Epilogue

40 7 10
                                    


"Dan inilah akhir dari kisah perjuangan panjang dari dua lini masa."

"Aku menyimpan semua memori ini pada energi—yang disebut oleh kakaku, Cheon, sebagai energi astral."

"Bagi siapapun yang menemukan energi ini, kumohon untuk tidak mengulang kesalahan yang sudah kami lakukan."

"Dan tolong ingatlah ini."



"Jangan terperangkap pada masa lalu, karena masa depan juga punya kesempatan untuk kau nikmati."

"Jika kau tidak ingin menyesali masa depan, maka lakukanlah yang terbaik di masa ini."

"Jangan sampai kau menyalahkan masa lalu karenanya."

"Hargai dirimu di masa lalu yang sudah bersusah payah menjalani semua rintangan hingga akhirnya dapat menemukan masa depan."



"Aku berharap kalian—yang menemukan energi ini—lebih bijak dalam menggunakannya."

"Tertanda Atsa Remanka, Minarti, 26 Januari 2581."



***

Sangat janggal ketika menulis ini semua, terutama saat mengakhiri cerita ini. Perasaan ini terlalu bodoh untuk dipikirkan, tetapi di saat yang sama hatiku terasa sangat hampa. Seakan seseorang mengambil sesuatu yang paling berharga di dalam sini. Namun, aku pun harus membawa diriku untuk mengakhiri ini semua.

Karena kisah aneh ini sangat menggangguku.

Seperti halnya cerita yang kutulis. Aku bermimpi? Atau berada di dalam tubuh Atsa? Entah apapun itu. Fenomena yang kutulis ini pun terjadi pada diriku, sama menggangunya dengan bagaimana Atsa akhirnya sangat peduli pada apa yang terjadi pada Ryuka. Kepedulian yang sama mungkin dapat dilimpahkan pada setiap perjuangan yang Atsa lakukan, tetapi bagiku pengalaman itu sangatlah tidak menyenangkan. Terperangkap dalam tubuh seseorang dimana orang itu pun berada di tubuh orang lain, adalah pengalaman terburuk yang sangat ingin kubuang jauh-jauh. Inti sariku tercabik-cabik setiap kali aku kembali dari fenomena ini.



Dan itulah mengapa aku memulai untuk menulis ini semua.

Aku tidak senaif itu mengharapkan tulisanku mampu menolong umat manusia maupun mencegah sesuatu terjadi—mari tidak berdebat mengenai akuratnya pandemi saat ini. Semua ini terjadi dalam mimpi, yang terlampau logis dan fiktif di saat yang bersamaan. Di tengah kebingunan, kesadaranku mengharapkan sebuah logika. Itulah mengapa menulisnya menjadi sebuah novel fantasi menjadi jawaban paling masuk akal, yang kuharap pada setiap kata yang terekam dalam novel ini akan selamanya terlepas dari memoriku.

Aku sadar bila semua yang kualami bersama Atsa bisa jadi hanya imajinasi yang terlalu liar. Terlampau liar hingga aku tidak paham lagi dari mana dasar mimpi ini. Sangat mungkin bila ini bukan fenomena menakjubkan seperti yang sering kali disebut dalam kisah ini. Dan mungkin tulisan ini hanya akan menjadi cerita tidak populer yang berada di pojok sebuah ruangan, menumpuk lapisan debu.

Bahkan mungkin tidak akan ada yang membacanya.



Namun, jika takdir mempertemukan kalian pada kisah ini dan kalian memilih untuk membacanya.

Aku hanya ingin kalian mengambil hal baik dari cerita ini. Dan ya, mungkin ambil pesan moral dari Atsa. Kalimatnya terlalu bagus untuk dilewatkan.



Bandung, 13 Mei 2022






*FIN*

Photo on banner by Warren Wong on Unsplash.
Edit by me.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang