.
.
.
.
."Tsukki~" suara manis itu mengalun dengan indah.
Sosok mungil bertubuh ramping berlari menuju peraduannya. Menghambur mesra dalam pelukan yang lebih jangkung.
"Jangan lari-larian, bikin pusing," si kacamata itu mendengus.
"Hehe~, tapi aku kangen Tsukki~" surai jingga itu mengangkat muka dan menatap si kacamata.
"Berhentilah tersenyum, bodoh!" Kata-kata pedas dan isi hatinya berbanding terbalik. Wajahnya memanas hanya karena senyum mentari kesayangannya itu. Manis banget pacar aku>///<.
"Ayo jalan. Ada kafe yang baru buka. Kabarnya Parfait di sana sangat enak~," si mungil itu menarik tangan Tsukishima yang menurut saja.
"Pelan-pelan, kau ceroboh," (pelan-pelan, nanti jatuh, khawatir).
"Iya, lagian kan ada Tsukki," dia memandang ke belakang, tersenyum bahagia sambil terus menyeret tangan yang lebih jangkung. Dia sudah biasa dengan mulut asin kekasih garamnya ini. Begitu-begitu, Shoyo tau kok kalau Tsukishima-nya sangat menyayanginya. Tapi, ya, tsundere mungkin.
"Kalau tempatnya jauh, naik motor saja, Akiteru-nii ada di rumah." Tsukishima menyamakan langkah dengan Shoyo. Balas menggenggam tangan mungil itu.
"Tidak, jalan saja,"
"Huh, ya sudah, kalau sampai berkeringat, awas ya," (kamu ga boleh lelah)
"Hehe iya, ga sampe keringatan kok,"
Bergandengan tangan. Dua sejoli itu melangkah riang gembira.
Tsukishima menoleh ke samping, menatap sayang pada kekasihnya.
Nuansa jingga teduh itu sangat senada dengan langit sore. Oren kemerah-merahan yang indah.
Hari yang indah. Tambah indah karena bersama yang tersayang.
Dia ingat, dua bulan lalu. Saat dia mengungkapkan perasaan pada Shoyo.
Sejak bertemu, Shoyo sudah mengobrak-abrik pikirannya. Mengunjungi setiap mimpi yang diciptakan tidurnya. Tak tahan, dia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan. Perasaan gatal yang tak tertahankan. Perasaan cinta yang sudah melimpah ruah.
*Flashback.
"Hinata, temui aku di belakang gym setelah latihan," ujar Tsukishima pada Hinata yang sedang melakukan pendinginan dibantu Kageyama.
"Y-ya? Oke." Hinata menjawab gugup. Ini pertama kalinya Tsukishima berbicara tanpa dibarengi ejekan.
"Huh, apa-apaan si garam itu? Tak usah bogee, jangan mau," Kageyama kesal melihatnya.
"Eh, tapi mungkin saja ada hal penting," Hinata.
"Huh, ya sudah. Pokoknya kalau ada apa-apa, segera hubungi aku, mengerti?"
"Ya!"
Sepulang latihan, Tsukishima menunggu dengan tenang. Menanti Hinata datang.
Sudah 15 menit, Hinata tak juga sampai.
Mungkin Hinata tak mau bertemu dengannya?
Baiklah, sepuluh menit lagi, dan Tsukki akan pergi.
Lima menit.
Delapan menit.
Sepuluh menit.Tsukishima memantapkan hati. Itu artinya dia telah ditolak bahkan sebelum mengungkapkan.
"Tsukishima!!!" Suara Shoyo.
Tsukishima memutar badan. Mencari arah suara.
Di sana, tak jauh dari Tsukishima. Shoyo berlari ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA