Di kantor cabang Pramudya...
Andre sampai di gedung itu dengan pandangan yang sayu, tak bertenaga dengan semangat terbenam. Dirinya merasa malu, pengecut, egois, karena tidak dapat menyelamatkan Eza.
Rizal melihat temannya itu sudah tiba dan segera mendatanginya, "Percepat langkahmu, kita tidak punya banyak waktu,"
"Sorry, zal..." Andre sedikit menunduk, sudah pasti Rizal mengalami kesedihan yang berlipat, kematian Indra pun belum dapat diterima oleh Rizal sendiri, ditambah kematian Eza yang bahkan tidak terpikirkan sedikitpun.
Mereka langsung mengambil posisi berdiri di puncak tangga utama, dimana merupakan posisi layaknya pemimpin yang dilihat dan didengar.
Andre berdiri dibelakang Rizal yang mewakili untuk menyampaikan pidato singkat.
Walau begitu, Rizal menyampaikan satu dua katanya dengan semangat rendah, "Dengar semuanya!!"
"Hari ini, adik perempuan Pemimpin kita telah berpulang," Ucap Rizal.
Dan tentu saja itu membuat suasana menjadi ricuh, mereka bertanya apa yang terjadi? Apa penyebab kematiannya? Apakah Ezra baik-baik saja? Dan sebagainya.
Rizal menghela nafas berat, "Seperti yang diketahui, bahwa pengajuan perlawanan diajukan oleh Ketua Tudung Merah pagi tadi, namun melihat situasi yang terjadi, sepertinya Pemimpin dan Pihak kedua tak akan ikut melawan Tudung Merah,"
"Pihak Kedua, Nakamoto Takagi, ya? Itu sudah pasti, mengejutkan jika dia ikut bertarung sedangkan Ezra sendiri dalam kondisi yang seperti itu. Keduanya tidak bisa dipaksakan atau tidak maka pertarungan malam ini bukan menjadi penyelesaian melainkan akan menjadi pembantaian..." Batin Januar yang melipat kedua tangannya di depan dada, mendengarkan pidato Rizal.
"Tanpa Ezra dan Nakamoto Takagi, perlu kukatakan aku sendiri tidak dapat menjamin bahkan ketahanan para anggota sekalipun, apalagi kemenangan, namun sepertinya Andre punya pendapat lain..."
Suasana kembali ricuh, mereka merasa tak bisa menang tanpa adanya Ezra dan Takagi yang memiliki peran yang amat penting dalam perlawanan ini.
"Bagaimana bisa?! Pemimpin kita Ezra!"
"Yang paling andal dalam bela diri hanyalah Ezra dan bocah Jepang itu!"
"Jika Ezra atau bahkan bocah Jepang itu bahkan tidak ikut bertarung, bagaimana nasib kita?!"
"Main-main dengan maut dong karena kita berhadapan dengan pemimpin Tudung Merah yang kemampuannya setara dengan Ezra!"
Kira-kira seperti itu pendapat dan tingkat optimis mereka, sudah pasti mereka dihantam oleh kegelisahan luar biasa.
Dengan tangan yang dilipat Januar juga turut memberikan pendapat mewakili pemikiran para anggota yang telah kehilangan optimis mereka.
"Tepat sekali, pasukan tanpa raja hanyalah manusia yang berjalan tanpa arah dan tujuan, 98% kita akan kalah. Sebaiknya kita tidak bertarung,"
"Ini juga demi keselamatan kita, turunkan gengsi untuk saat Zal, Ndre." Ucap Januar dengan tegas.
Rizal membantah ucapan wakil ketua osis itu.
"Januar, pemahamanmu salah disini,"
"Sebutkan dimana kesalahanku? Ezra dan Nakamoto Takagi adalah kunci kemenangan kita, membawa anggota tanpa mereka hanya seperti kita menemui kematian. Tidak ada gunanya,"
"Tolong berpikir rasional, Rizal." Ucap Januar dengan tatapan serius.
Rizal sedikit kesal, "Januar, kau seakan-akan seperti meremehkan kita..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Charming [END]
Ficção Adolescente"Kau mau melarikan diri ya?" Hanya dengan kalimat itu saja membuat jantung Nakamoto Nana berdebar gugup tak tahu kenapa, mungkin karena kalimat itu hanya diucapkan oleh cinta pertamanya. Jangan salah, yang berucap demikian ialah kakak kelasnya, Ezr...