Ten

396 27 5
                                    

Zae bangun ketika pagi sudah menyapa di balik jendela. Zae menyadari bahwa kasur Anna telah rapi yang menandakan gadis itu sudah turun ke bawah. Mungkin dia sedang sarapan. Zae menggeliat malas. Udara ini semakin dingin dan rasanya kasur adalah tempat terbaiknya. Namun, bukankah sayang sekali jika ia tidak mengajak Anna berjalan-jalan mengelilingi kota New York? Zae akhirnya bangun dan ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus sikat gigi.

Ketika turun, ia melihat Anna yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Gadis itu tampak riang sambil bersenandung ria. Belum terlihat penampakan batang hidung anggota keluarga Ambroise. Zae menatap jam yang menunjuk angka delapan. Mungkin sebentar lagi orang tuanya akan bangun.

"Nona, Anda tidak perlu melakukan ini." Winter berusaha mencegah Anna. Tapi, Anna justru menepisnya. Ia memang ingin melakukannya. Winter menyerah mencoba membuat gadis itu diam. Sepertinya tangannya gatal sekali kalau tidak ada yang dikerjakan.

Zae tertawa menghampiri mereka. "Kalian ini meributkan apa?" tanya Zae sambil menarik kursi untuk duduk.

Dua orang itu menatap Zae sedikit terkejut. Cih, gadis itu memang hobi datang tanpa permisi seperti itu. Yah, ini juga mansion miliknya.

"Kau lapar? Aku sudah membuat pancake untuk kalian. Atau kau mau sereal?" tawar Anna.

"Pancake saja." Dengan cekatan Anna menaruh pancake yang masih hangat ke piring Zae. Pelayan yang ada di sana merasa asing dengan perlakuan ini. Harusnya mereka yang melakukan pekerjaan itu, bukannya Anna!

"Aku mencium bau pancake," ujar Troyes yang baru memasuki ruang makan. Di belakangnya juga ada Cantrelle yang meski baru bangun tidur tetap terlihat cantik. Jangan heran, namanya juga mantan model.

"Kau yang masak, Sayang?" tanya Cantrelle dengan raut wajah tidak percaya.

"Eh, i-iya, Mrs. Ambroise. Saya harap Anda menyukainya," ujar Anna sambil tersenyum.

"Oh, astaga kau manis sekali. Tidak perlu repot, Ann."

"Tidak masalah, Mr. Ambroise. Saya terbiasa melakukan ini di rumah."

"Aku harap punya anak gadis sepertimu." Cantrelle melirik pada dua anaknya yang kini mendengus pelan.

"Angkat saja dia jadi anak," ucap mereka bersamaan.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Zae.

"Enak saja! Kau yang mengikutiku," balas Zoe tak mau kalah.

"Sudahlah," lerai Troyes. Astaga, dua anak ini sepertinya hobi sekali bertengkar di meja makan.

Anna terkikik geli melihat tingkah Zae. Ia duduk di kursi sebelah Zae dan berbisik padanya, "Aku tak mengira kalian begitu kompak."

Zae melayangkan tatapan tajam pada sahabatnya. Kalau Anna bukanlah yang membuat sarapan, ia pasti sudah akan menghajar gadis itu. Senang sekali sepertinya mengejek Zae. Mereka berlima kini mulai menyantap pancake buatan Anna. Tak jarang juga pasangan suami istri itu berusaha mengajak Anna berbicara. Lupa kalau mereka juga punya anak.

"Aku duluan, masih harus kerja. Terima kasih untuk sarapan buatanmu, Ann." Zoe berdiri dan ingin meninggalkan ruang makan itu.

"Kau masih harus bekerja, Zoe? Bukankah kau mendapat libur?" tanya Troyes heran. Ia juga sudah menyelesaikan sarapannya.

"Entah kenapa atasan sialan itu gemar sekali memberiku pekerjaan. Yah, aku harus menyelesaikannya sebelum libur natal." Zoe kemudian melangkah menjauh.

Entah ini hanya perasaan Anna atau tidak, tetapi suasana ruang makan mendadak terasa suram saat membicarakan pekerjaan Zoe. Anna pikir mungkin mereka takut pekerjaan rahasia itu diketahui Anna.

Conglomerate's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang