Protective

1.6K 128 1
                                    

17 July 2015 - 06.35 a.m

"Good morning hun." Sapa Zayn sambil mendaratkan quick kiss di bibirku.
Aku masih diam saja saat bahkan sampai ia menyelesaikan quick kiss nya. Aku masih mengumpulkan jiwaku sepenuhnya. Karena aku memang baru bangun.
"Huh!" Zayn mendengus kesal.
Ada apa dengannya? Tadi dia besikap manis padaku. Belum saja berselang semenit sikap manisnya, tiba tiba dia menjadi menyebalkan lagi dan bersikap seperti anak kecil.
"Zayn. Jangan jadi kompor meledak. Ada apa denganmu?" Jawabku sarkastik.
"Kau bahkan tak membalas ciumanku."
Hell. Itu quick kiss bukan?
"Hei. Itukan quick kiss. Kenapa kau menuntut balasan?" Tanyaku lagi.
Zayn hanya diam sambil tetap memanyunkan bibirnya.
Apa dia mencoba membunuhku? Well. Kesimpulanku mengatakan 'Iya'.
Tentu! Dia terlihat sangat lugu dan manis dengan gaya seperti itu.
"Lanjutkan lah ngambek mu. Aku menyukai ekspresimu. Kau manis saat ngambek Zayn." Tambahku lagi tanpa menunggu jawabannya.
"Hoi! Jangan sebut aku manis. Itu menjijikkan!"
"Kau sungguhan manis kalau kau ngambek."
"Diamlah atau kau akan menyesal ken."
"Apa? Aku tidak bersalah Zayn. Kau memang ma-"
Zayn menautkan bibirnya tepat dibibirku, melumatnya lembut.

Satu menit
Dua menit
Tiga menit

Well. Ini terlalu lama! Aku bisa mati kalau terus menerima asupan lumatan ini!
Hell! Ciuman kami berubah menjadi lebih dalam saat Zayn menarik tengkukku. Tidak menyisakan jarak antara tubuh kami.
Aku mengerang pelan saat ia mulai menggigit kecil bibir bawahku, membuat aku membuka mulutku. Sial! Aku beku saat ia mengeksplor mulutku dengan lidahnya.
Oh no! Ini salah! Maksudku, ini sudah terlalu jauh. Zayn pasti sudah membuka t-shirt ku kalau aku tidak mendorongnya. Gosh! Ini gila!
"Astaga! Maafkan aku. A-aku... I- I lost my control. T- This is out of my mind. Gosh! Aku benar benar minta maaf Ken. I mean. Aku tahu ini salah. K-kita.. err.. a-aku tak akan melakukan hal yang tak senonoh kepadamu. A-aku sudah berjanji." Ucap Zayn panjang lebar sambil panik.
Sial. Aku blushing. Ucapannya tadi memang tidak jelas. Tapi aku dapat melihat sesuatu dari dirinya Zayn.
Protective.
Aku dapat melihat sifat protektifnya yang sangat tinggi. I mean, ini London. Sebutkan nama wanita yang masih perawan?
Well. Aku berlebihan. Wanita perawan di London? Pasti tidak sedikit juga. Tapi juga pasti tidak mengalahkan angka yang tidak perawan. Yeah. Aku cukup bangga pada diriku. Aku masih perawan. Catat! Perawan.

