"Pelan-pelan lah, Hinata! Kau bisa terluka parah dengan kecepatan seperti itu!!!"
Teriakan dari pasangannya tak ia dengarkan. Hinata malah semakin cepat mengayuh sepedanya meninggalkan Tsukishima dua tikungan di belakang.
Beberapa menit kemudian Tsukishima datang menyusul dengan wajah penuh peluh. Siku-siku emosi terlipat di dahinya, menatap jengkel pada Hinata yang duduk bersantai dengan eskrim popsicle di tangan.
"Hihi, aku menang ~" ucap Hinata sambil tertawa cengengesan. Jika sudah disuguhi wajah seimut itu, mana bisa Tsukishima marah-marah.
"Huh, memang hanya Kageyama yang bisa menyaingi mu!" Ujar Tsukishima, geram. Ia ikut meletakkan sepeda kemudian menghempaskan tubuhnya, duduk di samping Hinata.
"Mau?" Hinata menawari eskrimnya yang sudah ia patahkan. Tsukishima mengangguk dan mereka makan eskrim dengan tenang sambil melihat pemandangan samping rumah Hinata yang berada di kaki bukit.
Hawa hangat musim panas dan terik matahari yang silau membuat padang rumput di lereng bukit semakin asri. Para penduduk berlalu-lalang sehabis kegiatan mereka di kebun. Hinata dan Tsukishima khidmat menatap kesibukan tersebut.
Ini adalah hari terakhir sekolah sebelum libur musim panas. Tsukishima diundang Hinata untuk menghabiskan beberapa hari di rumahnya. Ajakan itu diterima dan jadilah mereka di sini sekarang.
Srukk.
Tsukishima merebahkan badan dan tidur di paha Hinata. Si pemilik paha sempat terperanjat, ia menatap kaget. Namun karena Tsukishima telah menutup mata menikmati hembusan angin sepoi-sepoi di wajahnya, Hinata tidak jadi protes.
Tuk.
Stik eskrim yang telah habis ia lempar ke tanah. Hinata mendongak pada langit sebentar, namun karena silau, ia kembali menunduk. Bertemu dengan wajah yang juga silau di pahanya.
Hinata meneliti wajah Tsukishima, dari dahi, alis, bulu mata, hidung, bibir... Um.. Hinata lama menatap bagian yang satu itu. Bahkan ia juga bisa melihat betapa indahnya bulu halus yang tersebar di wajah Tsukishima.
"Pacar aku ganteng," batin Hinata sambil tersenyum kecil.
"Cium saja, tidak usah malu-malu," ucap Tsukishima dengan senyum jahilnya.
Wajah Hinata merah padam karena ketahuan menatap Tsukishima. Walau sering dibuat salting, Hinata masih belum terbiasa. Mereka baru jadian dua bulan, dan ini pertama kalinya Hinata punya pacar. Jadi, wajar jika dia masih malu-malu.
Hinata segera bangkit dengan mendorong Tsukishima hingga jatuh ke tanah. Ia lalu berlari masuk ke dalam, meninggalkan Tsukishima sendirian.
"Huh, untung sayang," ucap Tsukishima sambil mengelus kepalanya yang sedikit sakit.
Tsukishima tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala memikirkan kembali betapa imutnya reaksi Hinata. Tidak akan terbayangkan akan seperti apa jika mereka nantinya benar-benar berciuman. Mungkin wajah Hinata akan merah hingga meledak.
Tsukishima ikut masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang keluarga. Dia sudah familiar dengan rumah Hinata karena sudah sering main ke sini. Ia juga akrab dengan anggota keluarga Hinata yang lain. Namun kebetulan karena ini hari terakhir sekolah, orangtua Hinata sudah berangkat ke kota bersama adiknya untuk pergi liburan. Jadi hanya ada mereka berdua di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA