22 |Fait Accompli

33 10 29
                                    


| ATSA |

"Aku bisa menyelamatkan Ryuka."

Meski kepercayaan diri itu menembus melampaui eksosfer, tetapi jauh di dalam lubuk hati, percik semangat itu hanyalah sebesar butir pasir. Memahami perpindahan kendali tubuh Ryuka merupakan satu hal dimana fokus tidak boleh memiliki eror. Dan keraguan yang menyebar dari setiap orang di sini adalah hal lain yang harus kupertimbangkan dengan baik. Karena tidak ada yang ingin mengulang kejadian menyeramkan itu.

Aku harus percaya pada diriku.



Aku baru menyelesaikan beberapa pemeriksaan fisik dan masuk kembali ke dalam ruangan dengan kapsul-kapsul besar. Semua orang yang kukenal sudah menunggu di sana. Keyla, salah satu peneliti yang memeriksa kondisi tubuhku, menuntun ke salah satu kapsul.

"Kau yakin bisa melakukan ini?"

Cheon datang menghampiri, sebelum beberapa kabel dipasangkan di titik-titik saraf kepala. Ia kemudian berjongkok untuk menyamakan kedua mata kami.

"Kurasa aku harus bisa. Tidak! Aku pasti menyelamatkannya!"

Aku membalas kecemasan itu dengan menyemangati diriku sendiri.

Lalu seperti biasa, seseorang kembali masuk dalam percakapan tanpa ada siapapun yang mengajaknya.

"Dia pasti bisa."

Rian dengan percaya diri mengucapkan ini untuk menenangkan kecemasan Cheon.

Cheon kemudian bangkit dan menghempaskan napasnya secara kasar.

"Kalian berdua berhati-hatilah."

Cheon yang kini pasrah memandang kedua mata kami secara bergantian kemudian berjalan menuju jajaran komputer utama.



Suasana kembali menjadi canggung akibat Rian yang kini berada sangat dekat denganku. Aku menjauhkan pandangan darinya.

"Aku tahu kau bisa."

Dia memulai, yang membuat hatiku sangat menghangat mendengar bagaimana ia menyemangatiku.

"'Kita ini masih kecil.' Itu kau kan?"

"ARGH! Seriously?!"

Aku dengan cepat melirik ke arahnya dan kembali menumpahkan semua emosi yang memuncak, perasaan yang bercampur antara malu dengan kesal. Bisakah aku menarik kembali semua emosi hangat yang kurasa darinya? Dia tetap Rian yang menyebalkan.

Ada beberapa detik berlalu dimana kami saling menangkap pandangan satu sama lain, hingga matanya menyipit dan menyinggungkan sebuah senyuman kepadaku. Ini bukanlah senyuman menyebalkan yang biasa kulihat setiap pagi di bis. Ini adalah senyuman lain. Senyuman yang selalu Fhou berikan kepada Ryuka.

"Akhirnya kau menatapku," ucapnya lembut.

Aku merasakan suhu tubuh yang perlahan naik dan dengan cepat kembali mengalihkan pandangan darinya.

"Atsa."

Dia memanggilku, dimana butuh banyak keberanian untuk dapat menatap wajah itu.

"Ya," balasku dan dengan perlahan kembali menatap wajahnya, yang sekarang memberikan ekspresi yang sangat lembut padaku.

Dibandingkan sebelumnya, aku sekarang tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku dapat melihat mengapa wajah ini bisa membuat semua orang tersihir akan ketampanannya.

"Kau harus berhati-hati, Oke?"

Alisnya sedikit menekuk menunjukkan kekhawatiran. Otot-otot pada wajah itu bereaksi dan memberikan bentuk-bentuk tegas pada wajah yang membuatku sedikit tercengang akibat keindahannya. Suara yang tertahan oleh pemandangan indah itu memaksaku mengangguk menjawabnya. Kemudian dengan cepat kembali menunduk akibat imajinasi aneh yang berlarian dengan liar di dalam kepala.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang