16 |Rigorous

64 10 10
                                    


| ATSA |

"Tiiiit ... tiiiiit ... tiiiiit ...."

Bau antiseptik memenuhi hidung dan memaksa mataku terbuka akibat pusing yang tiba-tiba menyerang. Aku meraih controller pada bagian kiri kasur dan menyentuh tombol pengharum ruangan untuk menghilangkan bau menyesakkan ini. Dengan tubuh yang tidak dapat tertidur lagi, aku menemukan diriku menatap langit-langit ruangan.

Tubuh ini berada dalam keadaan kritis setelah kejadian itu, bahkan dokter harus menggunakan defibrillator untuk mengembalikan detak jantung yang sempat membentuk garis horizontal. Meski tubuh ini tidak mendapatkan luka tembak seperti yang dialami Ryuka, tetapi otak berkata lain. Ia menerima impuls itu dengan nyata hingga membuat seluruh tubuh ini bereaksi. Menyeramkan bagaimana trauma mental dapat membunuh sama kejamnya dengan tembakan senjata. Aku jatuh dalam koma selama dua minggu dan masih dalam perawatan intens di rumah sakit hingga saat ini.



Sudah satu bulan berlalu. Selama itu aku berada di tempat ini hingga membuat seluruh jiwaku meresap nuansa yang dihasilkan rumah sakit, yaitu kehampaan. Apakah ini semua terjadi karena aku tahu ada bayi yang ditinggalkan ibunya. Atau akibat semua rasa sakit yang mampu membuatku selamanya meninggalkan dunia ini. Atau ini mengenai aku yang merasakan langsung bagaimana rasanya seseorang menghilang dari dunia, tetapi dengan curangnya masih bernapas di sini. Atau karena ini Ryuka yang pergi.

Atau aku yang tahu semua ini akan terjadi, tetapi tidak melakukan apapun.

Mungkin karena semua alasan itu.

Setelah malam itu, aku tidak bermimpi lagi menjadi Ryuka. Sudah jelas apa yang selanjutnya terjadi. Itu akhir dari hidup Ryuka dan ...

dia berakhir di tangan Fhou.



Aku sadar, bila mencoba, pikiran ini pasti bisa memecahkan masalah itu. Namun, semangatku lenyap di kedalaman rasa bersalah yang pekat. Beban kematiannya menarik kesadaranku hingga titik terendah. Titik dimana sudah sangat terlambat untuk bangkit, karena kini momentumku sudah hilang. Maka aku membiarkan masalah yang tidak terpecahkan ini di belakang kepala, dan memutuskan untuk mengubur segala hal tentang Ryuka pada masa lalu.



***

Aku kembali bersekolah dan hari-hari bergulir tanpa bisa kuhentikan, seakan lintasannya sangat mulus tanpa hambatan. Pengawasan penuh diberikan oleh orang tuaku, akan ada yang mengantar dan menjemputku di sekolah. Merupakan penawaran bagus bagi diriku yang pemalas ini.

Dan kini sudah lebih dari dua bulan aku kembali bersekolah yang masih saja sibuk melakukan berbagai check-up mengenai kondisi tubuhku. Meski tidak ada lagi 'pengawas' yang menjaga selama di sekolah, aku kini menyadari hal terburuk. Instingku masih terus berteriak pada sorotan transparan yang selama ini selalu menghantui, walaupun seharusnya sudah tidak ada lagi yang memfokuskan dirinya padaku. Seseorang masih menjaga pandangannya padaku, meski tanpa tahu apa yang mereka mau. Kubiarkan mereka, selama tidak ada ancaman nyata.



Aku sedang berjalan di lorong sepi saat mendengar sepasang kaki yang berbunyi beriringan denganku, dimana semakin lama semakin terdengar keras di belakangku. Aku mempercepat langkah, memaksa seluruh tubuh ini bergerak agar dapat terbebas dari siapapun itu. Namun, secepat apapun aku, suara langkah ini semakin lama semakin terdengar keras.

Sedikit lagi!

Ketika langkahku akhirnya menyentuh pekarangan luas di pintu utama sekolah, aku merasakan tangan besar menyambar tangan kananku. Sebuah tarikan kuat memaksaku berbalik menghadap orang itu.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang