"Stay here with me love."
Kata Zayn sendu.
"Sorry Zayn. I have to go."
Zayn terdiam. Melepas genggamannya. Menunduk.
"Do I have to lose you?" Tanya Zayn pelan. Menahan tangisnya.
Kini giliran Kenni yang terdiam. Ia bingung harus menjawab apa.
Ia takut. Bimbang. Tak punya arah yang jelas. Sebenarnya Ia bisa saja tidak pergi ke Paris, tapi tentu perusahaan designer besar itu akan rugi banyak uang. Dan ia tak mau Zayn terlibat apalagi terluka karena masalahnya.
Jadi, Kenni mengambil kesimpulan, lebih baik ia pergi ke Paris."Zayn. Aku.. aku benar benar harus per-"
"Malam ini, aku tidur disini yahh?" Tanya Zayn memelas sambil tersenyum menutupi semuanya.
"Iyaa." Jawab Kenni sambil tersenyum juga. Tapi Ia tahu jelas Ia bisa rapuh kapanpun jika Zayn tetap bersikeras memintanya untuk tinggal.*****
"Kenni."
"Hmm?"
"Apa status kita sekarang?"
"Teman." Jawab Kenni polos.
Zayn membelalak. Hampir terjatuh dari sofa. Kenni tertawa dengan lugunya.
'Dungu. Can't you see? We tied up' gumam Zayn dalam hatinya.
"Tak lebih dari teman?" Tanya Zayn tiba tiba.Kenni P.O.V
"Tak lebih dari teman?"
Perih. Perih sekali. Aku menyesal menjawab kata teman. Sial!
"Kau itu bukan sekedar teman bagiku ken." Timpal Zayn langsung.
"Jadi apa?"
"Pac-"
"Zayn. Kita udah putus."
"Tapi.. aku memelukmu, aku mengenggam tanganmu, kau juga membalas semua yang kulakukan. Bahkan kita juga ciuman. Apa itu namanya teman?"
Ya ampun. Aku.. aku kacau.
"Baiklah, mantan mungkin." Kataku acuh tak acuh.
'Aku benar benar tak ingin kau terlibat Zayn! Mengertilah!' Gumamku dalam hati.*****
Aku packing tengah malam, dibantu sama Zayn. Dia masih tetap memperlakukanku seperti pacarnya, aku tidak risih dengan semua perlakuannya, karena aku memang menyukai cara dia menatapku, menggengam tangan ku, memelukku, menghiburku, dan banyak lagi.
Kami bercanda, tertawa bersama, bermain, meminum cappucino dingin yang tadi Zayn bawa, dan melakukan hal hal konyol seperti memanggil orang orang yang dijalan dari balkon kamarku, lalu sembunyi. Kami tertawa terbahak bahak mendengar ocehan orang orang yang kami panggil.
"Ken. Bisakah kita lakukan ini lagi kapan kapan?"
"Tentu!" Jawabku sambil tertawa melihat ekspresi oranh dijalan.
Lalu langsung berhenti tertawa karena Zayn menatapku.
"Kamu masih sama saja seperti waktu pertama kali kita ketemu ken." Kata Zayn sambil menarik pelan hidungku dan tertawa.
"Mana ada sama."
"Loh? Emang apa bedanya?"
"Aku sudah lebih kuat Zayn."
Zayn terdiam. Lalu tersenyum.
"Baguslah." Jawabnya.*****
"Ken." Panggil Zayn yang sedang berbaring disofa kamarku.
"Hmm?" Jawabku yang sedang berbaring dikasur.
"Apa kau sudah tidur?"
"Siapa yang berbicara sama kamu sekarang?"
"Hahaha. Mungkin hantu."
"Kau jahat Malik."
"Kau lebih jahat Mrs.Malik"
"Loh? Kok aku lebih jahat?"
"Besok kau akan meninggalkanku. Lalu kau pasti akan kembali saat aku sudah capek menunggumu dan belajar melupakanmu. Benar?"
"Maaf Zayn. Mungkin ini akan terdengar kejam. Tapi.. jangan menungguku, dan mulai besok juga, obati hatimu. Carilah yang lain, aku juga akan mencari yang lain di Paris. Maaf."
Zayn hanya diam. Aku menangis tanpa suara sambil membelakangi Zayn.
"Jangan menangis lagi yah.. Kau yang memutuskan ini. Tapi, untuk sekarang, aku tak akan bisa mengobati hatiku itu ken. Karna kau yang masih menjadi obatku."
Aku hanya mengangguk pelan dan tetap membelakanginya.*****
Aku pesan tiket pesawat jam 10.00 pagi. Zayn tidak mengantarku pergi, sebenarnya aku yang menyuruhnya jangan. Karena aku takut aku akan berubah pikiran.
Sebelum aku berangkat, aku memberikan kunci rumahku ke Zayn. Entah kenapa. Aku menggenggam tangannya, lalu pipinya, dan rambutnya, aku memasukkan semua memori tentang Zayn ke dalam otakku, aku memperhatikan rahangnya, mata coklatnya, alis matanya yang tebal, dan semuanya, dia memeluk pinggangku erat. Lalu aku menciumnya. Sebelum ia sempat membalas ciumanku, aku sudah melepasnya, dan pergi sambil menahan tangis, menarik koper, keluar rumah tanpa menoleh sedikitpun. Zayn hanya bisa diam melihat punggungku yang menjauh, kini Ia tak menahanku lagi, dan disitu, aku tahu, bahwa aku akan mencoba melupakannya.*****
Aku sampai di Paris dengan badan yang selamat, tapi tidak dengan hati yang selamat. Aku tidak cukup kuat untuk mengingat bahwa sekarang tak ada Zayn lagi disampingku.
Kini tak ada lagi orang yang akan mendekapku erat, tak ada lagi kiri atau kanan, hanya lurus,tak akan ada orang yang menciumku lagi jika aku tak mengatupkan mulutku, tak ada orang yang akan tidur disofa kamarku lagi, tak akan ada lagi orang yang mengerjakan tugas tugas menggambarku, meskipun sekarang aku cukup mahir dalam menggambar, tapi.. tak ada lagi orang yang membelikanku cappucino, dan duduk di sudut kiri cafe, tak ada lagi orang yang akan membawakanku bekal untuk istirahat, tak ada lagi orang yang akan menemaniku melakukan hal hal konyol seperti memanggil orang orang dijalan, tak ada orang yang akan berlari sambil membawa barang barangku saat aku marah. Tak ada lagi. Tak ada lagi!
Aku sampai dirumah baruku yang sudah disiapkan oleh Kate. Sekarang, Kate menjadi asistenku, sekalian seperti menjadi ibu angkatku, mengingat umurnya tak beda jauh dengan mom. Kami tinggal serumah. Ya, baiklah.
*****
Tanpa kusadari, sudah setahun aku disini, tapi aku masih tak dapat melupakan Zayn, aku menyibukkan diriku dengan semua pekerjaan pekerjaanku. Aku jadi sering telat makan, bahkan tak makan.
Tiba tiba Kate berkata..
"Ken, kau mau liburan tidak?"
Liburan? Ide yang baik juga. Aku sudah lama sekali tak liburan.
"Boleh juga."*****
Ternyata Kate memesan tiket ke Indonesia, tempat tinggalku dulu.
Sial! Bagaimana kalau aku ketemu Zayn? Damn! Damn!
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? [Zayn Malik]
Fanfiction"Zayn Malik!" "Ya. Kenni Malik?" Kenni Nataline White. Gadis pendiam yang awalnya membenci namanya sendiri. Kecelakaan berturut-turut menimpa kehidupannya. Tetapi, gadis ini tetap kuat. Ditambah lagi dengan munculnya seseorang yang baru dalam kehid...