Zae melayangkan tatapan permusuhan kepada pria itu. Astaga, bagaimana mungkin orang tuanya membawa bedebah itu datang ke rumahnya? Sebentar lagi Zae akan gila.
"Zae? Kau tidak merindukanku?" tanya pria itu lagi.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya ingin menyapa asetku yang berharga."
"Aku bukan asetmu!" teriak Zae. Ia benci sekali ketika pria ini menganggapnya sebagai barang.
"Zae...." Troyes berusaha menenangkannya.
"Kenapa Dad membawanya kemari? Dad sudah berjanji padaku!"
"Tolong tenang, Zae. Greg datang hanya untuk menyapamu."
Zae tertawa frustasi. "And you believe that?"
"Sayang, aku minta maaf jika kau marah melihatku. Aku tahu perlakuanku padamu selama ini sangat tidak sopan. Oleh karena itu, biarkanlah aku menebus semua ini dengan menjadi orang yang baik bagimu," pinta Greg. Wajah pria itu terlihat memelas.
"Aku pergi." Zae segera melangkahkan kakinya naik ke tangga. Baru saja dia naik beberapa anak tangga, terdengar pekikan suara Anna.
Zae membelalak ketika melihat Greg menahan Anna. Wajah gadis itu terlihat terkejut dan takut di saat yang bersamaan.
"Let her go!" Zae menuruni anak tangga itu berusaha menarik Anna dari Greg. Namun, pergerakan Greg lebih gesit darinya.
"Aku sudah berusaha baik-baik dan kau menolaknya. Haruskah aku sedikit lebih kasar, Zae Sayang?"
"Baik pala lo peang," itu bukan umpatan Zae. Gadis yang kini ditahan oleh Greg-lah yang mengucapkan kalimat itu. Zae berusaha keras menahan tawanya.
Semua orang kini menatap gadis itu. Berusaha memahami apa yang dia katakan. Anna masih sedikit ketakutan.
"What did you say, Sweetie?" tanya Greg bingung.
"Lo tuh aneh, sekutu dajjal, tua-tua sialan. Lepasin gue, Brengsek. Gue kesini cuma mau liburan. Ah, sialan lo, Zae! Cepetan suruh nih aki-aki lepasin gue!" umpatan-umpatan itu terus keluar dari mulut Anna. Sial, kalau terus begini hanya menunggu waktu sampai Zae tertawa terpingkal-pingkal.
"I can't understand you, Sweetheart. Please tell me what's the meaning of that?"
"Gue justru ngomong pake Bahasa Indonesia supaya lo nggak ngerti, Bodoh. Lepasin gue anjir. Sesek nih dada!" Anna melotot pada Greg. Membuat pria itu semakin kebingungan.
Zae sungguh sudah tidak bisa menahan tawanya. Ia terpingkal-pingkal mendengar dua manusia itu saling berbicara dalam bahasa yang berbeda. Oh, inikah enaknya menjadi polyglot? Kau bisa mengutuk orang dalam bahasa yang berbeda.
"Panggil Winter," perintahnya pada salah satu asistennya. Winter kemudian datang sedikit tergopoh.
"Anda memanggil saya, Tuan Greg?" tanya Winter ketika tiba.
"Ya, aku butuh kau untuk menerjemahkan semua kata yang keluar dari mulut gadis ini."
"Lepasin, sesek banget nih dada!" Zae meronta dalam cengkraman Greg.
"Apa yang dia katakan?"
"Dia meminta Anda melepaskan cengkraman Anda, Sir. Dia merasa sesak," jawab Winter.
Greg melonggarkan sedikit cengkramannya. Ia kembali menatap Zae yang sudah selesai tertawa puas. "Kau masih ingin berbicara dengan baik, Zae?"
Suasana hati Zae berubah sedikit membaik. Sepertinya Anna memang dibutuhkan dalam kasus ini. Gadis itu kemudian mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerate's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #2 17+ Zae Ambroise, gambaran gadis sempurna dambaan umat manusia. Paras cantik, kekayaan tak hingga, dan otak cerdas sebanding dengan Einstein. Siapa sangka ia memilih untuk membangun kehidupan baru di sebuah negeri yang bahkan tak...