27- Kehilangan

29 3 0
                                    

Ya, dan naasnya, dokter tidak mengizinkanku mendonorkan darah kepada Mbak Riska karena ginjalku tersisa satu, aku mengalami gagal ginjal karena terlahir prematur.

Kemudian aku memeras otak, untuk mendapatkan kembali kantung darah langka yang dicuri oleh orang tak dikenal itu demi Mbak Riska, menunggu untuk dicarikan orang yang memiliki golongan darah langka selain diriku hanya akan memakan waktu terlalu lama.

Namun, bagaimana caranya untuk anak dibawah umur sepertiku mendapatkan kembali barang yang dicuri? Mau tak mau, aku harus melakukan hal yang sama, yaitu merebut hak kembali.

Aku meminta pihak rumah sakit memberikan informasi dari kamera keamanan, serta mengontak kepolisian.
Namun tidak berguna, ternyata sebelum kejadian, atau bahkan sebelum insiden kebakaran itu terjadi, kamera keamanan juga telah dirusak.

Kemudian dengan mengumpulkan preman tidak ada kerjaan, mengatur obsesi dan memberi modal untuk mereka, sudah cukup untuk mencari informasi tambahan orang yang memiliki catatan kriminal mencuri, hanya itu cara satu-satunya karena... Aku masih berpegang teguh bahwa kejahatan tidak bisa dijadikan solusi.

"Ardhan stop, bagaimana jika minta bantuan Ezra...? Walau masih karantina, dia sudah mendengar kondisinya, dan bersedia membantu-"

"Stop, Zal. Aku... gak mau, kalau Mbak Riska diselamatkan oleh orang yang bahkan tidak memikirkan teman yang dulu membantunya..." Ardhan mengepalkan tangannya, ada apa? Kenapa Ezra tiba-tiba seperti itu.

Rizal memegang lengannya sendiri dengan ragu, "Gua... gak bermaksud, cuma posisi Ezra dan eksistensi yang dia punya, itu membantu, apalagi daripada mencari pelaku, bagaimana dengan koneksi Ezra, untuk menemukan pendonor dengan darah yang sama dengan Riska?"

Aku terdiam, Rizal benar... Aku mungkin punya masalah dengan Ezra, namun ini untuk keselamatan Mbak Riska...

Demi Mbak Riska...

"Oke... tolong..."

Kemudian, sembari menunggu informasi terkait pendonor, aku juga berhasil mendapatkan koneksi ke orang yang lebih dapat diandalkan, asalkan mendapatkan informasi dan kantong darah itu kembali, atau pencarian pendonor oleh Ezra selesai, maka Mbak Riska akan selamat.

Namun...

Ardhan sedang melihat-lihat informasi berkas kriminal, tiba-tiba ada telepon masuk di ponselnya, "Rizal?" Batinnya, tak biasanya Rizal menelpon, biasanya hanya mengirim SMS.

"Apakah, Ezra sudah selesai mendapatkan pendonor untuk Mbak Riska..." Ardhan mulai merasa lega dan mengangkat telepon.

"Halo? Gimanaa, Zal?"

Rizal yang menelpon menangis dan menahan isakannya, "Riska..."

"Kenapa sama Mbak Riska? Baik-baik aja, kan?" Ardhan kebingungan.

"Riska... sudah meninggal..."

Flashback Off...

Perkataan itu terus menghantui Ardhan bahkan sampai sekarang, membuatnya bingung, bahkan mengambil alih pikirannya.

DUAK!!!

Rizal mengambil kesempatan dan langsung melontarkan tinjunya pada Ardhan, "Bangun, Dhan!! Riska udah gak ada!!"

"Sadar!! Kematian itu sudah akan menanti siapapun yang hidup!!" Rizal menatap Ardhan dengan tatapan kasihan dan rasa bersalah, kata-katanya menampar dirinya sendiri, karena dia sendiri pun belum rela menerima kepergian Indra.

Ardhan marah, entah kenapa dibilang seperti itu membuatnya kesal, kemudian langsung menendang teman lamanya itu tanpa ragu dan pikir panjang, "Diam!! Jangan lihat aku seperti itu!!"

Prince Charming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang