| RIAN |Aku membuka mata dan melihat pintu kapsul yang dipaksa terbuka. Wajah Rico yang panik memenuhi pandangan.
"Kau baik-baik saja Rian?" tanyanya, sambil mengulurkan tangan.
"Ya, aku baik-baik saja."
Aku mengambil uluran tangan itu dan mencoba bangkit.
Terakhir yang kuingat saat menjadi Fhou adalah kilatan cahaya yang menyilaukan mata. Melihat diriku yang baik-baik saja menunjukkan bahwa Fhou tidak mati. Seketika perasaan hangat menyelimuti dada. Ada rasa senang saat menyadari ia kini dapat menikmati masa depan baru dengan keluarga kecilnya. Namun, tidak bohong bila ada sedikit rasa sedih yang menusuk hati saat aku menyadari itu adalah saat terakhir bersamanya. Mau itu aku ataupun ia, pasti paham bahwa kami berdua memiliki kehidupan kami masing-masing yang menunggu. Jadi, tidak perlu terlalu bersedih pada perpisahan ini.
Mungkin ini juga akan menjadi masa depan baru bagiku.
BRAK!
"Semuanya cepat berlindung ke emergency room!" teriak Kansha.
Teriakan lantang milik Kansha membuatku kembali tersadar. Seketika hanya Atsa yang terpikir, membuatku dengan cepat beralih ke arah sumber keributan. Mataku menulusuri setiap sisi tanpa terlewat mencari rambut merah yang berkobar paling menyala meskipun tidak ada cahaya matahari yang menyinarinya. Namun, usahaku sia-sia. Keadaan di sini terlalu kacau, tim Kansha kini sedang beradu tembak dengan beberapa yang lain beradu tinju dengan kasar.
"RIAN!" Kansha menarikku dengan kasar, membuyarkan fokusku.
"Apa yang kau lakukan di sini?! Cepat berlindung!" teriaknya.
Lalu dengan cepat menundukkan kepalaku dengan kasar sambil menembak ke arah kerumunan. Aku tidak menyadari diriku yang berjalan perlahan menuju kekacauan itu karena sibuk mencari seseorang yang kutakutkan berada di tengah-tengah sana.
"Atsa! Dimana dia?!"
Aku ikut berteriak akibat sahut-sahutan tembakan yang tidak berhenti memenuhi ruangan ini.
"Dia tidak ada di sini—Akh!"
Kansha menangkis sebuah tembakan lagi mengunakan lengannya sambil melindungiku.
"Ikuti aku," perintahnya.
Aku berlindung di tengah tim besar milik Kansha yang perlahan mundur menuju emergency room. Salah seorang timnya melempar sebuah granat tangan yang sedetik kemudian menghasilkan cahaya menyilaukan. Kami semua dengan cepat berlari menjauh dan masuk ke dalam lift besar ini dengan selamat. Pintu besi kemudian menutup dan terkunci dengan bunyi nyaring. Lift kemudian bergetar yang mengingatkanku pada sensasi saat berlindung dari kejaran Neirontza di gedung 178. Tak lama pintu pada sisi lain terbuka dan aku menemukan semua orang berkumpul di ruangan bawah tanah.
"Rico, sudah semua orang?" tanya Kansha tanpa melewatkan waktu sedetikpun.
"Tinggal Ria—Ah! Sudah semua!"
Ia menjawab dengan cepat saat matanya menangkap diriku.
"RIAN!" Teriakan Eva membuatku dengan cepat beralih dan melihat Uta serta Zair yang berlari mendekatiku.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Uta.
"Hei, seriusan apa yang kau pikirkan?!"
Zair berteriak kepadaku sambil memberikan ekspresi ngeri.
"Maaf, aku ... hanya mencari Atsa."
Sambil menjawab asal, mataku kembali menjelajah mencarinya di tengah kerumunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusioner [END]
Fantascienza| Fiksi Ilmiah | Petualangan | Aksi | "Aku ini masih kecil. Dan kalian memintaku untuk menyelamatkan dunia?!" "Kurasa itu sangat lucu karena harus meminta bantuan anak kecil untuk masalah sebesar ini. Apa orang dewasa sekarang sepayah itu?" Atsa Rem...