| ATSA |"Halo anak-anak! Kalian baik-baik saja?"
Sebuah suara berat memenuhi ruangan ketika pintu itu terbuka.
Aku memang lelah, tetapi tidak sampai berhalusinasi seperti ini. Setiap pasang mata terpaku pada seorang pria tua—bisa kubilang ia seumuran dengan Gramp, mengingat mereka berdua juga saling mengenal. Pria ini memiliki rambut yang memutih pada bagian bawah dan warna coklat pucat pada bagian atas. Satu hal yang pasti sangat menunjukkan identitasnya adalah warna bola mata itu.
Merah menyala.
Benar, dia adalah pemimpin seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Madda Neirontza.
Benar-benar deh, aku sudah bersumpah untuk tidak berpikir sedikitpun hari ini. Namun, semua hal ini membuat otak tidak berhenti menyambung-nyambungkan segala hipotesis hingga akhirnya menemukan sebuah hal menarik. Di saat seperti ini aku benci dengan otak ini. Apakah ia tidak ingat bagaimana tubuh ini sudah cukup lelah dengan segala pertarungan tadi.
"Tuan Pemimpin! A-apa yang Anda—" Belum selesai Petra menyelesaikan kalimatnya, aku dengan cepat memotong.
"Sepertinya Anda tersesat. Gedung Pemerintah berada tiga distrik dari sini. 01.02-013. Sekaligus saja kuberi kodenya supaya mempersingkat waktu Anda."
Aku membuka mulut yang dijawab dengan pandangan tajam semua orang.
Aku tidak mengerti dengan mereka semua, pandangan mereka selalu seperti itu dari tadi. Seakan-akan ingin menimpal mulutku dengan apapun yang sedang mereka genggam, terutama apabila aku kembali membuka mulut.
"HAHAHAHAHA." Tawa Pak Pemimpin terpantul-pantul di lorong dan ruangan.
"Halo Atsa. Sudah lama sekali ya. Kapan terakhir kita bertemu? Dua ... tiga tahun yang lalu?"
"Mana aku ingat." Aku membalas sambil mengangkat bahu.
Mereka semua di sini melihat kami berdua dengan pandangan tidak percaya. Kuharap mereka tidak salah paham. Aku sebenarnya tidak sedekat itu dengan Pak Pemimpin. Ketika banyak orang yang harus dilindungi, negosiasi menjadi pilihan terbaik dibandingkan menyerang secara agresif. Well, harus ada seseorang yang tugasnya menyulut api di dalam sebuah tim sebagai pengalihan, dan itulah tugasku.
"Jangan khawatir. Aku di sini untuk menyelamatkan kalian."
Dia memulai, membuat semua orang melihatnya tidak percaya.
"Aku seharus meminta maaf atas kelakuan anak perempuanku, Shelva. Aku memang sudah mengawasinya dari lama. Namun, kali ini ia sudah sangat keterlaluan, sampai membawa pasukan khususnya. Itulah mengapa aku ada di sini."
"Ta-tapi sampai Tuan Pemimpin turun langsung—"
Uta yang kini menyuarakan pendapatnya terpotong cepat oleh Pak Pemimpin.
"Well, sebagai orang tua bukankah aku harus bertanggung jawab pada semua kelakuan yang dilakukan anakku."
Begitu jawabnya dengan ekspresi lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusioner [END]
Science Fiction| Fiksi Ilmiah | Petualangan | Aksi | "Aku ini masih kecil. Dan kalian memintaku untuk menyelamatkan dunia?!" "Kurasa itu sangat lucu karena harus meminta bantuan anak kecil untuk masalah sebesar ini. Apa orang dewasa sekarang sepayah itu?" Atsa Rem...