| ATSA |Sudah beberapa hari berlalu setelah kami menyelamatkan Ryuka dan sekarang aku dihadapkan oleh masalah baru yang sulit kuselesaikan. Dan itu adalah melihat Cheon di pagi hari, membaca berita di tabletnya sambil menyeduh kopi, hingga aromanya tersebar sampai ke kamarku. Maksudku, selama ini aku merasa sebagai satu-satunya anak di keluarga ini, jadi melihatnya di sini benar-benar mengancam posisiku. Sebenarnya lebih karena suatu hal yang terjadi di antara kami berdua.
Aku terlalu terbiasa dengan diriku yang berada sendirian di rumah ini. Kurasa bukan hal yang aneh bila kau melakukan berbagai macam hal dimana hanya dinding bisu dan kau saja yang tahu. Dan ya, kau tahu bagaimana memalukannya diriku. Meluncur melalui pegangan tangga layaknya sebuah perosotan, sambil melantunkan berbagai melodi. Aku ingat tepat ketika aku meloncat dan mendaratkan kedua kaki di undakan terbawah, aku sempat menyentuh nada C6 sambil mengangkat kedua tangan sangat tinggi. Seharusnya menjadi suatu hal yang membanggakan. Namun, ketika mataku terbuka, aku melihatnya. Cheon, membalas tatapanku dengan matanya yang membelalak melihat pertujukanku. Sangat memalukan, aku tahu, mari kita lupakan kejadian itu. Terima kasih banyak.
Aku menarik kursi di depannya sambil meneguk susu hangat yang sudah disiapkan Gion.
"Kau jadi sering tinggal di sini." Aku memulai.
"Well, ini juga rumahku." Dia membalas sambil kembali menyeruput kopinya.
"Benar juga. Tapi maksudku, kau kan selama ini tidak tinggal di sini. Apa tidak masalah meninggalkan tempat tinggalmu?"
Dia kemudian menoleh ke arahku. "Kau tidak ingin aku tinggal di sini?" tanya sambil menyimpulkan maksud dari pertanyaanku.
"Bukan seperti itu! Aku hanya penasaran, kau tahu. Lagian kau kan sudah sebesar itu untuk tinggal sendiri. Kenapa masih di sini?" Aku kembali menyuarakan pendapatku.
Dia berpaling dan kembali fokus pada tabletnya. "Kurasa itu terserah padaku mau tinggal dimana."
Ya. Apapun jawabannya selalu terasa benar.
Aku kemudian memenuhi mulut dengan berbagai macam roti panggang yang disiapkan Gion, sambil sesekali meneguk susu hangat agar membantu semua makanan ini mengalir menuju lambung. Awalnya aku hanya ingin menikmati sarapan ini sambil menonton apapun yang sedang ditayangkan di TV, tetapi sesuatu mengetuk pikiran. Kurasa ini waktu yang tepat untuk membahasnya, karena bila pembicaraan kami berakhir sangat memalukan aku bisa kabur dengan alasan berangkat sekolah.
"Um ... Cheon." Aku memanggil.
"Ya."
Wow! Kau lihat bagaimana dia sangat cepat sekali menjawab tanpa sedikitpun menoleh ke arahku.
Sebenarnya garis wajahnya lebih lembut dibandingkan wajah Rian, tetapi dia selalu memberikan kesan menyeramkan dibandingkan siapapun. Cheon memiliki wajah tirus dengan kulit yang sangat mulus. Hidungnya adalah duplikasi dari Gramp, tegas, sangat tegas dengan bibir cherry yang kami berdua bagi. Namun di antara semuanya, matanya sangat mengganggu. Ada kalanya dia dapat menatapmu dengan ekspresi kalem, dimana aku yakin ini dapat membuat semua orang tersihir dengan tatapan itu. Ada sesuatu pada tatapannya yang pasti disukai semua orang. Namun, alisnya lebih sering tertekuk tajam yang membuat tatapan itu menjadi sebuah senjata mematikan yang bisa menyayat logikamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusioner [END]
Science Fiction| Fiksi Ilmiah | Petualangan | Aksi | "Aku ini masih kecil. Dan kalian memintaku untuk menyelamatkan dunia?!" "Kurasa itu sangat lucu karena harus meminta bantuan anak kecil untuk masalah sebesar ini. Apa orang dewasa sekarang sepayah itu?" Atsa Rem...