Destiny menghela nafas panjang, "Menurut Nana, aku ini tipe orang yang obsesi, gak?"
"Menurutku, kau adalah orang yang mengisi waktu luang dengan kegiatan yang kau sukai, walau kegiatan itu dinilai tidak wajar bagi orang lain?" Nana menebak sembari menatap perempuan itu.
Destiny kembali tersenyum, hal itu membuat Nana terheran karena dia kurang paham arti senyuman itu, tapi yang perlu di prioritaskan saat ini adalah alasan Destiny memulai semua salah paham ini.
"Kurang tepat, orang kayak gitu sih bakalan memusatkan dirinya pada suatu hal, dan jadi gak mau kalah dari apapun..."
"Jadi, kau ingin bilang kalau kau berbeda maksudnya?" Nana memastikan.
Destiny mengalihkan pandangannya ke air mancur sekolah yang terus memancurkan mata air.
"Jelas berbeda, dong."
"Aku gak akan pernah berusaha menjadi yang terbaik, lebih tepatnya sih... aku udah berhenti jadi orang kayak gitu." Kata Destiny.
"Sebagai keluarga bisnis, sifat keluargaku itu selalu terobsesi dan tak ingin kalah, akhirnya sifat itu menular pada diriku,"
"Dulu aku memang terobsesi pada kemenangan, dan ingin mendapatkan segala hal yang kuinginkan. Jadi aku berusaha mendapatkannya bagaimanapun caranya. Nilai, juara, apapun itu, bahkan mendapatkan seseorang. Kau percaya? Karena sifatku inilah yang melukaimu dan Ezra..."
Gadis berdarah Jepang itu terdiam, namun dalam hati dirinya sangat kaget, ia sama sekali tak menyadari sisi Destiny sedalam itu dan tak berhasil di tebaknya.
"Tapi karena aku orang yang tercukupi dalam finansial, kemenangan selalu kudapatkan dengan mudah dan akhirnya menjadi membosankan. Sesuatu yang menyenangkan harus didapatkan dengan cara yang menyenangkan pula, benarkan Nana?"
Destiny menatap Nana, "Saat masuk SMA ini, karena kemampuan akademik dan finansial, aku sering diledek sebagai pasangan yang setara dengan Ezra si Ketua Osis,"
"Aku tidak tertarik sama sekali padanya, karena sebelum masuk SMA pun aku juga sudah pernah mengenalnya. Namun seiring waktu, situasi, dan kegiatan yang sering kami lalui bersama, aku menyadari, aku terpusat pada Ketua Osis itu,"
"Meski belum mengutarakan keinginanku untuk memilikinya, kehidupanku di SMA jadi jaaauh! Lebih menyenangkan!! Karena aku jadi punya hal sulit yang dapat aku perjuangkan yang membutuhkan waktu dan proses yang tidak biasa, itu rasanya menantang, kan?!" Ujar Destiny dengan merentangkan tangannya.
Namun setelah berwajah cerah, Destiny menundukkan pandangannya, "Namun masih ada satu masalah..."
"Yaitu dirimu, Nana." sambungnya.
Hal itu membuat Nana cukup bingung, walau sedikit mengerti, "Apa... kau bisa menjelaskan alasannya?"
"Jujur saja, kau itu sungguh baik, dan tak ada orang sebaik dirimu. Kau yang sebaik itu bisa sering dilirik Ezra, seperti mimpi terindah bagi para fansnya. Hal itu menghambat perhatian Ezra padaku. Walau aku tahu Ezra tidak menyukai siapapun, karena Ezra sendiri pernah mengatakan rahasianya padaku..."
"....kalau dia hanya menyukai anak perempuan yang menjadi teman masa kecilnya..." Jelas Destiny.
Nana terbelalak mendengarnya, "Tunggu, jangan bilang... "
"Kalau begitu kau seharusnya tidak melanjutkan-...!!"
Destiny langsung menyela suara Nana, "Tapi...! Ketika terpusat padanya dan ingin mendapatkannya, haruskah aku terobsesi dulu pada Ezra?"
"Kesimpulannya, kau menyukai Ketua Osis?" Tanya Nana.
"Yah? Sampai kau dan Ezra kian makin dekat sebelum isu yang kuperbuat. Aku sadar, untuk mendapatkan hati seseorang obsesi tidak diperlukan. Sebenarnya, aku ingin bersama Ezra tanpa menyakitimu atau bahkan mengontak Tudung Merah, hanya saja... Aku juga berharap bisa membuat sifat obsesi-ku hilang, dan syukurlah tindakan jahat ku itu membuahkan hasil, aku ini egois ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Charming [END]
Teen Fiction"Kau mau melarikan diri ya?" Hanya dengan kalimat itu saja membuat jantung Nakamoto Nana berdebar gugup tak tahu kenapa, mungkin karena kalimat itu hanya diucapkan oleh cinta pertamanya. Tanpa sepengetahuannya, rupanya cinta pertamanya saat 10 tah...