Dingin dan sepi.
Itulah yang saat ini tengah ku rasakan.
Dengan berat kaki ini terus melangkah, menapaki jalan menuju peristirahatan.
Penat menjalani hari tidak seberapa jika dibandingkan dengan penat hati dan pikiran yang berkecamuk memikirkan penyebab dirimu pergi.
Apakah aku salah?
Apakah aku menyinggung mu?
Apakah aku kurang dalam mencintai mu?Atau, apakah rasa cintamu yang kurang untukku?
Hah..
Entahlah.
Bagaimanapun aku memikirkannya, tetap tak ada jawaban.Kisah kita terlalu indah untuk menjadi pedih seperti ini.
Ini semua seolah mimpi.
.
.
.Aku masih ingat bagaimana lembutnya sentuhan mu pagi-pagi yang lalu.
Suara lembut mengalun memanggil namaku. Membujuk agar sang netra membuka dan menyambut mentari pagi. Satu-dua kecupan mendarat di kening dan bibir. Tak juga merespon, akhirnya seluruh wajahku kau cium dengan manjanya. Alhasil, karena geli di muka, aku bangun dan meraih tubuhmu agar ikut rebahan di sampingku.
"Daichi-san~" ucap mu dengan hangat.
Aku tak menjawab dan hanya mempererat dekapan pada tubuh mungil mu.
"Ayo bangun, sleepy head."
"Pfft, iya, iya," ucapku. Ku buka dua mata yang diberi anugerah penglihatan ini untuk menatap indahnya dirimu.
"Ohayo, Shoyo," sapa ku sambil tersenyum.
"Ini sudah siang, bukan pagi lagi, huh. Ayo bangun dan makan. Jangan mentang-mentang libur kamu berencana untuk tidur seharian," omelnya. Shoyo bangkit dari kasur dan berjalan ke arah dapur kecil yang menyempil di samping meja belajar ku.
Apartemen satu ruang ini menjadikan semua kegiatan dilakukan dalam satu tempat. Kecuali mandi. Jadi apapun yang dilakukan Shoyo dapat terlihat dengan jelas olehku.
Pria bersurai jingga lembut ini menepikan barang-barang di atas meja dan menyusun rapi ke sudut. Makanan sederhana yang ia masak diletakkan di atas meja belajar. Karena aku tinggal sendiri di sini, hanya ada satu set peralatan makan. Ya, biasanya Shoyo yang menyuapiku.
Pertemuan ku dan Shoyo terjadi satu bulan lalu. Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dan tak sengaja bertemu dengan dirinya.
Melihat dia yang menangis di tengah hujan lebat, aku menawarkan ia untuk mampir.
Singkat cerita, kami saling jatuh cinta setelah semalaman berbagi kisah.
Shoyo tidak menceritakan dengan detail, namun secara garis besar, dia tidak memiliki tujuan hendak kemana.
Aku lalu menyarankannya untuk tinggal di sini sementara hingga ia menemukan tempat dan akhirnya kami menyadari perasaan lain. Perasaan bahwa kami saling menyukai. Tanpa banyak basa-basi, kami memutuskan untuk berpacaran.
Karena aku seorang pelajar, aku belum cukup mapan untuk membawa Shoyo ke rumah yang lebih baik. Bahkan apartemen kecil ini akan segera berakhir sewanya satu bulan lagi. Tapi aku akan bekerja keras supaya bisa mencari tempat yang cocok untuk ditinggali oleh aku dan Shoyo.
Sebab, aku ingin hidup dengannya.
"Chicken karaage?" Tanya ku.
"Yupps," jawab Shoyo dengan senyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA