi menyelimuti kami berdua. Padahal, setahun yang lalu, kalau aku lagi bersamanya, aku pasti punya banyak hal untuk kubicarakan dengannya. Tapi sekarang? Sepertinya kata kata yang harusnya ku ucapkan terperangkap dalam sebuah kotak. Aku berharap aku dapat membuka kotak itu.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya tiba tiba.
Jantungku meledak kurasa. Tidak. Berlebihan. Astaga.
"Hmm. Aku.. aku baik. Kamu?"
"Biasa saja." Jawabnya cuek.
"Apa benar yang Kate katakan?"
"Ha?"
Zayn menciumku. Aku kaget. Sekarang jantungku benar benar akan meledak.
"Rules are always rules." Katanya sambil tersenyum. Astaga! Senyumnya! Senyum yang tak pernah kulihat dalam setahun ini. Gila! Aku bisa gila!!!

Zayn P.O.V
Apa benar Kenni masih menyukaiku? Astaga. Aku sangat senang sampai sampai aku mau loncat dari gedung 100 lantai sekarang. Well, nanti aku mati. No way! Aku harus membuat Kenni menggelar nama Mrs.Malik dulu. Jangan mati dulu Zayn bodoh!
Well. Sekarang aku gila.
Ciuman kami tadi itu sungguh kurindukan. Sungguh! Tapi, aku melupakan Nataline. Wait, Nataline itu pacarku sekarang, tak seharusnya aku mencium Kenni. Tapi.. tapi.. Aiss! Apa yang udah ku lakukan.

"Kenni. Apa kamu udah punya pacar?" Tanyaku langsung. Wow. Aku lancang sekali.
"Hmm, udah." Jawabnya. Tapi ada yang janggal. Entahlah.
"Ohh.."
"Kamu?"
"Hmm.. Nataline. Pacarku."
Aku merasa sangat kesal sekarang. Kecewa, bersalah, dan kesal lebih tepatnya. Sial!
"Ohh. Baguslah. Sebentar ya."
Kenni berlari kecil ke toilet. Setahuku, kalau dia tiba tiba ke toilet berarti dia ada masalah, dan mungkin menangis. Astaga, Kenni pasti menangis karena aku pacaran sama Nataline. Tapi.. kan dia yang suruh.
Hais. Zayn bego! Mana mungkin dia juga senang meskipun aku menuruti keinginannya, terkadang perempuan itu memang merepotkan. Sialan! Aku harus jelasin ke dia. Aku pacaran sama Nataline, karena dia juga mengancamku. Tapi.. bukan sekarang waktunya
Damn! Damn!

"Kenni." Panggilku sambil mengetuk pintu toilet.
"Eh? I.. iya.."
Damn! Aku mendengar isakan kecil, dan aku melihat matanya yang lembab saat Ia membuka pintu toilet. Benar, dia menangis.

*****

"Ken, boleh gak aku tanya sesuatu?" Kataku dalam mobil yang lagi melaju ke cafe favorit kami.
"Boleh."
"Siapa pacar kamu?"
"Eh? Mmm. Sebenarnya, aku.. aku.."
"Kenapa?"
"Gak punya pacar." Tambah Kenni pelan sekali. Nyaris tak terdengar.
"Apa?!"
"Aku tak mau mengulanginya Zayn, ini memalukan."
Aku tertawa sangat keras. Astaga, aku merasa lega, entah kenapa.
"Aku juga mau tanya.. tapi jujur ya.."
"Okay."
"Kok kamu bisa pacaran sama Nataline."
Aku terdiam. Tapi kupikir, Kenni sudah jujur, masa aku tidak memberitahunya?
Lalu aku menceritakan semuanya, Kenni hanya diam mendengarkan dengan teliti. Aku merasa sangat lega setelah menceritakan semuanya.
Tapi Ia tetap diam saja.

*****

"Nat." Panggilku dalam telpon.
"Ya?"
"Temui aku ditempat biasa."
"Okay. See you hun."
Aku langsung memutuskan telponnya.

*****

"Nat, kita putus yah?" Tanyaku tepat saat Ia mau mencium pipiku.
"Ke..kenapa?"
Aku diam.
"Aku tahu, pasti Kenni kan?!" Tambah Nataline.
"Iya. Aku tak dapat melupakannya. Mengertilah Nat."
"Tidak! Kau ingat ancamanku kan?"
Aku bergidik. Apa Nataline serius?
"Kau tentu tak mau aku melukai Kenni Nataline White bukan?" Tambahnya lagi.
"Jangan pernah kau coba!"
"Baiklah, kalau begitu, ku anggap kita masih pacaran."
"Apa artinya berpacaran sama seseorang yang hatinya bukan milikmu?" Tanyaku yang berhasil membungkam mulutnya. Dan membuatnya menangis.
"I don't care. You are mine Zayn! Jangan salahkan aku kalau aku melukai perempuan itu."
"Tidak. Jangan."
"Turuti permintaanku."
Aku hanya mengangguk lemas.

*****

"Zayn, ke cafe yuk." Kata Kenni dengan riang lewat telpon.
"Iyaa."
Tampaknya aku harus mengurung niatku untuk memilikinya. Damn!

*****

"Zayn. Aku ingin menceritakan banyak hal kepadamu."
"I'm sorry ken, I have to go. Nataline telpon aku."
"Ohh.. Yasudah."
Aku langsung pergi, padahal baru sampai dicafe. Terkutuklah aku, tadi ia masih sangat riang, tapi.. tapi.. aku merusak semuanya.

*****

Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian dicafe. Aku tak menghubungi Kenni. Aku hanya duduk dalam mobil sambil menatap rumahnya dari jauh. Sampai aku memutuskan untuk pulang.

Saat aku sampai dirumah, aku langsung pergi ke kamarku. Nataline sudah duduk manis dikamarku. Apa apaan cewe ini?!
"Zayn. Haii."
"Apa yang kau lakukan disini?!"
"Aku hanya ingin menemuimu Zayn." Katanya sambil melingkarkan tangannya di leherku.
"Cukup Nat, aku benar benar muak. Aku tak peduli lagi. Aku tidak pernah menyukaimu! Sadarlah!"
Ia melepas tangannya, menangis, dan langsung pergi mengambil tasnya.
Sial! Aku sangat khawatir dengan Kenni. Shit!

*****

Aku melaju secepat mungkin ke rumah Kenni. Aku menemukan Kenni disana. Aku masuk, dan memutuskan untuk menceritakan semuanya, kini aku menangis. Aku tahu ini pasti memalukan, tapi Kenni merangkulku erat, mengelus punggungku, dan berkata.
"You got me Malik."
Aku langsung memeluknya erat. Dan berkata.
"Thanks for make me strong Mrs.Malik"
Lalu aku mencium keningnya.

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang