9- Bohong

40 3 0
                                        

"Maksudnya?" Tanya Ezra dengan bingung.

"Ya, kau lupa ya? Sekarang sudah ada Mbah gogolele" Kata Takagi sambil memperlihatkan ponselnya yang mentranslet ucapan perempuan yang lewat.

Ezra langsung terkejut dan ingin menghentikan bocah itu, "H-Hei-!"

"Oh, ternyata begitu terjemahannya.." Kata Takagi sambil menunjukkan aura kesal -setelah mengetahui arti ucapan perempuan yang lewat- dan akhirnya tahu kalau Ezra bohong.

"*GLEK!*"
Tentu saja Ezra merinding, martabatnya sebagai kakak kelas teladan turun ke bawah karena bohong.

"A-ayolah! Jangan ikut campur! Ini bukan masalah biasa! Lebih baik kau fokus belajar saja! Dan kakakmu akan aku lindungi. Kau juga harus mempersiapkan diri masuk SMP, kan?"

Takagi terdiam dan sedikit menunduk, "Aku... Tidak ingin lulus SD..."

Ezra yang mendengarnya langsung tercengang, "Hah? Apaan! Hei, kalau catatan pendidikan mu mencantumkan kau pernah tidak lulus walau sekali, itu bisa mempengaruhi pendidikanmu berikutnya-"

"Biar saja! Aku tidak mau!!" Seru Takagi dengan wajah kesal dan tidak peduli dirinya memotong perkataan Ezra.

Lelaki itu terdiam sejenak melihat perlakuan bocah dihadapannya dan perlahan memegang kedua bahu bocah yang setinggi sikunya itu, "Hei, dengar."

"Bagaimana kalau sekolah negeri? Kau mau?"

Takagi hanya meliriknya dengan tatapan tajam bercampur malas, sedikit membuat Ezra tertekan namun disisi lain tatapan Takagi membuatnya malas juga.

"Di sana kau akan belajar seperti biasa, bersenang-senang dan bisa bermain dengan teman-teman. Kalau pilihanku, kau bahkan dapat memiliki teman-teman yang asik untuk berdiskusi terkait apa yang kau sukai." Jelas Ezra.

Penjelasan Ezra membuat bocah itu terdiam, namun pandangannya sedikit melebar, dan Ezra sendiri tidak tahu apa maksudnya.

"Apakah dia tidak paham dengan yang kukatakan? Ah tidak, seharusnya dia sudah cukup lancar berbahasa Indonesia, kan?" Batin Ezra, cukup malu rasanya dia sudah berbicara panjang lebar namun lawan bicaranya tidak paham apapun.

"Apapun yang kusukai? Tanpa campur tangan kemauan orang lain?" Tanya Takagi memastikan.

Ezra terbelalak sesaat namun kembali dengan memberikan tatapan serius, "Apapun! Yang kau sukai! Tidak ada orang lain!"

Seketika hal itu membuat tatapan Takagi berbinar dengan reaksi wajah seperti tidak sabar.

"Ada apa sebenarnya? Aku tidak paham pikiran anak-anak..." Batin Ezra melihat reaksi Takagi, walau begitu dirinya cukup lega bocah itu kembali sebagai bocah, bukan seperti sebelumnya, seperti orang aneh yang kerasukan.

"Ezra!" Tiba-tiba ada suara seorang perempuan menyebut namanya.

"Eh? Kok-" Ezra segera berbalik dan terbelalak.

"Ternyata disini kau! Darimana saja sih- Eh? Taka-Takagi?"

Wajah laki-laki campuran darah dari negeri sakura itu memerah merona melihat siapa di sana,"E-Eza-chan?!" tanyanya dengan gugup.

"Ya, katamu kau pulang cepat karena ingin mengerjakan PR kemudian bertemu seseorang. Aku kira kau ingin bertemu dengan mereka yang menaruh surat di laci mejamu! Ternyata Ezra." Ucap anak perempuan -yang tingginya tak jauh beda dengan Takagi- tersenyum menatap Ezra dengan tatapan meledek, dia disapa Eza.

Ezra menatap Eza dengan malas, "Ngapain sih? Kepo bener, kenapa bisa disini?"

"Abis belanja di minimarket, pengen buat Turkish Delight! Dan tidak disangka ketemu dengan Takagi! Tapi aku tetap tidak menyangka orang yang ditemui Takagi adalah Ezra!" Ledek Eza.

Prince Charming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang