2- Almond

61 4 0
                                        

Ezra yang melihat itu langsung turun dari pagar beton dan berjalan mendekati lokasi siswi itu.

"Oi!"

Si siswi itu tentu saja kaget karena tiba-tiba mendengar seruan dari tempat yang sepi dan sunyi itu.

"Kamu mau melarikan diri ya?" Tanya Ezra dengan keheranan.

"Eh?" Siswi itu terbelalak mendengar kalimat itu dan lantas berbalik.

Hembusan angin cukup kencang berhembus, tersingkap pin nama yang tertutup oleh kain hijabnya.

Nakamoto K Nana.

Ezra dan Nana bertatapan dengan rasa saling keheranan satu sama lain, tak ada sama sekali aura kelembutan, mereka saling bertatapan heran disertai dengan tatapan elegan dan tegas dari keduanya.

"Kamu... Siapa ya?" Tanya Nana dengan curiga.

Tidak heran, karena Nana sendiri mengikuti program pertukaran pelajar 3 bulan setelah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, jadi wajar dia belum dan tidak mengenal Ezra.

"Aku ketua osis, kamu mau melarikan diri ya?"

Sekali lagi Nana kaget mendengarnya. Dirinya tidak curiga ataupun saat mendengar lelaki asing itu mengaku sebagai Ketua Osis karena Ezra mengenakan almamater OSIS.

Kemudian gadis itu tersadar, jadi ini lelaki yang hampir selalu membuat banyak siswi-siswi keluar kelas hanya untuk melihat ketampanan dan kemampuan yang dimiliki?

Walau Nana mengakui kesesuaian gambaran yang dikatakan orang-orang tentang Ezra bahkan nyatanya lebih menawan

Tapi faktanya, lelaki itu sama sekali bukan tipe gadis ini.

Hanya satu hal, untuk apa seorang Ketos ada di tempat yang jauh dari gedung kelas maupun perkumpulan Osis?

"G-Gak, cuma mau ke toko buku lewat belakang, tadi udah izin sama Guru. Lagipula kalau lewat depan cukup jauh, lewat sini dekat dengan gedung kelas saya..." Jelas Nana dengan sedikit ragu.

"Ck, mana mau beli es krim pula, nebeng kali ya... Es krim di kulkas ruang osis yang rasa almond udah abis..." Batin Ezra.

Ezra berjalan maju melewati garis itu dan mendorong gerbang usang dan karat itu, cukup keras namun setelah dipaksa berhasil terbuka.

"Aku juga ikut, nebeng."

Nana merinding mendengarnya, apa-apaan lelaki ini? Hanya karena dia Ketua Osis yang dirumorkan seperti manusia multitalent, dia seenaknya berkata seperti itu?

"Ganjen banget, ngapain nebeng segala? Jalan lagian!"

"Aku ada urusan lain! Gak usah kepedean!"

Akhirnya mereka berdua bersama-sama ke toko buku, tak jarang toko buku tersebut sering ramai, selain posisinya di jalan yang kecil, jasa dan barang yang dijual juga bervariasi dan tidak membosankan.

Bayangkan saja, kalian bahkan bisa mendapatkan es krim gratis dengan menunjukkan nilai ujian sekolah minimal 97 point!

Tidak heran, hampir selalu Ezra mendapatkan es krim gratis, cuma cukup bosan jika harus menunggu musim ujian, benar kan?

Nana menyerahkan kertas dan meminta pemilik toko untuk memfoto-copy kertasnya.

Sembari menunggu, pandangan gadis itu memperhatikan Ezra yang membuka dan menatap isi kulkas Es krim.

Nana berjalan mendekat dan menghampiri kulkas Es krim itu.

Kemudian Ezra tersadar ketika gadis itu sudah ada didekatnya dengan jarak kurang lebih 1 meter, dirinya tersenyum mengejek.

"Wah? Apa ini? Katanya cuma mau beli keperluan? Kok jajan? Sebuah kebohongan, hukuman apa yang cocok, ya...?" Ujar Ezra.

"Aku hanya melihat! Jangan sok tau!" Kata Nana sambil ikut memperhatikan.

"Sewot sekali."
"Biarin."

"Ck, perasaan selalu ada...?" Gumam Ezra yang cukup pusing tidak menemukan es krim yang dicari.

Nana menyadari kegundahan Ezra, sepertinya lelaki itu punya kesukaan spesifik terhadap sebuah es krim.
Menurut pandangan Nana, sudah banyak orang yang dirinya temui, dominan menemukan es krim yang cocok ketimbang es krim favorit.

"Nyari es krim yang mana emang?"
"Aku suka yang kacang".

"Lebih tepatnya... " Gumam Ezra yang mengecilkan suaranya sehingga tidak mendengar ucapan gadis itu.

"Oh, aku sih suka... " Nana mengangguk dan turut mengatakan rasa es krimnya.

"Rasa coklat dengan Almond" Kata mereka berdua kompak mengatakan rasa es krim dengan lelehan coklat dengan taburan potongan kecil kacang almond di atasnya.

"Eh?" Mereka keheranan dan saling bertatapan.

Ezra terdiam menatap Nana, entah kenapa rasanya seperti pernah terjadi, tapi kapan?

Kemudian Nana dengan tatapan heran menatap Ezra, perasaan apa ini? Rasanya seperti berat namun lega di saat bersamaan, seperti sesuatu yang hilang tiba-tiba kembali.

"Hei, kamu-"

"Dek, ini barangnya, buruan balik atuh, satpamnya takut kunci pintu belakangnya." Ujar si pemilik toko yang membuyarkan pikiran mereka berdua.

"O-Oh, makasih, Pak. Dan sama Es krim yang ini dua ya." Kata Nana.

"Oke, totalnya Rp27.000,00."

Ketika Nana akan mengeluarkan dompetnya, Ezra dengan segera menempelkan kartu kreditnya di mesin EDC dan berjalan pergi.

(Mesin EDC: mesin yang disediakan pihak toko untuk melayani pembeli yang ingin membayar melalui online ataupun kartu)

"Lho..." Nana terheran dan kaget melihat tindakan Ezra, dirinya kesal karena lelaki itu tiba-tiba berjarak sangat dekat dengannya ketika hendak menempelkan kartu di mesin EDC.

"Wah, Mas Ezra gentleman, tidak heran ya. Eneng siapanya Mas Ezra, kalau boleh tahu?" Celetuk pemilik toko.

Nana tersentak, "Ah, saya adik kelasnya, maaf saya harus balik, takut kelamaan."

"Nggih, hati-hati."

Nana kemudian berlari kecil menyusul Ezra yang sudah berjalan lebih dulu. Ezra berjalan cepat, dan Nana tidak dapat cepat menyusulnya.

"M-mas..! Eh, bang! Ah, jangan... Panggilnya apa ya? Tadi Mas pemilik toko nyebut nama kakak itu, waduh aku tidak dengar baik-baik. Wah, aku lupa nama kakak osis itu.." Batin Nana.

"Kakak osis!" Ucap Nana dengan sedikit keras.

Ezra berbalik, "Hm? Apa? Tidak usah diganti, anggap saja upah. Tapi jangan kege-eran, apalagi sampai bergabung dengan para penggemarku, jika itu terjadi aku tidak akan bisa me-notice jika kau menyapaku."

"Upah apaan?! Nebeng? Nebeng apaan sem? Itu searah, pahami keadaan! Kau yang kege-eran, Gusti sabar..." Batin Nana dengan kesal.

"Es krimnya ga diambil, kak?" Tanya Nana dengan tatapan malas.

"Oh lupa, makasih."

Setelah mengambil sebungkus es krim miliknya yang tergabung dalam belanjaan Nana itu, Ezra langsung melompat ke atas pagar beton untuk kembali ke ruang osis.

"Mau kemana? Bukannya sekarang masih jam pelajaran kelima, ya?" Kata Nana.

"Aku mau bolos, lagian dispen" Kata Ezra sambil berlari.

"Katanya Ketua OSIS tapi tukang bolos..." Gumam Nana sambil memutuskan berjalan kembali ke kelas.

Sedangkan jauh dari balik gedung, ada seseorang yang tengah sembunyi di sana sambil menggeser-geser layar ponselnya yang menampakkan foto Nana dan Ezra.

Prince Charming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang