| ATSA |Pagi ini badanku masih terlalu lemas untuk beraktivitas. Kalau bukan karena Gion mungkin aku masih menjelajahi mimpi. Namun, inilah aku sekarang, sedang melamun di dalam bis.
Melankoli, deskripsi Gion mengenai keadaanku pagi ini. Aku bahkan tidak sanggup untuk berpikir. Semuanya masih terasa membingungkan bagiku. Bermimpi berada dalam tubuh orang lain dan merasakan semua sensasi nyatanya.
"Argh. Aku benar-benar pusing sekal."
Kutarik hoodie sehingga menutupi sebagian wajah dan bersandar malas di kursi.
Tanpa disadari aku sudah duduk di bangku sekolah dan pelajaran pun dimulai. Beberapa menit awal aku masih dapat menegakkan tubuh dan sedikit fokus pada pelajaran matematika, tetapi tak lama badanku terasa berat. Aku bahkan tidak dapat duduk dengan tegak dan membiarkan tubuhku terbungkuk lemas di bangku.
Aku mendengar kebisingan memenuhi telinga, tetapi tidak dapat fokus pada apapun. Pemandangan di sekitarku berputar dan aku tidak dapat mempertahankan ilusi ini untuk tetap diam sebagaimana mestinya. Tidak kuat dengan semua ini aku menenggelamkan kepala di antara kedua tangan dan tak lama rasa mual mendominasi.
Aku merasakan seseorang menggoyang-goyangkan badanku dan membuat rasa mual ini semakin buruk. Kuangkat kepala perlahan, mencoba mencari tahu siapa penyebabnya. Namun, sayangnya semua pemandangan yang kulihat seperti terpelintir di satu pusat dan aku mulai kesulitan menentukan mana atas-bawah-kiri-kanan.
Dengan semua pemandangan yang berputar disertai rasa mual, akhirnya badanku menyerah dan terjun bebas ke lantai. Kesadaranku pun ikut menyerah dan aku berada dalam kegelapan tanpa tahu waktu.
***
Kesadaran muncul dan hilang di beberapa momen. Aku sempat membuka mata dan menemukan orang-orang dengan wajah panik, kemudian aku menutup kembali mataku.
Di saat lain aku membuka mata, aku melihat ruangan putih dengan pencahayaan yang menyilaukan. Aku hafal ruangan ini. Ruang operasi.
Ah, pasti IO-ku bermasalah. Setelah mengambil kesimpulan dengan cepat, aku kemudian menutup kembali mataku.
Aku kembali membuka mata dan menemukan beberapa orang dengan wajah cemas mereka mengelilingiku. Ada dua orang yang dapat aku kenali wajahnya, kedua orang tuaku. Dan sama seperti sebelumnya kesadaran kembali menghilang.
Ada satu momen dimana aku tidak membuka mata, tetapi indraku yang lain berfungsi dengan baik. Di saat itu seseorang menggenggam tanganku dengan erat. Aku bisa merasakan kekhawatirannya dari hangatnya genggaman itu. Dan saat aku mengira bahwa kesadaranku hanya hilang beberapa detik, tetapi kenyataannya ketika aku membuka mata ...
... orang itu sudah tidak ada.
Aku kini sudah memiliki kesadaran penuh, dan seperti yang kuduga ini adalah rumah sakit. Mencoba mengetes kekuatan, aku mengangkat tubuh dan duduk tegap. Angin dingin berhembus menerpa kulit dan menarikan rambutku. Mataku menoleh ke sumber angin dan menemukan jendela yang terbuka.
Berbeda sekali rasanya ketika mengingat sensasi hangat kulitku saat terpapar sinar matahari. Dan di antara semua sensasi yang kuingat dari mimpi, hanya hangat sinar matahari yang membuatku cukup nyaman. Aku cukup lama memandang kosong jendela tanpa menyadari seseorang masuk ke dalam ruangan.
"Kau membuat Gion mengendalikan IO-mu dari jarak jauh dan memasangnya di rumah sebagai pembantu. Aku tidak tahu apakah harus menyebutmu jenius atau bodoh." Godaan Gramp memecah lamunan, aku kemudian menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusioner [END]
Science Fiction| Fiksi Ilmiah | Petualangan | Aksi | "Aku ini masih kecil. Dan kalian memintaku untuk menyelamatkan dunia?!" "Kurasa itu sangat lucu karena harus meminta bantuan anak kecil untuk masalah sebesar ini. Apa orang dewasa sekarang sepayah itu?" Atsa Rem...