"Kau berjanji? Pada siapa?" Ucapku setelah berselang beberapa menit terdiam lalu terkekeh pelan
"Pada diriku sendiri." Jawabnya polos. Sangat polos.
Aku langsung tertawa kuat sekali.
"Bodoh! Mana ada orang yang berjanji pada dirinya sendiri!" Ucapku.
"Ada. Aku orangnya."
"Kau ini bodoh atau apa?" Tanyaku yang masih tertawa.
"Aku tidak bodoh. Aku berjanji pada diriku sendiri karena aku tak mungkin berbohong atau berpaling dari diriku sendiri ken." Jawab Zayn sambil menatapku.
Aku terdiam. Tidak biasanya dia bisa berpikir sedewasa ini. Maksudku, umurnya tak sebanding dengan otaknya. Ia benar benar bodoh.
Akhirnya, aku hanya tersenyum kikuk. Melihat senyumku, Zayn pun langsung angkat bicara,
"Hei. It's your birthday hun. Let's celebrate!"
"Eh? Aku kira semalam itu sudah cukup."
"Whoa. Tentu tidak. Bersiaplah. Aku akan membawamu, ke-"
Zayn menggantungkan perkataannya.
"Ayolah zaynie. Kita kemana?"
"Rahasia." Jawab Zayn sambil menjulurkan lidahnya dan berlari menuju kamar mandi.
"Hei! Aku yang duluan mandi!" Teriakku.
"Tidak. Aku yang duluan."
"Aku, Zayn. Aku tak akan mengalah."
"Baiklah. Kita mandi bersama."
Aku langsung refleks melempar salah satu bantal didekatku ke arah Zayn. Dan dia hanya tertawa melihat tingkahku. Shit! Dia menggodaku.
"Kau mau tidak? Ini tawaran langka sayang. Kujamin kau akan menyukainya." Tambah Zayn.
"Pastikan kepalamu masih terpasang dilehermu." Jawabku sarkastik.
"Eh? Apa hubungannya?"
"Karena aku yang akan memutuskannya. Sekarang biarkan aku yang duluan mandi. Minggir." Jawabku sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Telat. Zayn sudah masuk dan mengunci pintunya. Padahal aku sudah berdiri didepan pintu toilet.
"I hate you Javvad." Ucapku datar.
"Thanks ken. Aku tahu, aku tahu. Aku memang tampan. Akhirnya kau mengakuinya juga." Ucap Zayn gak jelas.
"Jangan gila. Kau memang tampan, tapi otakmu lebih tampan Zayn."
"Oh ya? Darimana kau tahu? Kenapa kau memujiku terus ken?"
"Bodoh. Kau tak tahu ya? Kalau otak mu tampan, kau berada dalam bahaya sekarang. Otak manusia yang bodoh itu tentu akan bagus bentuknya, setidaknya itulah yang kuartikan tampan. Mengerti?"
"Tidak."
"Kau hanya menghabiskan ludahku. Menyebalkan."
"Ayolah ken. You're a birthday girl today. Jangan menjadi kompor meledak ken." Ucap Zayn sambil keluar dari kamar mandi dan meniru gaya bicaraku. Wait. Zayn sudah selesai mandi? Aku melihat jam dinding yang melekat dikamar Zayn. Baru 5 menit dia masuk kamar mandi.
"Hei! Kenapa kau cepat sekali selesai mandi? Ada yang salah?" Tanyaku sedikit khawatir.
"Tidak ada yang salah. Aku hanya tak mau jadi Ratu Mandi hari ini. Tak apa bukan?"
"Tentu tak apa!" Jawabku setelah melongo sebentar.
"I love you Zayn."
"For?"
"Tidak menjadi Ratu Mandi."
"Hanya untuk hari ini saja sweetheart."
Aku langsung mengangakan mulutku.
"I don't love you. Aku tarik balik kalimat tadi." Ucapku cepat. Lalu melesat kedalam toilet.
Aku hanya mendengar cibiran dan tawa Zayn dikamarnya.

*****

Zayn P.O.V
"Ayolah hun. Kita mau kemana? Beritahu aku."
"Tunggu kita sampai ya. Aku beritahu nanti."
"Bodoh!" Jawab Kenni sambil menjitak pelan kepalaku.
"Kau pasti akan menyukainya sayang. Sekarang berhentilah melukai suamimu."
Kenni malah menjitak kepalaku lebih kuat setelah aku mengatakan kalimat tadi.
"Berhenti menjitak kepalaku atau kau akan habis dimobil ini ken." Ucapku mengancam.
Kenni tidak menggubris aku. Malahan ia menambah jitakannya. Well. Pilihan dia. Berselang sedetik, aku langsung menggelitiknya. Ini yang kumaksud 'habis'
"Za-yn! Stop it." Teriak Kenni. Tapi aku masih belum mau berhenti.
"Okay okay. I'm sorry." Tambahnya lagi diselang tertawanya karena gelitikanku.
"Zayn! Stop it." Teriaknya lagi.
"Well. 1 syarat." Ucapku.
"Apa?" Tanyanya sambil menggenggam kedua tanganku, bermaksud agar aku tidak menggelitiknya lagi.
Aku tidak menjawab pertanyaan Kenni. Malahan aku menunjuk bibirku. Dan berkata.
"Kiss me."
"No. Not now."
"Alright. You're choice." Jawabku lalu mulai menggelitiknya lagi.
"Okay okay." Jawab Kenni.
Lalu ia memajukan mukanya hingga bibir kami bersentuhan. Dalam detik itu juga aku langsung menarik tengkuknya. Meletakkan tangannya dileherku, mengisyaratkan dia untuk mengaitkan tangannya dileherku, dan meletakkan tanganku yang sebelah lagi dipunggungnya.

Kurasa, ciuman ini takkan berhenti kalau tak ada suara klakson mobil dibelakang kami, dan lampu rambu lalu lintas yang sudah berwarna hijau.
Oh. Shit. Tidak bisakah lampu itu tetap berwarna merah?

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang