Nine

326 28 0
                                    

Suasana natal benar-benar melingkupi seluruh sudut kota New York. Berbagai macam dekorasi menghiasi jalanan kota. Berbeda sekali saat ia berada di Jakarta. Sedari tadi, Anna hanya menatap kagum dari jendela.

Berbeda dengan Zae yang justru sibuk menatap gawainya. Ia sudah bosan dengan pemandangan kota ini. Tidak ada bedanya dan semakin sumpek saja. Mobil Maserati Quattroporte itu berjalan dalam kecepatan sedang menuju mansion keluarga Ambroise.

"Anda ingin mampir, Nona?" tanya Jonah.

"Tidak usah. Dad sudah menunggu kita untuk makan malam."

Jonah hanya mengangguk mendengarnya. Tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di sebuah mansion yang teramat megah. Anna tercengang ketika mobil memasuki area mansion itu.

"Ini rumahmu?" tanya Anna pada sahabatnya itu.

"Iya. kenapa?"

"Besar sekali," jawabnya kagum.

Zae tersenyum tipis. "Isinya lebih banyak pelayan dan bodyguard daripada penghuni sesungguhnya."

"Siapa pemilik rumah itu?" Anna menunjuk pada mansion yang tak kalah megah di sebelah mansion keluarga Ambroise.

"Itu milikmu di masa depan," jawab Zae acuh tak acuh.

"Aku aminkan saja."

"Hati-hati jadi kenyataan."

Butuh beberapa menit sampai akhirnya mobil berhenti di pintu utama mansion itu. Mansion ini luasnya lebih dari empat kali luas lapangan bola. Besar sekali. Sepertinya satu hari hanya cukup untuk mengelilingi mansion itu.

Bodyguard yang ada di sana langsung membukakan pintu bagi nona besar mereka. Zae dan Anna turun bergantian. Sapaan pada pelayan yang ada di sana hanya dibalas dengan anggukan dan seulas senyum tipis. Langkah mereka terhenti ketika melihat tiga orang penting yang menyambut.

"Zae, selamat datang kembali." Troyes memeluk putri bungsunya itu.

"Astaga, kau ini bertambah tinggi saja, sayang. Mom bisa-bisa kalah denganmu." Wanita cantik itu tertawa dan menciumi pipi Zae.

Anna terdiam tersenyum memandangi reuni keluarga yang hangat itu. Ah, andai saja keluarganya juga begitu. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan kedua orang tua Zae secara langsung. Biasanya, ia hanya melihat di gambar. Keluarga itu melihat Anna yang masih berdiri tak jauh dari sana.

"Kau pasti teman baik Zae. Siapa namamu, Young Lady?" tanya pria itu.

"Alanna Jean, Sir. Anda bisa memanggil saya Alanna atau Anna." jawab Anna sesopan mungkin.

"Aku Troyes, ayah Zae. Itu istriku, Cantrelle, dan yang diam di sana adalah kembaran Zae, Zoe. Selama di sini anggaplah tempat ini sebagai rumahmu, oke?" Troyes tersenyum hangat.

Anna tersenyum membalasnya. Mereka berlima lalu segera pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama. Terlihat melimpahnya makanan di meja itu.

"Sudah kubilang tak perlu mengadakan pesta penyambutan seperti ini, Dad." Zae berkata ketus.

"Tidak ada yang menyambutmu, Bodoh. Kita hanya menyambut Anna," balas Zoe tak kalah ketus.

Troyes menghela napas. Suara keributan ini yang selalu saja terjadi kalau dua manusia itu bersatu. Mungkin melempar salah satunya ke ujung dunia memang keputusan yang baik. Anna sedikit terkejut ketika melihat dua anak kembar itu. Ternyata mereka tidak akrab. Baru tahu ada anak kembar yang tidak akrab.

"Maaf ya, Ann. Memang dua anak ini selalu menghancurkan ekspektasi setiap orang tentang anak kembar. Sama sekali tidak seperti yang kau pikirkan." Cantrelle melotot pada anaknya yang ribut.

Conglomerate's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang