Seseorang dengan nada tinggi dan bahasa yang gaul membangunkan si anak laki-laki yang kini telah menginjak usia 17 tahun itu.
"Ra! Ra! Ezra! Bangun woi!"
Ya, mendengar sapaan yang ditujukan untuknya, sekaligus menjadi jawaban bahwa anak itu bernama Ezra Pramudya, si anak yang bertemu dengan Nana, tak terasa kejadian itu telah berlalu sekitar 10 tahun yang lalu.
"Apaan? Kerjaan OSIS juga dah beres kok..." Kata Ezra yang terbangun dari mimpinya yang memutar memori saat dia bertemu Nana itu terputar dan menjadi salah satu peristiwa paling menyenangkan di hidupnya.
Setelah mengumpulkan tenaga dan nyawanya kembali, Ezra tersadar dirinya berada di ruang osis, karena ada agenda dispensasi untuk mengurus buku tahunan kakak kelas yang kini telah selesai.
Tugas itu cukup merebut banyak tenaga dan pikiran hingga dirinya tertidur begitu semuanya telah selesai.
Namun ia ingin sekali kesal pada sohibnya karena telah membangunkannya dari mimpi indah yang membuatnya teringat dengan gadis di masa lalunya.
"Tuh di luar pada banyak fans ganjen yang nungguin Lu." Kata temannya yang membangunkannya, ia disapa dengan nama Rizal.
Ezra tidak melirik maupun menoleh, karena itu sudah biasa namun benar-benar membuatnya terganggu, "Kirain apaan.."
Walau terkesan menyenangkan memiliki penggemar, namun Ezra ingin menjalani harinya seperti biasa saja.
Tanpa penggemar, belajar dengan tenang, ataupun bolos.Namun setelah dirinya memenangkan kompetisi olimpiade sains, hanya membuat dirinya menjadi semakin terkenal dan menambah penggemar.
"Nana ya?" Batin Ezra yang berdiri menuju kulkas dan kembali sambil membuka bungkus es krim rasa almond.
Tunggu! Apa Tidak salah dengar, kan? Kulkas di ruang OSIS?
Tenang, kalian tidak salah.
Tentu saja, tugas osis di SMA mereka benar-benar berat, dan kadang sampai lembur, tidak jarang mereka sering disebut dengan embel-embel sebagai 'Babu Sekolah'.
Tentu saja hal itu sampai ke telinga pihak sekolah. Jadi pihak sekolah mengeluarkan dana dengan menyediakan kulkas, big bean, Wi-Fi gratis, serta Air Conditioner (AC), dan berbagai makanan instan cepat saji.
Dan yang mendapatkannya tentu saja hanya anggota OSIS yang aktif dan giat bekerja.
*(yang bolos dan suka jadi beban kelompok gak diajak).
Rizal keheranan, karena sejak dulu, temannya dari SMP itu selalu memakan es krim dengan taburan kacang almond yang menempel pada coklat yang beku, "Btw, Lu ngapain sering makan es krim mulu dah? Mentang-mentang tahan dingin."
"Dulu, aku pernah berteman dengan seorang gadis, tapi malah hilang kontak, dan dia tahu aku suka makan es krim, setidaknya... Aku bisa makan ini biar dia bisa tahu aku suatu hari nanti" Jelas Ezra.
"Wah! Lu udah punya gebetan? Bisa di sebar nih ke satu sekolahan!" Ujar Rizal.
"Aku temenan sama dia woi, Kormaaa!"
"Ya maap, namanya juga komedo""KOMEDI!!"
Sambil merebus air panas untuk dituangkan dalam wadah styrofom berisi mi instan, pemuda dengan rambut acak-acakan itu mengomentari penjelasan sahabatnya.
"Kedengarannya kalian udah lama tidak ketemu, kan? Lagian gimana bisa dia ingat kalau petunjuknya hanya, 'teman dekatku suka makan es krim'. Hei! Kucing Gua bahkan kadang suka menjilat sisa es krim yang meleleh!" ucap Rizal dengan sebal.
"Aku bukan kucing, Zal."
Kemudian Ezra menghela nafas, "Mau bagaimana lagi? Setidaknya hanya itu yang bisa dia ketahui... Aku juga, hanya tahu namanya..."
"Udah, mending kayak gini aja..." Rizal segera meraih rambut palsu milik ekskul teater yang belum dikembalikan dan menggunakannya.
Ehem! Ehem! "Ezra... Ini aku, gebetanmu yang dulu... Apakah perasaanmu masih sama padaku...? Aku... Aku~...!"
Rizal terus berakting dengan suara yang ditinggikan agar seperti perempuan."AMIT-AMIT!!!" Seru Ezra yang merinding disko sambil menjambak rambut palsu yang dipakai oleh Rizal.
"AWOKAWOK! LOL!"
Rizal tertawa puas namun hanya sebentar dan kembali melontarkan pertanyaan, "Tapi katanya Lu tahu namanya, kan? Namanya siapa?"
"Ah, namanya-"
Belum selesai Ezra bicara, terdengar suara ricuh penggemarnya dari luar ruang osis yang memaksa agar Ezra keluar.
"Wah, cewe-cewe..." gumam Rizal dengan tersenyum heran.
"Ya udah, Ezra pergilah, ntar disini kita-kita yang urus" Kata seseorang yang di sana, menjabat sebagai Sekretaris OSIS, kerap disapa Andre.
"Adios." Ezra langsung melompat dari jendela lantai tiga ke pagar belakang sekolah lalu pergi dengan berlari di atas pagar beton itu.
Rizal merasa ngeri dan merinding kalau sudah hampir setiap saat dia melihat temannya seperti itu.
"Tu anak, manusia apa turunan Narto sih?"
"Kalem aja, mumpung dia bisa kabur dari fansnya." Kata Andre sembari tersenyum.
"Jadi tolong kamu yang tenangin penggemar-penggemar Ezra itu, ya Rizal. Sebelum pagar kemudian lanjut kepada pintu ruang osis kita rusak karena mereka." Tutur Andre dengan senyuman pasrah.
Rizal terkejut, "Hah? Kenapa Gua-"
"Atau kau mau mengurus laporan yang telah melalui revisi sebanyak 6 kali ini dan belum dapat di setor karena revisi tersebut?" Tanya Andre lagi dengan tersenyum lemas, laporan tersebut banyak revisi akibat sekretaris 2 yang dijabat oleh adik kelas mereka, sangat banyak kesalahan yang terdapat didalamnya.
"O-oke Pak Sekre.."
****
Ezra terus berlari di atas pagar beton dengan lebar 5 cm itu.
"Ng?"
Ezra berhenti dan matanya langsung tertuju dengan seorang siswi berjilbab yang diam-diam membuka pagar belakang sekolah yang telah usang berkarat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Charming [END]
Novela Juvenil"Kau mau melarikan diri ya?" Hanya dengan kalimat itu saja membuat jantung Nakamoto Nana berdebar gugup tak tahu kenapa, mungkin karena kalimat itu hanya diucapkan oleh cinta pertamanya. Jangan salah, yang berucap demikian ialah kakak kelasnya, Ezr...