2 |Dream

244 30 13
                                    




Aku berdiri menghadap pintu coklat, menggenggamnya dengan erat sambil menghela napas panjang.

"Selamat datang. Haruskah kau melakukan itu setiap kali akan masuk ke rumah sendiri? Memang kuakui ini terlihat seperti neraka." Gion menyambut dengan mulut—seperti katanya—sepanas neraka.

"Mau di sekolah atau di rumah kadang berat," keluhku.

"Aku tidak peduli. Kau mau makan atau mandi dulu?" tanya Gion.

"Makan, eh ... mandi!"

"Oke, aku akan menyiapkan air herbal untukmu."

Kemudian visualisasinya menghilang dan beberapa bunyi-bunyian mulai terdengar dari lantai dua.

"Dia sibuk sekali."



Gion adalah sebuah AI, artificial intelligence, aku dan kakek dulu yang membuatnya. Dia adalah dasar dari AI yang dipasang pada setiap tubuh manusia untuk menyempurkan IO. IO itu apa? Akan ada orang yang menjelaskannya karena itu panjang sekali dan aku sudah sangat lelah untuk memberi penjelasan, untuk siapa juga aku berbicara seperti ini.

Meskipun AI yang beredar di publik tidak seaktif ini, tetapi tenang saja, mereka masih memiliki fungsi utama yang sama. Hanya saja Gion ini adalah AI yang dibuat khusus untukku, untuk mengurus keseharianku. Kasian sekali dia.



***

Setelah berendam dalam air herbal, aku kemudian turun untuk menyantap sup hangat dan beberapa rebusan sayuran lain. Dan ada irisan ayam hari ini, hm?

"Pasti ada sesuatu sampai kau menyiapkan ayam hari ini," sahutku melempar pertanyaan kepada Gion.

"Tidak ada, hanya memberikan nutrisi lebih pada tubuhmu," jawabnya tanpa memvisualisasikan dirinya.

"Ayo, sini duduk depan sini dan ceritakan keluhanmu!" ajakku sambil menepuk-nepuk meja yang kosong.



Kemudian Gion muncul dalam bentuk laki-laki seumuran denganku bermata hitam, rambut hitam lurus dan wajah tirus.

"Harusnya itu bagianku untuk bertanya," jawabnya dengan ekspresi yang cemberut.

"Kenapa? Kau penasaran denganku? Haaa ... paling kau sudah bosan dengan semua keluhan ini. Pelajaran yang membosankan, kurang waktu di ruang musik, orang tua dan kakek yang semakin jarang berkunjung," jelasku.

"Masih berkutat dengan hal-hal seperti itu," jawabku sambil memutar-mutarkan sendok.

"Jangan main-main nanti tumpah. Hei!" teriak Gion.

"Kau bahkan lebih galak dari Mom," gerutuku.

"Oh!"

"Jangan-jangan ada yang malfungsi?" tanyaku sambil menyondongkan badan ke depan.

"Aku baik-baik saja, justru kau yang bermasalah, ada apa denganmu?" jawabnya kesal.

"Aku kenapa? Aku biasa saja, mungkin lebih banyak bos—"

"Bukan itu! Tadi pagi seluruh tubuhmu menunjukkan reaksi tinggi. Apakah IO-mu melewati batas?" tanya Gion yang cukup serius memandangku.



Seketika itu aku teringat mimpi semalam.

"Itu bukan karena IO, aku hanya mimpi buruk. Lagi pula IO tidak akan memberikan reaksi tinggi justru kebalikannya dia akan membuat tubuh menjadi lemah," jelasku.

"Apa jangan-jangan kamu tidak sengaja menghapus pengetahuanmu tentang IO? Sini aku bantu download!" ajakku.

"Bukan itu! Aku hanya mengira mungkin ada reaksi lain dari IO yang tidak stabil," jelasnya mencemaskanku.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang