| ATSA |"Yuhuuuu ...."
Aku tidak dapat menutupi rasa senangku, ya? Namun, ini benar-benar menyenangkan karena akhirnya aku dapat melakukan sesuatu untuk Ryuka.
Meski masih membingungkan mengapa hanya di saat ia terancam saja aku dapat mengambil alih tubuhnya. Maksudku, tentu itu hal baik. Tidak, itu justru sangat bagus. Karena kini aku bisa menyelamatkan dari mara bahaya di masa perang itu. Namun tetap saja, alangkah baiknya bila aku juga bisa mengambil alih tubuhnya di waktu yang tepat.
Aku bersenandung riang sambil mengayun-ayunkan kaki selama perjalanan menuju sekolah. Tak lupa instrumental piano yang kalem menemani perjalanan. Aku menikmati semua suasana ini sambil menyenderkan kepala ke kaca bis dan memandang pemandangan luar yang berlalu sangat cepat. Lalu dari pantulan kaca aku melihat seseorang duduk tepat di sebelahku.
Tidak ingin berkomentar banyak, tetapi sekali lagi takdir membawa kami bersama. Entah itu baik atau sial. Laki-laki itu duduk sambil menatap hpnya dengan sangat serius. Menghindari berbagai interaksi tidak perlu, aku terdiam di tempat berharap tidak menarik perhatian.
Percayalah, bukan pilihan terbaik. Karena kini sudah lima lagu lewat di telinga dengan kepala yang dari tadi terdiam di posisi ini.
Mataku langsung menangkap beberapa bangunan yang kukenali dimana aku harus bersiap untuk pemberhentianku.
DRAP!
Aku dengan cepat berdiri, sambil tetap menjauhkan wajah darinya. Kuberikan beberapa sinyal agar ia—yang sibuk memperhatikan hp—memberiku jalan.
"Masih cukup jauh, kau bisa duduk dulu." Begitu jawabnya tanpa sedikitpun melirikku.
"Akh! Kau tau itu aku." Kuakui nadaku agak sedikit karuan di sana.
Dia lalu menoleh dan menunjukkan ekspresi jengkelnya. Mukaku cukup panas karena menyadari kebodohan lainnya. Aku duduk kembali dalam posisi tegap dan kepala menunduk dalam.
Astaga leherku masih terasa kaku. Tidak sanggup menoleh ke kanan karena di sana ada Medusa dengan tatapan tajamnya. Tidakkah ini sebuah penyiksaan.
Mom tolong aku.
Kukira semua ini akan berlangsung lama, ternyata baru sampai angka tujuh kedua dari nilai phi, dia sudah berdiri. Aku kemudian melirik sedikit dari sudut mata.
UGH!
Tatapan mata yang tajam memaksa tubuhku kembali berdiri tegak. Tanpa mengatakan apapun dia berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar, aku pun diam-diam mengikuti di belakangn. Walaupun aku hanya melihat punggungnya, aku sangat sadar dia menghela napas panjang.
Maaf bila aku sangat menyebalkan. Mungkin ia harus mencoba lebih pagi lagi saat berangkat. Karena bis ini beroperasi setiap 10 menit sekali, jadi sebenarnya lebih besar kemungkinan bagi kita berdua tidak berada dalam satu bis yang sama. Meski begitu, aku tidak bisa menyuarakan protesku ini. Ada sesuatu pada laki-laki ini yang membuatku segan memprovokasinya. Di saat seperti ini aku terlihat menyedihkan.
Well, cukup tentang orang ini. Saat bis berhenti kita tidak akan saling bertemu lagi. Aku harus melakukan sesuatu mengenai Ryuka, karena kini aku punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
Bis berhenti, aku dan beberapa orang yang sudah mengantre turun pun keluar satu per satu. Kuakui pikiranku sangat penuh mengenai berbagai hipotesis yang ingin kucoba saat kembali menjadi Ryuka, hingga tanpa sadar aku sudah berada di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusioner [END]
Science Fiction| Fiksi Ilmiah | Petualangan | Aksi | "Aku ini masih kecil. Dan kalian memintaku untuk menyelamatkan dunia?!" "Kurasa itu sangat lucu karena harus meminta bantuan anak kecil untuk masalah sebesar ini. Apa orang dewasa sekarang sepayah itu?" Atsa Rem...