Malam natal selalu punya arti sendiri bagi keluarga Ambroise. Biasanya mereka akan berkumpul bersama di ruang santai sambil membicarakan banyak hal. Hari ini, mereka kedatangan seorang anggota baru.
"Ann, kau tidak perlu membantuku," pekik Cantrelle.
Anna tertawa renyah. "Tidak masalah, Mrs. Ambroise. Saya sering membantu ibu saya memasak untuk malam natal."
Cantrelle menyerah melarang anak itu. "Yah, baiklah kalau begitu. Kau bisa masak makanan Perancis, Ann?"
Anna menggeleng. "Saya tidak bisa masak escargot atau foie gras, Mrs. Ambroise. Jika Anda menanyakan resep rendang atau gulai, mungkin saya bisa."
Cantrelle tertawa. Oh, anak ini punya selera humor yang baik. "Aku jadi tertarik. Bagaimana jika kau membuat makanan khas Indonesia untuk kami."
"Tidak masalah, Mrs. Ambroise."
"Hei, jangan panggil aku Mrs. Ambroise. Panggil saja aku Cantrelle."
Anna sedikit terkejut mendengarnya. "T-tapi itu akan terdengar tidak sopan."
"Lalu bagaimana orang Indonesia memanggil orang yang lebih tua?"
"Kami memanggilnya dengan sebutan Uncle atau Aunty."
"Kalau begitu, panggil saja aku Aunty, oke? Mendengar kau memanggil Mrs. Ambroise membuatku risih. Aku ingin kau menganggapku dekat," jelas Cantrelle.
Anna mengangguk pelan. Ia menyukai karakter ibu Zae yang ramah dan gemar mengobrol apa saja. Ia awalnya berpikir Cantrelle mungkin seperti ibu-ibu kaya pada umumnya. Menjauh pada orang yang berbeda kasta dengannya, enggan untuk memulai pembicaraan, dan benci pada hal kotor-kotoran. Namun, lihat siapa yang ada di samping ini. Seorang wanita yang memakai hot pants dan tank top, sedang memasak makan malam untuk mereka. Tidak ada yang menyangka bahwa beliau adalah direktur utama AM Group, penguasa industri budaya Amerika.
"Kita akan membuat makanan khas Perancis kali ini. Soupe à l'Oignon, Beef Bourguignon, dan Tarte Tatin."
Anna tidak mengerti bahasa mana yang Cantrelle keluarkan. Wanita itu berbicara dengan logat Perancis yang amat kental ketika menyebutkan makanan itu. Dan Anna sama sekali tidak tahu makanan apa yang Cantrelle sebut.
Namun, belum sempat Anna bertanya lebih jauh, Cantrelle sudah cekatan menyiapkan semua bahan.
"Ann, tolong ambilkan wine di lemari itu," tunjuk Cantrelle pada salah satu lemari yang berjejeran banyak sekali wine.
"Aku harus ambil yang mana, Aunty?" tanya Anna. Dia sama sekali tidak mengerti soal minuman fermentasi ini.
"Itu sama semua. Kau boleh ambil yang mana saja," ujar Cantrelle. Tangannya masih sibuk untuk memotong-motong daging brisket.
Setelah Anna membawa wine itu, ia mulai membantu Cantrelle. Ia tidak begitu mengerti cara memasak ini, sehingga yang ia lakukan adalah memotong-motong bumbu dan segala macam bahan yang dibutuhkan untuk membuat Beef Bourguignon.
"Ann, apa yang kau biasa buat untuk natal?" tanya Cantrelle berbasa-basi.
"Kami biasanya membuat babi kecap atau sup brenebon. Oh, kue-kue seperti nastar, kastengel, dan putri salju juga tidak boleh tertinggal."
"Itu masakan khas daerahmu?"
"Ayah saya keturunan Timur, jadi kami memang sering masak makanan itu. Kalau untuk kue, sepertinya saat perayaan keagamaan memang selalu ada." jelas Anna.
Cantrelle manggut-manggut mendengar pernyataan itu.
"Kalian sepertinya asyik sekali," sahut sebuah suara. Troyes menghampiri mereka dan mengecup bibir istrinya. Pria itu terlihat santai dalam balutan kaos abu-abu dan celana jogger hitam. Anna tersenyum tipis melihat kemesraan suami istri tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerate's Love
Fiksi UmumTHE LOVE SERIES #2 17+ Zae Ambroise, gambaran gadis sempurna dambaan umat manusia. Paras cantik, kekayaan tak hingga, dan otak cerdas sebanding dengan Einstein. Siapa sangka ia memilih untuk membangun kehidupan baru di sebuah negeri yang bahkan tak...