Pintu ruangan pria itu diketuk. Asistennya masuk dengan wajah sedikit khawatir.
"Ada apa?" tanyanya tanpa melirik sedikitpun.
"Maaf, Tuan, saya dengar keluarga itu membawanya untuk pindah sementara ke negara lain," lapornya.
Pria itu dengan segera menghentikan pekerjaannya. Kilat marah terlihat di mata pria itu. Tiba-tiba saja tangannya sudah membanting vas bunga yang ada di hadapannya. Asisten pribadinya sudah tidak terkejut dengan perlakuan itu.
"Cih, gadis bau kencur itu mau bermain petak umpet denganku?" seringainya keji. Ia tak menyangka bahwa gadis itu akan tetap nekat untuk kabur darinya.
"Tolong tenang, Tuan. dia hanya akan pergi selama tiga tahun, setelah itu ia akan segera kembali," ujar asistennya dengan pelan.
"Tiga tahun? Kita lihat apakah asetku yang paling berharga itu masih ingin sembunyi atau tidak. Awasi terus dia, barang bagus pasti banyak peminatnya, kan?" ia kembali menyeringai. Asistennya hanya mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu
"Kau tidak akan bisa lari dariku, Sayang. Bahkan keluargamu yang amat disegani itu tunduk padaku."
...
Sudah dua tahun Zae di Indonesia. Gadis itu sungguh menikmatinya. Jiwanya seakan bisa terbang dengan sangat bebas ketimbang di Amerika dulu. Ini adalah tahun terakhirnya di junior high school. Namun, tetap saja kenakalan itu masih melekat dalam diri Zae Ambroise. Kini ia sedang duduk di kursi ruang BK. Gadis itu baru saja melakukan pelanggaran. Lagi.
"Begini cara Anda datang ke ruangan saya? Apa Anda tidak bosan datang terus ke ruangan ini?" Mrs. Valerie menatapnya kesal. Entah sudah berapa kali pelanggaran yang Zae terus buat. Tidak ada kapoknya. Mungkin ia baru tobat ketika sudah melanggar semua peraturan yang tertulis di buku.
Zae sedikit menyeringai. "Maaf, tidak sopan, ya?" Kaki kiri yang tadinya menyilang, berubah jadi kaki kanan. Mrs. Valerie melotot padanya. Zae terkikik geli sebelum akhirnya ia membenarkan posisi duduknya.
"Berkali-kali masuk ruangan saya bukan berarti Anda bisa lebih seenaknya. Huh, di antara semua murid hanya kau yang keluar masuk ruang BK seperti kamar sendiri."
"Itu rekor, Mrs." jawab Zae santai.
Mrs. Valerie kini berusaha meredam amarahnya. "Tolong jangan terlalu sering membuat masalah, ms. Ambroise. Nilai Anda sangat mepet KKM, jika itu tidak diimbangi dengan sikap yang baik, Anda bisa dikeluarkan."
Ancaman itu sudah keluar masuk telinga Zae. Tetap saja itu semua hanya angin lalu. Beberapa bulan kemudian ia pasti akan melakukan pelanggaran lagi dan duduk di ruangan ini. Lagi.
Zae memang dikenal sebagai troublemaker di sekolah itu. Anak TK sampai SMA pasti mengenal nama Zae Ambroise, anak asing si pembuat onar. Di tahun pertamanya saja, ia sudah terlibat perkelahian dengan beberapa anak laki yang mengolok-olok dirinya serta Anna. Anna bahkan tidak terlibat apapun dengan mereka, entah mengapa juga ikutan kena. Yang tidak bisa menjaga lidahnya, pasti akan kena hajar oleh Zae.
Di tahun kedua, Zae ketahuan membolos. Gadis itu bahkan tak ragu untuk terlambat berkali-kali. Meski demikian, sekolah masih tidak bisa mengeluarkannya. Gadis itu masih berada di ambang batas pelanggaran maksimal. Ia masih menuruti peraturan. Alasan terlambatnya juga masih masuk akal.
Kini, ia ditahan karena membawa motor ke sekolah. Guru yang ada di hadapannya menatap tajam. "Jelaskan alasan Anda membawa motor hari ini."
"Saya bangun terlambat hari ini. Tentu saja mengendarai mobil atau kereta pada jam itu, sama dengan mencari mati. Hanya Penny yang bisa membawa saya datang tepat waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerate's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #2 17+ Zae Ambroise, gambaran gadis sempurna dambaan umat manusia. Paras cantik, kekayaan tak hingga, dan otak cerdas sebanding dengan Einstein. Siapa sangka ia memilih untuk membangun kehidupan baru di sebuah negeri yang bahkan tak...