24 |Reasons [15+]

37 9 27
                                    


Perhatian!
Pada chapter ini terdapat adegan seksual.
Tidak dianjurkan untuk pembaca di bawah umur 15 tahun.
Mohon tetap bijak dalam membaca cerita ini.
-*-



| CHEON |

Aku duduk di ruang kerja, sambil memandang laporan mengenai energi astral. Jika aku ingin mengibaratkan energi ini sebagai suatu benda, maka ini akan terlihat bagai ribuan benang dimana pada ujungnya akan membawamu pada berbagai macam lini masa. Kita bisa saja memilih salah satu benang waktu ini, tetapi itu akan sangat berbahaya. Ada banyak ketidakpastian dari setiap benang bila kau gegabah mengambilnya. Berjalannya waktu, aku menemukan fenomena aneh yang muncul pada energi ini, dimana setiap benang akan dengan sendirinya memberikan jalan pada beberapa lini waktu. Namun, ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu.

Dan inilah yang sedang kami semua tunggu. Benang penentu takdir yang akan membawa kami semua menuju masa Revolusi, menunggu waktu ketika bom nuklir meledak. Ini adalah momen yang menegangkan bagi semua orang.

Dan di saat seperti ini, Atsa lagi-lagi melakukan hal yang membuatku kembali ragu.



Pembicaraan dengan Atsa beberapa hari yang lalu benar-benar mengacaukan segala hal. Aku tidak bisa berpikir jernih, tidak ada satupun keputusan yang dapat kuambil beberapa hari ini. Sehingga membuat meja ini tertumpuk banyak sekali dokumen yang harus kuperiksa.

Aku pun mulai meragukan banyak hal sekarang. Semua yang kupercaya, semua yang kulihat, dan semua yang kurasa. Semua ini terasa seperti sebuah kebohongan. Dan itulah Atsa. Dia adalah orang yang hanya fokus pada kebenaran, tidak peduli seberapa menyakitkan hal itu. Aku tidak menyalahkannya, tetapi kini aku meragukan diriku.



Aku takut.

Aku takut pada apa yang akan kuketahui dan apa yang sudah kulakukan.

Ya, itu lebih tepatnya.



Aku merasakannya sekarang, bagian diriku di masa lalu yang perlahan bangkit. Diriku yang menyukai wanita itu perlahan menguasai pikiran.

Akh! Hentikan!

"Kau harusnya sadar. Ketika kau sudah mengeliminasi semua hal yang mustahil, apapun yang tersisa, tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya hal itu, pasti yang tersisa hanyalah kebenaran."

Bagaimana ia dengan mudah mengutip kalimat Sherlock Holmes tanpa sedikitpun mengingat novel itu. Atsa memang aneh, aku tidak pernah memahami proses berpikirnya. Namun, dibalik semua itu dia selalu benar. Sebenci apapun aku pada idenya, dia selalu benar.

"Hhhhhhh ..." Aku kembali mendesah kasar.

Aku benar-benar membutuhkan waktu untuk mengatur semua hal mengenai Shelva dan—



TOOOOOOOT!!

Refleks, kepalaku menengadah menuju sumber suara. Pencahayaan kini dibalut warna merah darah.

"Ketua!" Suara Felix dengan cepat terdengar dari earbuds.

"Apa yang terjadi?" Tanpa menunda aku meminta penjelasann.

"Kita disergap! Mereka mendobrak masuk dan sudah melewati pengamanan." Dia menjelaskan.

"Evakuasi semua peneliti. Perintah Rakansha untuk menjaga anak-anak. Bawa mereka ke gedung 178!" perintahku.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang