"Saya, Nicholas James David, menerima engkau Zae Leona Ambroise sebagai istriku satu-satunya yang sah di hadapan Tuhan dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Saya berjanji akan mencintai dan melindungi engkau, dalam susah senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk tetap setia sampai maut memisahkan kita."
"Saya, Zae Leona Ambroise, menerima engkau Nicholas James David sebagai suamiku satu-satunya yang sah di hadapan Tuhan dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Saya berjanji akan mencintai dan melindungi engkau, dalam susah senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk tetap setia sampai maut memisahkan kita."
"You may now kiss the bride," ucap sang pastor.
Nicholas perlahan membuka penutup kepala yang Zae gunakan. Ia menjepit dagu Zae dengan dua jarinya sebelum mengecup bibir ranum istrinya itu. Kecupan penuh cinta dan sakral. Semua orang bertepuk tangan menyaksikannya.
"Aku sungguh bahagia ketika kalian menikah," ucap Anna. Gadis itu tersenyum sangat lebar pada pasangan baru itu. "Aku harap kalian akan terus berbahagia sampai maut memisahkan. Ah, aku tidak ingin menangis."
"Jangan menangis di pernikahan orang, Queen," tegur Louis.
"Sahabatku menikah. Bagaimana mungkin aku tidak terharu!"
Zae tertawa sebelum memeluk erat tubuh sahabatnya itu. "Terima kasih banyak, Ann."
"Untuk?" tanya Anna mengerutkan dahinya bingung.
"Segalanya."
Jika Zae tidak bertemu dengan Anna, mungkin gadis itu akan terjebak dengan halusinasinya bahwa ia membenci keluarganya. Zae akan terus hidup dalam kebencian dan dendam tak berujung. Beruntung, Anna membuka matanya dengan fakta bahwa ia tidak pernah membenci keluarganya. Benci tidak akan membuatmu damai. Sebaliknya, memaafkan dan menerima segalanya membuat hatimu lebih lega.
"Kau ingin berdansa denganku, Pumpkin?" tawar Nicholas. Lamunan Zae langsung buyar begitu saja.
"Dengan senang hati." Nicholas mengambil tangan gadis itu dan menariknya menuju lantai dansa. Alunan musik yang indah membuat pengantin baru itu terlihat lebih mesra.
"Apa rencanamu di bulan madu kita?"
"Bercinta," bisik Zae pelan.
Nicholas membelalakan matanya. "Pumpkin!"
Zae mengangkat satu alisnya heran. "Kenapa? Kita ini sudah resmi menjadi suami istri. Kau seharusnya tahu percakapan seperti itu adalah hal yang wajar."
Yah, gadis itu tidak salah. "Kalau begitu, bersiaplah untuk melihat sisi liar Nicholas David yang selama ini bersembunyi," seringainya jahil.
"Bersiap juga. Karena Zae Ambroise selalu punya sisi liar yang tak kalah mengejutkan."
Kedua pasutri itu tertawa. Langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa yang berdiri tak jauh dari sana. Zae menghampiri pria yang terus menatap mereka dalam senyum lebarnya.
"Dad ingin berdansa denganku?" tawar Zae.
"Bolehkah? Aku tidak ingin mengganggu ratu dengan rajanya."
"Tentu saja boleh, Uncle. Kalau begitu supaya adil, saya juga akan meminjam ratu Anda sebentar."
"Sama sekali tidak masalah. Aku dengan senang hati berdansa denganmu, Nicholas David." Cantrelle langsung menarik Nicholas ke lantai dansa, meninggalkan ayah dan anak itu.
"Aku tak menyangka hari ini sudah datang," ucap Troyes. Ia mendekap kepala anak bungsunya itu di dadanya. "Hari di mana ratu kecilku ini bertemu dan menjalin hidup dengan raja pilihannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerate's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #2 17+ Zae Ambroise, gambaran gadis sempurna dambaan umat manusia. Paras cantik, kekayaan tak hingga, dan otak cerdas sebanding dengan Einstein. Siapa sangka ia memilih untuk membangun kehidupan baru di sebuah negeri yang bahkan tak...