"Zayn! Don't leave me. Please."
"Zaynie. Stay with me."
"Zayn. I love you baby. Don't leave me."
"Please. I can't live without you. Zayn!"Samar samar Zayn mendengar suara teriakan Kenni dari sampingnya. Zayn mencoba untuk tidak menutup matanya, ia tahu, mereka masih harus menikah, mempunyai anak anak yang lucu, menggoda Kenni sambil meminum teh pagi dan sekedar bercanda tawa, maka dari itu, Zayn berkata.
"Diamlah ken. Kau berisik sekali. Tenang saja. Aku tak apa. I love you."
Zayn membelai pelan tangan Kenni yang sedari tadi memegang pipi Zayn. Setelah itu, semuanya gelap. Zayn hanya dapat merasakan bahwa ia sedang berbaring dan kasur itu sedang berjalan. Entah kemana. Oh. Zayn lupa. Ia sekarang berada dirumah sakit. Dan mungkin menuju ke UGD.
*****
Zayn berhasil membuat Kenni khawatir melebihi batas biasa. Bagaimana tidak? Zayn dinyatakan koma. Entah berapa lama. Kenni menunggu. Menunggu entah berapa lama. Kenni menangis saat di perjalan ke rumah sakit. Kenni menangis diluar ruang UGD. Kenni menangis saat Zayn sudah dipindahkan ke kamar pasien. Kenni menangis sambil menunggu Zayn. Ia menangis sampai matanya membengkak. Ia tak peduli.
Sampai akhirnya ia masih dengan menangis menelpon keluarga Zayn. Trisha, ibu Zayn yang mendengar kabar tersebut terlonjak kaget seketika. Dan memutuskan untuk langsung pergi ke London. Menemui Kenni. Menemui Zayn. Yang sedang.. koma.
*****
"Kenni. What happen to Zayn?"
Seorang perempuan berteriak dari jauh sambil berlari menuju Kenni yang berada didepan kamar pasien Zayn.
"Mom Trisha."
Kenni memanggil calon ibunya itu dengan tersedu sedu. Memeluk Trisha seperti hanya Trisha satu satunya orang yang ia miliki sekarang. Tidak. Tidak. Kenni punya Zayn. Zayn punya Kenni. Mereka saling mempunyai.
"Hey. Calm down and tell me what happen."
Kemudian Kenni mencoba untuk tenang. Dan menit berikutnya perempuan ini sudah berkobar api menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail. Termasuk saat.. ia memecahkan kaca mobil dengan tangan kosong. Melempari batu kedalam. Mendorong orang itu keluar. Mengebut seperti haus akan kemenangan di balapan. Dan menangis tersedu sedu di depan UGD.
Detik berikutnya setelah ia selesai bercerita, Kenni
menangis lagi. Trisha yang mendengar ceritanya segera melihat tangan Kenni."Astaga! Tanganmu Kenni!"
Benar benar astaga. Tangan Kenni bercucuran darah. Tak ada seorang pun termasuk dirinya yang memperhatikan tangan Kenni. Kecuali Trisha.
*****
Setelah tangan Kenni selesai diperban, mereka masuk ke kamar pasien Zayn. Duduk. Dan termenung. Kenni masih terlalu kacau untuk memikirkan dirinya. Ia terlalu mencintai Zayn sampai sampai ia bisa saja melompat dari lantai teratas ke bawah jika mendengar kata 'Maaf' dari dokter.
Tapi ternyata tidak. Zayn masih punya harapan. Meskipun ia koma, dan setahu Kenni, telinga orang koma tetap berfungsi.
"Zayn. Kau tahu? Sebentar lagi kita akan menikah. Sebentar lagi ulang tahun mu. Bangunlah sayang. Jangan tidur lama lama ya?"
Sunyi. Tak ada yang berbicara. Satu orangpun. Disana ada Dad Yaser, Mom Trisha, Doniya, Waliyha, Safaa, dan Kenni. Mereka semua terdiam, termenung, menunduk.
Kenni pun hanya bisa terdiam menatap Zayn. Air matanya terasa sudah kering.
Tak lama kemudian, Kenni berbicara lagi,"Kalau kau bangun, aku akan... aku akan melakukan apapun yang kau mau. Ayolah Zaynie. Ini tak lucu."
Kenni tertawa sarkastik, ia terus tertawa, sampai Waliyha berkata.
"Kenni. Cukup. Zayn pasti kuat. Kau harus percaya padanya. Aku tahu, dia sangat menyayangimu. Ia tak pernah mencintai gadis lain seperti ini. Percayalah, ia pasti akan bangun. Untuk kau. Untuk kita. Dan untuk kalian."
Perkataan bijak tersebut sampai ke hati kecil Kenni. Ia langsung terdiam, lalu tersenyum tulus kepada Waliyha.
"Terima kasih."
Waliyha tersenyum. Sangat tulus.
*****
Besok tepat satu minggu Zayn koma. Dan besok adalah tahun baru. Kenni akan melewati tahun barunya berdua. Dengan Zayn. Kenni akan memberikan harapan tahun barunya untuk Zayn.
Satu satunya harapan tahun barunya, yaitu Zayn bangun. Dan menyapanya seperti biasa, mengucapkan selamat tahun baru, memeluknya, membelai rambutnya, menciumnya, mengucapkan bahwa ia menyukai aroma rambutnya. Itu saja sudah cukup. Lebih dari cukup.
31 December 2015 - 11:50 p.m
Sepuluh menit lagi. Sepuluh menit lagi tahun baru. Zayn masih diam dalam posisinya. Kenni juga masih diam dalam posisinya. Tangannya sudah sedikit sembuh. Artinya Zayn juga segera akan bangun. Setidaknya seperti itu lah Kenni menghibur dirinya.
"Zayn. Sebentar lagi tahun baru, kalau sekarang kau tidak koma, mungkin kita sedang duduk manis di sudut kiri cafe Heritage, atau mungkin kau akan menyewa satu kapsul di London Eye dengan alasan agar aku dapat melihat kembang api dengan jelas, atau mungkin kau akan membuat kejutan kejutan kecil. Hei. Jangan bersedih, belum telat kalau kau mau buat kejutan. Aku hanya butuh kau bangun sayang. Itu adalah kejutan terindah bagiku, kau tahu? Aku merasa sungguh bersalah. Aku.. aku tak tahu harus bagaimana Zayn. Aku butuh kau. Tak lucu kalau kau meninggalkan aku saat kita sudah hampir menikah. Aku.. aku takut Zayn. Kau berjanji bukan? Kau tak akan meninggalkanku. Oh ayolah. Astaga, aku tak seharusnya seperti ini. Tapi tenang saja, aku hanya berasumsi bahwa kau lelah, kau butuh istirahat, tapi aku tak mengizinkan kau pergi meninggalkan aku. Kau tahu? Malam ini sepi. Sangat sepi."
Kenni mengelap air mata yang membasahi pipinya, kemudian lanjut berkata..
"Zayn. I love you."
Kemudian, ia mengecup pelan bibir Zayn. Tepat saat jam berdentang pada pukul 12 malam. Terdengar banyak suara kembang api. Terlihat cahaya cahaya yang memancar dimuka Kenni dan Zayn, karena kamar pasiennya Zayn memang terdapat jendela besar.
Kenni tidak melepaskan ciumannya. Sampai tiba tiba ia merasakan sebuah gerakan kecil dari mulut Zayn.
Kenni langsung melepaskan ciumannya dan menekan sebuah tombol diatas kasur untuk memanggil suster, dokter, atau apalah."Zayn?"
Dokter dan suster segera membuka pintu kamar tersebut dan memeriksa keadaan Zayn. Yang benar saja! Zayn sudah sadar! Tepat saat Kenni meletakkan bibirnya di bibir Zayn. Tepat saat jam 12 malam. Tepat saat tahun baru. Harapan Kenni terwujud. Ia tak bisa lebih bahagia lagi. Melihat Zayn kembali membuka matanya, tersenyum ke arahnya, memegang tangannya terasa sangat nyata. Setelah Kenni memastikan ini bukan mimpi, ia langsung menelpon semua keluarga Zayn. Satu persatu. Karena ia terlalu bahagia.
"Happy New Year Ken. I'm sorry, I can't take you to -anywhere. I'm so sor-"
Kenni mengatupkan mulut Zayn dengan menciumnya lagi. Zayn tersenyum. Kemudian Zayn membiarkan Kenni melumat bibirnya pelan. Zayn hanya memegang pinggang Kenni tanpa menariknya, ia masih terlalu lemah bahkan untuk membalas ciuman seseorang.
Baiklah. Ciuman Kenni."Happy New Year Zayn. Jangan minta maaf. Kau sudah menyiapkan surprise untukku malam ini."
Kenni berkata setelah melepas ciuman mereka.
"Surprise? Hanya karena aku bangun? Apakah itu surprise?"
"Eh? Kau mendengarnya Zayn?"
"Tentu. Tapi hanya samar samar. Aku tahu itu kau. Seingatku, kau bilang kau akan melakukan apapun yang aku mau kalau aku bangun bukan?"
"Tentu."
"Hahaha. Baiklah. Aku hanya ingin kau didekat ku. Lakukan itu. Okay?"
Kenni terdiam. Lalu tersenyum.
"Okay."
Maaf. Aku lagi males mau ngelanjutin. Sejujurnya, aku ragu lihat para readers ku ini. Kalian sebenarnya suka? Atau engga? Entahlah. Aku jadi males mau lanjut.
Sekian. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us? [Zayn Malik]
Fanfiction"Zayn Malik!" "Ya. Kenni Malik?" Kenni Nataline White. Gadis pendiam yang awalnya membenci namanya sendiri. Kecelakaan berturut-turut menimpa kehidupannya. Tetapi, gadis ini tetap kuat. Ditambah lagi dengan munculnya seseorang yang baru dalam kehid...