21 |Determination

42 11 29
                                    


| ATSA |

Agak canggung bagaimana Cheon dapat berada di rumah dengan santai seakan selama ini ia sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa orang tuaku setuju dengan ide gila itu. Karena sekarang aku terlihat bodoh dengan semua kecanggungan ini. Well, lupakan mengenai hal itu sejenak. Setelah aku setuju untuk membantu Cheon—jangan paksa aku menggunakan panggilan kakak, karena ia sama asingnya dengan orang yang kutemui di bis—aku sekarang akan bertemu dengan para konektor lain. Konektor adalah sebutan untuk orang-orang yang bersinergi dengan energi astral, dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang kembali ke masa lalu sepertiku.



Aku bersama Cheon melaju dengan cepat menuju—yang akhirnya bisa kudapatkan namanya—Synced Gnosis Lab. Kuakui nama ini terasa sangat kuno, Gnosis? Itu kata yang digunakan mungkin ribuan tahun yang lalu, aku tidak tahu lagi apa itu artinya. Cheon melajukan mobilnya menuju sebuah basement, beberapa blok dari toko artefak kuno. Kami turun hingga lima lantai kemudian dia melakukan manuver dengan cepat, memutar kendali dengan penuh, yang membuat tubuhku terbanting sangat kencang ke arah kiri. Kemudian menekan gas penuh menuju sebuah dinding beton tepat di hadapan kami. Dengan jarak yang pendek dan mobil yang terus menaikkan kecepatannya secara eksponensial, tentu mencapai dinding itu hanya memerlukan hitungan detik.

Aku mungkin akan panik apabila Thalia tidak memberikan sedikit petunjuk mengenai semua ini. Dinding itu terbentuk dari ratusan lapisan ilusi yang tentu digunakan sebagai pengalihan agar tidak mudah ketahui orang. Namun, selain itu ada pengaman yang sangat menyebalkan di tengah ratusan sorot cahaya. Ratusan ilusi itu diam-diam menyimpan sensor yang dapat mendeteksi mikroorganisme meski itu di dalam sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Aku hanya dapat berdoa keras dalam hati, bila informasiku dan Thalia sudah berada dalam base data mereka. Karena kalau tidak, semua sensor ini akan memicu laser plasma yang terpasang pada setiap ilusi.

Lapisan ilusi memenuhi terowongan panjang hingga akhirnya cahaya secara perlahan mulai memenuhi terowongan ini. Mobil berhenti di sebuah ruangan dengan pencahayaan putih yang menyilaukan.

"Selamat datang Atsa."

Setelah aku dapat menyesuaikan pandangan, aku segera mencari asal suara itu.

Dan menemukan seseorang wanita dengan rambut gelap lurus sependek bahu. Memiliki wajah yang sangat ramah, tetapi berpakaian sangat menyeramkan. Dia tidak menggunakan jas lab putih seperti halnya peneliti yang kutemui di sini. Dia menggunakan sebuah armor, yang pasti aku-tidak-ingin-punya-masalah-dengannya. Karena armor ini tidak hanya melindunginya dari berbagai serangan, juga dapat meningkatkan kemampuan bertarung seseorang. Detailnya agak sedikit merepotkan untuk dijelaskan. Intinya, yang tadinya kau hanya dapat menendang sebuah kaleng sekarang kau bisa menendang sebuah truk. Armor itu tidak akan tertangkap oleh mata telanjang, karena dia hanya terlihat menggunakan baju serba hitam. Terima kasih pada Thalia yang memberikan informasi ini padaku. Aku melihatnya dengan takjum dan ngeri secara bersamaan.



"Ini Rakansha Vivian, asistenku." Cheon memperkenalkannya.

"Senang bertemu denganmu, Atsa. Panggil aku Kansha."

Kansha kemudian mengulurkan tangannya sambil tersenyum lebar, aku mengambil jabatan tangan itu. Dia benar-benar wanita yang sangat ramah.

"Semua sudah menunggu kalian."

Kami pun kemudian berjalan mengikutinya masuk ke dalam lab.



***

Kami berjalan melewati berbagai lorong kaca yang menunjukkan ruang-ruang penuh oleh peneliti dengan kesibukan mereka. Dalam perjalanan, Cheon menjelaskan secara detail bagaimana mereka mengolah energi itu. Mereka bermain dengan partikel alfa dan gamma hingga akhirnya energi itu berubah menjadi sebuah jembatan dimana informasi dapat berlalu-lalang di dalamnya.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang