"Dimana ayahmu?" Tanya Kenni yang masih kesal pada Zayn.
"Ayolah Kenni. Jangan marah lagi. Aku minta maaf okay?" Jawab Zayn.
Perempuan yang duduk disamping Zayn itu merasa ada sesuatu yang ganjil. Ya. Ada sesuatu yang disembunyikan pacarnya. Bukannya hanya pacarnya yang menyembunyikan itu. Bahkan keluarga pacarnya itu juga menyembunyikan sesuatu.
Tiba tiba sebersit ide melintas dipikiran cewe itu..
"Hei. Aku akan memaafkanmu kalau kau beritahu aku apa yang kau -kalian- sembunyikan dari ku."
"Hah?"
"Aku tak akan menciummu Malik." Jawab cewe itu ketus.
"Apa salahnya sih mencium aku? Huh!" Jawab Zayn sambil berjalan naik ke lantai dua.
Kini giliran Zayn yang ngambek. Kenni hanya tertawa kecil sambil menggeleng melihat tingkah pacarnya.
"Lihatlah abangmu itu Waliyha." Kata Kenni kepada Waliyha.
"Kenni. Kurasa Zayn benar. Apa salahnya kau memanjakan bibirnya? Dia kan pacarmu."
Kenni bergidik ngeri mendengar jawaban Waliyha -adik-iparnya-
"Ke..kenapa kau ber..berkata seperti it..itu?" Tanya Kenni
"Well. Aku tak salah kan? Ini kota maju kakak ipar. Jangan membuat dia bosan samamu."Kenni P.O.V
Deg.
Waliyha benar. Bagaimana kalau Zayn bosan? Tapi.. tapi.. kecupan itu berarti besar bagi ku. Baiklah. Mungkin ini zaman maju. Bahkan ciuman adalah hal biasa. Yang bahkan dilakukan orang yang baru berkenalan. Tapi.. tapi.. ewhh! That's not me. But hey! He's my boyfriend. Okay. Aku... aku akan lebih sering mengecupnya. Right. Aku tak boleh egois. Okay okay.Zayn sudah berada dilantai dua sekarang. Ralat. Dikamarnya.
Knock knock
"Zayn. Ini aku. Kenni."
Hening..
"Zayn. Aku tahu kau didalam."
Masih hening.
"Baiklah Zayn. Aku memaafkanmu. Okay?"
Zayn membuka pintunya lalu membentakku.
"Kau! Apa aku ini benar benar pacarmu?!"
Aku terdiam. Aku kaget. Ada apa dengannya? Tadi dia hanya ngambek. Astaga. Kenapa jadi seperti ini?
"Kenni! Jawab aku!"
Kini Zayn mencengkram sikuku dan menariknya kasar.
"Aku.. aku-"Plakk..
Zayn mendaratkan tangannya ke pipiku. Aku langsung terjatuh. Aku menahan tangisku.
"Kau.. kau baru saja.. menamparku Zayn."
Gagal. Aku menangis. Deras. Tiba tiba. Ini semua terlalu tiba tiba.
"Hei! Apa yang kau lakukan Zayn?! Kenapa kau menampar Kenni?! Kau tak dibesarkan untuk menampar kekasihmu bodoh!" Teriak seorang perempuan dari belakangku. Oh.. dia Doniya. Kakaknya Zayn.
Doniya langsung menghampiriku yang sudah tersungkur dilantai dan menatapi lantai dengan mata yang basah.*****
"Zayn! Penjelasan! Apa ini?! Kenapa kau tampar dia?" Tanya seorang perempuan yang ku kenal sebagai Mom Trisha.
Sekarang kami berada diruang tamu. Aku memang tidak menangis lagi. Tapi kalau Zayn datang dan menyentuhku, lalu mengatakan bahwa ia meminta maaf, aku yakin. Sangat yakin, aku akan menangis lagi. Dan sekarang hal itu akan terjadi kapanpun. Sial! Aku tak suka terlihat lemah walaupun sebenarnya aku memang lemah. Aku tak mau dianggap rendah meskipun aku memang rendah. Aku.. aku juga punya kemauan, pikiran, dan perasaan. Ya. Perasaan. Hal yang tadi Zayn lakukan memang tidak berperasaan. Kenapa dia menamparku? Apa salahku? Aku tahu. Aku memang sangat jarang menciumnya. Karena aku lebih suka dia yang menciumku. Kenapa dia tak bisa mengerti?! Kenapa... kenapa Zayn?
Sial! Mataku mulai berkaca kaca lagi saat aku merasakan sakit dipipi kananku. Pipiku merah karena tamparan Zayn. Aku.. aku benar benar tak mengerti keadaan ini."Aku bertanya padamu Zayn! Ada apa?! Kenapa kau sampai menampar Kenni? Apa salah dia?" Tanya Mom Trisha sekali lagi.
"Maaf." Kata Zayn singkat. Lalu dia berdiri. Berjalan ke arahku. Berlutut, memegang tangan kananku lembut, menaruh tanganku kepipi kirinya.
"Maafkan aku Ken. Tolong. Tampar aku seperti aku menamparmu. Aku.. aku tahu, aku salah. Dan itu pasti sakit bagimu."
Aku terdiam. Aku mendengar nada yanh tak biasa dari ucapan Zayn. Ia terdengat sangat tersiksa. Sangat tersiksa!
Aku tak kuat melihatnya begini. Ini lah kelemahanku. Aku tak bisa melihat Zayn menangis, atau pun sedih, apalagi tersiksa seperti ini.
