5- Isu?

57 4 0
                                        

Di alun-alun...

Perjalan memakan waktu sekitar 7 menit, nampak alun-alun dari kejauhan, dan Nana melihat banyak stan-stan berjualan, sepertinya malam ini ada pasar malam.

Kemudian Ezra memarkir mobilnya sedikit jauh dari alun-alun, "Turun."

"Gak mau!"
"Kenapa?"

"Kok nanya?! Aku pakai piama! Yang nyuruh buru-buru siapa coba?" Tanya Nana.

"Tapi... Bawahan piamamu kan rok panjang-"

"Aku gak bakalan turun!"

Ezra memutar bola matanya, dengan raut wajah datar karena lelah, sekaligus terpikir di hatinya, "Apakah semua perempuan itu ribet?"

Yah, jika dilihat dari sudut pandang biasa, kejadian ini memang salahnya, mengajak sembarangan anak orang dan pergi tanpa menjelaskan. Kemudian dengan menghela nafas, Ezra melepas coatnya dan melemparnya ke arah adik kelasnya itu, "Pakai, buruan kalau mau cepat."

Nana langsung menangkap kain panjang berbahan wol milik Ezra. Coat atau jaket musim dingin gaya orang barat itu benar-benar panjang buat Nana, sampai-sampai mengenai sepatunya.

"Kau pakai piama tapi sempat pakai sepatu..." Gumam Ezra yang hanya memakai turtleneck dengan bagian lengan di lipat, celana panjang kulit dan sepatu.

"Diam, lagian Ketua kenapa menggunakan style seperti itu? Indonesia sekarang panas." Celetuk Nana.

"Yah, dengan begini orang-orang dapat melihat bahwa kita seperti sedang berkencan, kan?"

Seketika gadis itu tersentak tampak dari tubuhnya yang menegang ketika mendengarnya, sedangkan Ezra tersenyum puas kemudian nekat melirik gadis di sebelahnya itu. Apakah dia akan tersipu? Salah tingkah? Ataupun tergila-gila seperti para penggemarnya? Baiklah, ternyata dia sama seperti gadis pada umumny-

Di luar dugaannya, Nana justru memberikan reaksi tidak terduga, wajahnya terpampang jelas kekesalan yang ditahan, benar-benar kesal, dapat dinilai kesabarannya sudah setipis tisu dibelah lima puluh.

"H-hei, aku hanya bercanda. Hentikan, itu cukup menyeramkan..."

****

Setelah beberapa lama mereka berjalan, Ezra kemudian berhenti dan berbicara, "Tolong menangkan itu." Tunjuk Ezra ke sebuah stan pasar malam.

"Boneka?" Gumam Nana.

"Jangan terlalu keras! Dan jangan salah paham! Adikku nitip tapi dia sedang dilarang keluar rumah jadi dia memintaku. Katanya kalau tidak kulakukan, aku bakal diusir dari grup wassap keluarga!" Bisik Ezra.

Nana menahan tawanya, "Jadi Ketua malu main buat dapat boneka gitu?"

Lelaki ini terbelalak melihat reaksi gadis itu -karena sepanjang perjalanan dia merasakan aura berat yang menyebalkan- dan dirinya ikut tersenyum menyungging terhadap reaksi gadis itu, yah sayang sekali Nana tidak melihat pemandangan itu.

"Diam, buruan."
"Ya."

Tidak ada yang tahu, alasan lain Ezra mengajak Nana, karena dia sendiri sudah kesini dan tidak berhasil memenangkan permainan untuk mendapatkan boneka pesanan adiknya.

Bisa saja dia mengajak orang lain, tapi bayangkan dia mengajak Rizal atau Andre. Setiap hari itu akan menjadi bahan ejekan tahunan paling menyebalkan dihidupnya, dan lagi Ezra sedikit punya teman perempuan. Jika mengajak, mereka kurang lebih akan mencuri kesempatan dalam kesempitan, atau bahkan akan seperti Rizal dan Andre.

**

Butuh beberapa saat untuk melakukannya dan Nana kembali dengan boneka itu, setelah menyelesaikan amanah dari ketua Osis, dia kembali ke tempat Ezra tadi seharusnya berdiri, "Lho?! Ketua dimana?!"

Prince Charming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang