"Saya berencana untuk melanjutkan SMA di tempat yang berbeda. Saya ingin mengambil jurusan IPS, karena saya berencana untuk masuk akuntansi atau hukum ketika kuliah nanti," jelas Anna.
"Bagus sekali, Ms. Jean. Kenapa Anda ingin memilih jurusan tersebut?"
"Supaya ia tidak jatuh miskin seperti ayahnya," sahut seseorang yang membuat sekelas tertawa terbahak.
"Ms. Ashley, tolong jaga sopan santun Anda," ujar Mrs. Valerie dingin. Semua tawa langsung tersumpal begitu saja.
Anna tersenyum kecut. "Ah, itu karena ayah saya yang menyarankan. Beliau bilang prospek kerjanya luas dan gajinya menjanjikan. Sebenarnya, saya sendiri juga belum begitu yakin. Sementara, saya akan memilih ini sembari mencoba mencari bakat dan potensi saya."
Hanya Mrs. Valerie dan Zae yang bertepuk tangan mendengar jawaban itu.
"Baik, Anda boleh duduk." Ia mempersilakan. "Selanjutnya, Ms. Ambroise. Silakan maju dan jelaskan rencana Anda."
"Eh? Saya, Mrs.?"
"Tentu saja, siapa lagi yang bernama Ms. Ambroise di kelas ini?" tanyanya kesal.
"Bukannya urut absen, Mrs.?" Astaga, dia belum siap sama sekali.
Mrs. Valerie menghela napas kesal. "Saya tidak pernah bilang seperti itu. Cepat maju sekarang atau saya akan memanggil Anda ke ruangan saya. Lagi."
Zae memutar matanya dalam hati. Cih, guru-guru memang pada dasarnya sudah dendam padanya. Gadis itu kemudian maju ke depan untuk melakukan hal konyol ini.
"Saya berencana untuk kembali lagi ke New York karena orang tua saya yang memintanya. Itu saja," jelas Zae dengan singkat dan padat. Gelak tawa kembali memenuhi kelas.
Mrs. Valerie berusaha menekan emosinya rapat-rapat. "Apakah Anda tidak akan melakukan apa-apa di New York?"
"Ya, tentu saja ada. Saya bukan anak durhaka yang terus menghabiskan harta orang tua saya."
"Lalu, apa yang akan Anda lakukan di New York sana?"
Zae mendengus pelan. "Saya akan bergabung dengan C—" Hampir saja Zae menyebarkan rahasia itu. "Saya mungkin akan melanjutkan SMA di sana. Entahlah, saya juga belum terpikir," jawabnya cepat.
"Apa Anda berencana kuliah?"
"Saya sudah S2 sebenarnya," jawab Zae dalam hati. Ia benar-benar dongkol dengan kelakuan guru BK yang kepo sekali dengan kehidupannya. "Mungkin saya akan mengambil Computer Science atau IT."
"Anda tertarik belajar itu? Bukankah itu salah satu jurusan yang sulit?" tanyanya sedikit meremehkan.
"Kalau saya tidak tertarik, saya tidak akan mengambil jurusan itu. Lagipula, Anda tidak tahu kemampuan saya yang sebenarnya. Jadi jangan merendahkan," balasnya ketus.
Mrs. Valerie berdeham pelan. Ia kemudian menyuruh gadis itu duduk kembali. Dengan perasaan kesal, Zae kembali duduk.
"Guru itu menyebalkan sekali," ujar Anna ketika mereka istirahat makan siang.
"Kau harus lebih sering bertemu dengannya. Dia lebih menyebalkan dari yang kau kira," kata Zae sambil menyuap sesendok nasi ke mulutnya.
Anna tergelak melihat kekesalan sahabatnya itu. Yah, Zae itu langganan tetap Mrs. Valerie. Tidak heran kalau mereka itu saling membenci satu dengan yang lain.
"Kenapa kau tidak lanjut SMA di sini?" tanya Zae yang penasaran setelah mendengar cerita Anna tadi.
"Beasiswaku ditolak," jawab Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerate's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #2 17+ Zae Ambroise, gambaran gadis sempurna dambaan umat manusia. Paras cantik, kekayaan tak hingga, dan otak cerdas sebanding dengan Einstein. Siapa sangka ia memilih untuk membangun kehidupan baru di sebuah negeri yang bahkan tak...