Aku tak menampar Zayn. Malahan aku mengelus pipinya dengan ibu jariku. Aku tersenyum lesu ke arahnya. Lalu merangkul lehernya kearahku. Memeluknya dekat.
"Tell me. What happen Zayn?" Bisikku saat memeluknya.
Mungkin Zayn masih kaget atas perilaku ku. Tapi, ia langsung membalas pelukanku. Ia memeluk pinggangku yang mungkin kecil baginya. Mengingat tubuhku sangat mungil dan pendek. Tiba tiba aku mendengar isakan kecil dari orang yang kupeluk ini.
"Hey.."
Zayn makin erat memelukku.
Aku melepas pelukannya, aku langsung menunduk dan menempelkan bibirku ke bibirnya. Melumatnya lembut. Zayn pun membalas ciumanku. Aku melakukan ini untuk menghiburnya. Aku hanya tak ingin dia menangis.*****
"Zayn. Boleh aku tahu ada apa?"
"Umm. Tadi ayahku telpon. Dia bilang perusahaan bangkrut. Perusahaan yang mengatas nama kan aku itu bangkrut total. Saham kami tinggal 10% Tadi aku.. aku panik. Benar benar sangat panik. Jadi aku tak sengaja menamparmu." Jawab Zayn tergesa gesa lalu memegang pipiku yang tadi dia tampar.
"Maafkan aku. Masih sakit yah?" Tanya Zayn dengan ekspresinya yang menggambarkan ia menyesal.
"Tidak kok." Jawabku sambil memegang tangannya yang sedang melekat dipipiku.Kring kring
Telpon Zayn berbunyi."Halo? Dad?" Zayn mengangkat telponnya tanpa melepaskan tangannya dari pipiku. Malahan ia mengelus pelan pipiku.
"......."
"Kau siapa?! Apa yang kau lakukan terhadap ayahku?! Sialan kau!"
"......."
"Tunggu aku disana brengsek. Tak akan kubiarkan kau hidup kalau ayahku kenapa kenapa!""Hei. Ada apa?" Tanya ku panik kepada Zayn. Dapat kulihat rahang Zaym menegang. Tanda bahwa ia marah.
"Dad dalam masalah."*****
(Malik's family company-Zayn's company)
"Liam?!"
"Ya. Aku. Kenapa?! Kau tak senang Malik?"
"Dimana ayahku?!"
"Whoa whoa. Slow down. Aku minta satu hal. Jika kau memenuhinya, aku akan kembalikan semua sahammu, dan juga ayahmu."
"Apa permintaanmu?"
"Kembalikan Kenni!"
Aku bergidik mendengar permintaan Liam. Bagaimana tidak? Liam meminta Zayn untuk mengembalikanku. Zayn menatapku sekilas, lalu berkata,
"Tak akan!"
"Well. Itu pilihanmu."BUKK.
"Zayn!" Aku berlari kearah Zayn yang sudah tersungkur dilantai akibat pukulan dari Liam. Lalu aku mendongak kepada Liam dan berkata.
"Apa yang kau lakukan huh? Kau kira kau hebat dengan tampangmu yang memuakkan itu? Kau kira aku akan 'kembali' kepadamu meskipun kau meminta Zayn untuk mengembalikan aku? Dan wait. Bahkan kata 'kembali' itupun tak pantas untuk mu, jerk! We're end! Hidupku selama ini tak pernah terusik oleh kau! Makhluk menjijikkan! Sekarang kenapa kau datang lagi? Kau sangat sangat memuakkan Liam! F*ck you!" Bentakku kepada Liam.
Membuat Liam terdiam cukup lama.
"Dimana ayahnya Zayn? Ralat. Ayahku."
Aku memberikan penekanan pada kata 'Ayahku.'
"Whoaa. Ayah mu? Ayahmu sudah mati ken."
Mendengarkan itu membuat telingaku panas. Aku langsung menendang tulang keringnya Liam dan berkata.
"Aku bertanya padamu! Dimana. Ayah. Ku?!" Tanyaku sekali lagi dengan penegasan yang sangat sangat menyeramkan.
"Slut! Kau!"
Liam mengangkat tangannya, bersiap menamparku. Tiba tiba Zayn datang dan menghajar Liam tepat di perutnya. Menyebabkan Liam.. muntah.. darah. Wow."Tamat lah riwayatmu Liam." Teriak seorang perempuan yang kukenal sebagai Nataline. Wait. Nataline?! Kami lagi di Bradford bukan?!
Tiba tiba banyak polisi bermasukan memenuhi ruangan.
"Kenni! Kau tak apa?" Tanya Zayn dengan tampang khawatirnya.
"Bego! Kau terluka parah Malik. Kenapa kau tanya aku baik atau tidak? Mana mungkin aku baik kalau kau menderita! Bodoh!" Jawabku tak kalah panik sambil memeriksa keadaan Zayn."Hei kids. I'm back." Panggil seseorang yang sedang berjalan ke arah kami.
"Dad?!"
"Dad Yaser?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? [Zayn Malik]
Fanfiction"Zayn Malik!" "Ya. Kenni Malik?" Kenni Nataline White. Gadis pendiam yang awalnya membenci namanya sendiri. Kecelakaan berturut-turut menimpa kehidupannya. Tetapi, gadis ini tetap kuat. Ditambah lagi dengan munculnya seseorang yang baru dalam kehid...