10 |Aberrant

79 14 15
                                    


| ATSA |

Pagi datang dengan Gion yang sangat sibuk sekali dengan berbagai caranya untuk membangunkanku. Bukannya aku tidak mau bangun, tetapi semalam aku terbangun cukup pagi. Kurasa aku pantas mendapatkan beberapa menit tambahan untuk tidur.

Kukira semua orang melakukan hal itu juga.

Namun, ...

NGUUUUUUUNG

NGUUUUUUUNG

NGUUUUUUUNG



"AKH!"

"Ok! Ok! Aku bangun!"

Kulempar selimut tebal ini dan langsung berlari ke kamar mandi.

"Hei! Kau ...."

BAK!

Pintu kamar mandi sudah tertutup sebelum aku mendengar sisa omelannya.



***

Tidak cukup dengan kejadian semalam dan tadi pagi. Aku berangkat ke sekolah dengan plester besar menutupi wajah cantikku. Dan aku yakin mendengar beberapa bisikan orang-orang di bis selama perjalanan menuju sekolah.

Ini memang sakit dan ... cukup memalukan. Uh, jangan melirik begitu, aku tahu kalian membicarakanku.

Aku menarik hoodie pelan-pelan untuk menutupi setengah wajah. Tak lama aku pun tidak bisa melawan rasa kantuk dan lenyap dari kenyataan.

...

...

"Permisi," ucap seorang laki-laki yang berjalan melewati dan menyenggol ringan lututku.

"Hah!"

Dimana ini? Dimana? Apa aku kelewa.. Oh! Hampir! Sangat hampir terlewat. Aku mengambil tas dan berlari, cukup sempoyongan karena sebagian kakiku sepertinya masih tertidur.


Seseorang menangkap lenganku saat aku hampir kehilangan kendali antara berjalan dengan kaki yang seperti jelly dan bis yang bergerak cukup liar.

"Terima kasih," jawabku meski masih cukup kesulitan dengan tasku yang menggantung canggung dan sangat mengganggu keseimbangan.

Sedetik kemudian aku merasakan tenaga yang cukup kuat menarik lenganku menuju tiang penyangga terdekat.

"Oke. Safe!" ucapku bahagia, akhirnya menemukan posisi yang aman, berdiri sambil memeluk erat tiang penyangga.

"Oh ... Ah! T—terima kasih."

Hatiku menciut saat mataku menangkap orang yang menolong barusan. Sudah sangat terlambat untuk berpaling sekarang. Karena ini laki-laki yang sama saat aku mengintip—lupakan tentang itu.



"Hm." Begitu saja balasnya. Aku memang tidak ambil pusing. Tapi kumohon jauhkan pandangan tajam itu dariku.

"Hehe."

Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman lebar. Memberikan pemandang indah baginya untuk melihat gigi seriku yang rapi lengkap dengan sisa bayam yang masih menyangkut.



CKIIIIT!

Bis berhenti. Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya dia berbalik dan berjalan mengikuti barisan yang akan turun. Dan aku yang berjalan di belakangnya tentu sangat berhati-hati dalam menjaga jarak agar tidak ada lagi kontak yang tidak diperlukan.

Kembali mengulang kebiasaan. Tepat ketika kaki menyentuh tanah, aku langsung berlari menjauhi kerumunan tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.

Tidak, aku tidak akan berhenti di sini, lebih jauh lagi.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang