Sixteen

272 20 0
                                    

"Zae? Apa yang kau lakukan?" Winter menghampiri gadis yang sedari tadi hanya menatap layar laptopnya.

"Menonton. Memangnya kenapa, Winter?" Zae tidak menatap pria itu sama sekali.

"Kau tidak bosan, heh? Sudah hampir sebulan ini kau hanya tidur-tiduran saja." Winter duduk di tepi kasur gadis itu.

Zae tekekeh pelan. "Tentu saja tidak, aku menikmatinya. Lagipula, minggu lalu aku dipanggil ke sekolah karena dianggap membuat masalah."

Zae menyeringai ketika mengingat kejadian minggu lalu.

"Ms. Ambroise, apa benar Anda menyontek pada ujian kali ini?" selidik Mr. Adam. Di sebelah pria itu juga ada Mrs. Valerie yang memanggilnya.

Zae mengangkat bahu. "Saya mengerjakan itu semua dengan jujur, Sir. Anda tahu sendiri, saya duduk di paling depan. Di hadapan guru pengawas pula. Mana mungkin saya menyontek."

Mrs. Valerie menatapnya. Mencoba mencari celah kebohongan. Tapi, sayang sekali wajah Zae benar-benar terlihat jujur.

"Lalu, bisa Anda jelaskan bagaimana caranya Anda bisa mendapatkan nilai sempurna di tiap pelajaran?" Mrs. Valerie menunjukan kertas jawaban Zae. Terlihat nilai sempurna di tiap kertas itu.

Zae tersenyum tipis. "Memangnya saya tidak bisa belajar? Mungkin dulu nilai saya sering mepet atau di bawah KKM. Saya masih manusia, bisa belajar dari kesalahan."

Mr. Adam menggeram pelan. Ia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya gadis ini sembunyikan?

"Panggil wali Anda, kami harus berbicara dengannya," perintah Mr. Adam.

Zae mendengus pelan. Cih, dasar tidak percayaan! Gadis itu kemudian merogoh ponselnya dan menghubungi Winter.

"Winter? Kau sedang berada di sekolah?"

"..."

"Kau diminta untuk keruangan Mr. Adam sekarang juga."

"..."

"Aku juga tidak tahu untuk apa. Sudah cepat datang saja. Kita harus menyelesaikan game setelah urusan ini selesai." Zae langsung menutup pembicaraan itu.

Tidak perlu waktu lama sampai Winter, Jonah, dan River datang ke ruangan tersebut.

"Ah, bagus sekali mereka datang bertiga," batin Zae senang.

"Apa Zae melakukan kesalahan lagi?" tanya Winter. Dahinya mengernyit bingung. Bukankah ini sudah lebih dari dua minggu libur? Mana mungkin Zae melakukan kesalahan di sekolah.

"Kami mencurigai Ms. Ambroise telah berbuat curang." Ucapan itu sukses membuat ketiga pria itu tersenyum simpul.

"Oh, ya? Apakah Anda memiliki buktinya, Mr. Adam?" Winter mengangkat satu alisnya, menantang.

Mr. Adam menggeram pelan ketika melihat pose menantang Winter. Ia berusaha menekan emosinya rapat-rapat.

"Kami belum punya bukti. Tapi, ini sungguh mencurigakan. Bagaimana mungkin anak ini bisa mendapat nilai sempurna di semua pelajaran?" timpal Mrs. Valerie.

"Memangnya Anda tidak tahu bahwa ada yang namanya belajar? Kami bertiga selalu mengawasi anak ini selama masa ujian. Dan terbukti bahwa dia belajar," tutur Winter yang disambut anggukan oleh yang lain.

"I can guarantee, she studied all day and night so she was able to get that perfect score," tambah River.

"Kalau Anda tidak percaya, bagaimana jika kita mengetesnya sekarang? Kita berlima akan mengawasi Zae dan kita lihat anak ini benar-benar jujur atau tidak," tawar Winter.

Conglomerate's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang