8- Janggal

43 3 0
                                        

Takagi sedang mengarah ke tempat pertemuannya sambil melihat ponselnya, dan yang dilihat dilayar mesin kecil itu adalah percakapan online dirinya dengan Ezra.

Cukup kesal rasanya karena Ezra sangat lama membalas pesan, sudah mirip seperti selebritis.

"Ih, si Tudung Merah itu ngeselin banget sih! Disuruh ngincarnya perempuan berjilbab, malah salah mulu!" Bisik beberapa perempuan berpakaian trend tidak wajar.

Bocah ini terdiam dan fokus mendengarkan, topik ini belum pernah didengarnya sebelumnya.

"Benar! Aku hampir di wawancarai oleh polisi!"

"Hahahaha!! Interogasi! Dasar menyebalkan! Apa kau tidak sekolah?!"

"Tudung Merah? Apa itu?" Batin Takagi yang mendengar percakapan mereka namun memilih untuk kembali fokus dengan ponselnya.

Flashback off

"Begitu." Kata Takagi.

Ezra terdiam mendengarnya.

"Tapi, aku tidak tahu arti ucapan mereka itu..." Kata Takagi.

"Hah?! Tapi kau tahu bagaimana omongan mereka?!" Tanya Ezra.

"Aku belum banyak tahu kosakata Indonesia, tapi aku ahli dalam mengingat sesuatu, aku bisa mengingat detail isi sebuah buku lebih dari 200 halaman walau mungkin aku tidak tahu artinya."

"Dan itu berlaku ketika aku belajar bahasa Indonesia. Jujur saja aku masih lemah meski lancar, makanya aku tidak mengerti apa yang mereka tadi katakan." Jelas Takagi lagi dengan tatapan polos.

"O-Oh" Ezra dibuat bisu karena pernyataan Takagi.

"Kupikir dia akan meninggi karena kelebihan yang ia miliki, namun... Dia sama sekali tidak sombong" Batin Ezra, entah namun itu terlihat tidak menjadi hal yang dibanggakan oleh si Bocah Jahil ini, dia benar-benar seorang anak SD?

Kemudian Ezra tersadar dan langsung memanfaatkan keadaan itu supaya Takagi tidak ikut campur lebih dalam, "Tadi mereka cuma bilang jaket dengan tudung berwarna merah itu sedang tren sekarang! Kebetulan itu karena seorang aktris papan atas mengenakan outfit itu."

Takagi diam dan tatapan polosnya masih dipasangnya sedari tadi, seperti mendengarkan dengan seksama.

"Kau lapar, kan? Karena kau berperilaku baik, ayo kutraktir." Ezra berbalik dan berjalan pergi.

"Aku tidak bisa membuatnya campur tangan lagi." Batin Ezra.

Takagi yang sedari tadi masih diam di tempat, akhirnya mengeluarkan suara.

"Sudah kuduga kau akan mengatakan itu."

"Eh?!"

Di kediaman Nakamoto, di sebuah kamar...

Rina duduk di pinggir kasur, sekarang dia sedang berada di kamar Nana menatap dengan air mata yang menghiasi pipinya.

"Nana... Nana..." Lirihnya menahan tangis.

Ada apa sebenarnya? Tentu saja, akibat memburuknya gangguan dari penggemar-penggemar fanatik Ezra, membuat Nana sangat dirugikan, bahkan sampai luka yang didapat pun membuat Nana harus melalui rawat jalan.

"Maaf... Maaf aku tidak bisa apa-apa..." Gadis itu melirih dengan penuh rasa penyesalan, kedua tangannya menggenggam kain rok di lututnya.

Kemudian tangisan gadis itu tiba-tiba berhenti, tatapannya beralih kepada sahabatnya yang terbaring -dengan mata tertutup rapat, balutan perban di lengan tangan serta plester di wajah-, seketika membuat napasnya sedikit berat.

Prince Charming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang