Back.

1.7K 160 2
                                    

Kenni P.O.V
"Thanks for make me strong Mrs.Malik"
Kata Zayn sambil mencium keningku.
"Apa benar aku akan jadi Mrs.Malik?"
"Tentu."
"Kau harus mengejarku paling tidak 5 atau 6 tahun lagi Mr.Malik"
"Hah?"
"Aku tak akan menciummu." Kataku sambil menjulurkan lidah.
"Hei. Itu peraturan lohh.."
"Dasat pervert." Kataku sambil mencubit perutnya pelan.
Zayn tertawa. Manis sekali. Tiba tiba aku ragu. Status kami sekarang apa?

*****

"Zayn. Jangan jadi manja gini dong."
"Ini bukan manja ken"
"Jadi apa?"
"Ini namanya khawatir."
"Loh?"
"You know, Nataline."
"Ohh." Aku hanya mengangguk singkat.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Zayn kepadaku.
"Kau selalu bertanya Zayn."
"Hahaha. Jadi, sekarang status kita apa?"
"I don't know."
"Eh?" Ekspresi Zayn menjadi lesu. Melihat itu aku langsung berkata,
"Kau bahkan belum menembakku Zayn." Kataku tersipu malu.
"Eh?"
Lalu sunyi berselang sekitar beberapa detik. Kemudian Zayn tertawa kuat sekali.
"Okay, go laugh at me." Kataku sambil cemberut dan menepis pelukannya, serta berdiri.
"Sorry sorry. Hahaha." Zayn menarik tanganku lagi aku terduduk dan kembali dalam pelukannya.
"So, would you be my girlfriend again ken?" Tanya Zayn yang masih tertawa.
Aku menatapnya tajam.
"Promise won't break your heart. Okay?" Kini dia serius.
Aku terdiam kira kira 1 menit. Mencari alasan yang rasional untuk menolaknya, tapi, aku tak mendapat jawaban, kemudian..
"Okay." Jawabku yang langsung tersenyum dan mengangguk.
"Yeah!!!"
Sekarang Zayn berlari kegirangan entah kemana,
"Dasar anak kecil." Gumamku sendiri sambil tertawa kecil.

Ting tong
"Itu pasti Kate." Pikirku.
Aku langsung membuka pintu. Mataku hampir keluat karena yang diluar itu Nataline, bukan Kate.

"Umm.. hai ken."
"Eh? Ha..hai nat. Ada apa?"

Zayn dimana? Zayn dimana sekarang?

"Ada Zayn gak?" Tanya Nataline lembut ke aku. Kenapa dia lembut gitu? Aneh.
"A..ada.."
"Berarti dugaanku benar." Gumam Nataline pelan nyaris berbisik.
"Ha?"
"Tak ada. Bilangin ke Zayn ya.. Aku minta maaf. Dan.. err.. kau juga ken. Aku minta maaf."
"Eh? Gamau ngomong sama Zayn ya? Dia didalam loh."
Nataline tersenyum. Senyumnya tulus sekali.
"Engga deh, anw, apa kalian udah pacaran?"
"Umm. Yeah. Barusan."
Sebersit ekspresi sedih dan kecewa terlukis diwajahnya. Tapi ia langsung tersenyum dan memelukku.

"Eh? Nat-"
"Oh my God!" Teriak Zayn tiba tiba.. Nataline melepas pelukannya.
"Ke.. kenapa kalian bisa.. pelukan?" Tambahnya lagi.
"Katupkan mulutmu bodoh." Kataku
"Hei, aku menunggu kau menciumku ken.. wait. Kenapa kalian pelukan? Apa kau demam nat? Menjauh dari Kenni! Dan Kenni, kesini." Oceh Zayn yang gak jelas dan panjang lebar.
Aku dan Nataline hanya menatapnya dengan tatapan -you-crazy-or-what-
"Aku tidak tertarik dengan perempuan Zayn." Kata Nataline sambil ketawa.
"Bu..bukan itu. Aduh, Kenni sini." Perintah Zayn
"Apaan sih? Kamu yang kesini. Nataline mau ngomong." Aku balik memerintah Zayn.
"Loh? Eh? Apaan?"
"Aku hanya mau minta maaf." Nataline langsung angkat bicara.
"Untuk apa?"
"Semuanya."
"Minta maaf lah ke Kenni." Kata Zayn.
"Kau terdengar seperti kakek kakek Zayn. Dan aku sudah memaafkan Nataline kok." Jawabku kepada Zayn sambil menjulurkan lidah.

"Ohh.. jadi.. Pacarku membela temannya sekarang." Kata Zayn sambil pura pura ngambek.
"Ohh ayolah Zayn, kami bukan teman. Tapi sahabat."
Zayn menatapku tajam dengan tatapan -are-you-serious-
Lalu aku dan Nataline tertawa bersama.
Finally, they back to me. They BACK to me!

*****

Hari minggu pagi!!! Yeyy.
"Zayn, olahraga yokk."
"Males."
Aku menatapnya tajam. Ia malah tertawa. Well, itu tak mempan. Aku ganti cara.
"Ayolah Zayn." Kini aku mengeluarkan jurus puppy faceku.
"Jangan membujukku. Lebih baik kita disini aja."
"What?! Dirumah? Minggu pagi dirumah? No way."
Aku merengek, meronta, ngambek, dan semacamnya. Akhirnya Zayn menyerah dan berkata.
"Baiklah, tapi ada syarat."
"Yaaa?? Apa syarat nya?"
"Aku hanya mau main basket."
"Eh? Aku tak bisa basket Zaynie."
"Akan ku ajarkan."
"Males."
"Loh? Kok jadi aku yang bujuk kamu sih?"
Aku tertawa mendengar perkataan Zayn yang lugu itu.
"Baiklah. Aku menerima bujukanmu. Lihatlah Zayn, betapa aku menyayangimu."
"Eh? Apaan?"
"Buktinya aku langsung menuruti ajakanmu" jawabku sambil tertawa.
"Hei, dasar. Kamu yang ngajak kok." Kata Zayn sambil mengacak rambutku.

"Hai. Tidakkah kalian sadar aku disini?" Tanya Nataline yang ternyata sudah duduk disofa.
"Eh? Akhirnya kamu datang juga. Jadi, ayok berangkat." Kataku sambil bergaya seperti burung yang akan terbang. (?)
Tapi Zayn dan Nataline tidak menghiraukanku, mereka malah langsung jalan keluar sambil menahan tawa. Zayn sialan. Nataline juga.

*****

"Ayolah Zayn, aku mau mencoba lagi. Berikan aku bola itu." Kataku sambil mencoba mengambil bola itu.
Kami lagi duduk dibawah pohon besar. Tangan besar sebelah kiri milik Zayn itu meletakkan kepala ku dibahunya, sementara tangan sebelahnya lagi, sibuk memegang bola basket.
Aku meronta ronta mengambil bola itu.
"Zayn! Berikan padaku" teriakku pada Zayn.
"Apa? Aku tak dengar." Kata Zayn pura pura.
"Zayn.. minta bolanya.."
"Aduh Kenni. I know I know. I love you too."
"Loh? Apa hubungannya?" Kataku sambil menepis tangannya dan mengambil bola itu.
Tiba tiba aku merasakan bibir lembut milik Zayn itu mendarat dipipiku. Sial, aku merona.

Nataline P.O.V
Astaga, mereka mesra sekali. Aku ingin memiliki Zayn juga.
Ya ampun, apa yang kupikirkan? Justru aku harus menghapus perasaanku ke Zayn. Tapi.. tapi.. Kenapa harus aku yang menghapua perasaanku? Kenapa gak Kenni saja yang menghapus perasaannya terhadap Zayn.
Ya tuhan, kenapa aku jadi jahat sekali? Tidak tidak. Kenni temanku. Bukan teman. Sahabatku. Aku harus merelakan Zayn. Demi Kenni.

Us? [Zayn Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang