Kenma melajukan mobilnya seperti orang kesetanan. Setelah mendengar cerita Kiyoko, dia segera menuju ke tempat Shoyo.
"Shoyo bukan ayah biologis Haru. Aku bertemu Shoyo saat di RS. Dia baru saja mendapat jadwal untuk operasi punggung nya. Dia mengantar ku ke tempat Tanaka, ayah kandung Haru. Namun Tanaka menolak ku dan menyuruh ku aborsi. Shoyo emosi dan memukul Tanaka, lalu mengatakan bahwa dia akan menikahi ku."
"Awalnya aku menolak, dan memilih aborsi juga, namun, aku tak pernah melihat Shoyo semarah itu. Akhirnya, aku menerima lamaran Shoyo. Aku tak punya pilihan lain. Saat itu aku masih kuliah, dan orang tuaku sedikit keras mengenai hamil tanpa suami."
"Shoyo berjanji, meski tidak akan bisa mencintai ku, dia akan mencintai anak ku. Aku tau bahwa dia mencintai mu, Kenma. Bahkan, dia menangis setelah mengantarkan undangan pernikahan padamu."
"Dia memperlakukan ku dengan baik. Selama tujuh tahun ini, dia tak pernah menyentuhku, aku sangat tau dia masih mencintai mu."
Kenma sampai di ambang pintu, melihat Shoyo yang sedang bercengkrama dengan muridnya, air mata membasahi pipinya. Dia melangkah menuju Shoyo yang terkaget melihatnya.
"Setelah kepergian mu, dia semakin yakin kalau kau marah padanya. Marah karena berhenti main voli dan merusak perjanjian. Tapi dia tetap menunggumu kembali, dia bilang, dia tetap ingin di dekatmu meski hanya sebagai teman lama, dia menunggu mu datang selama tujuh tahun ini, Kenma,"
"Kenma? Ada apa?" Shoyo terperangah melihat teman baiknya datang tiba-tiba.
Puk
Kenma menjatuhkan diri dalam pelukan Shoyo. Ikut duduk di lantai dan merengkuh pinggang ramping Shoyo. Memeluk layaknya anak yang merindukan ibunya."Ada apa Kenma? Kenapa menangis?" Shoyo khawatir melihat Kenma yang menangis sesenggukan dalam pelukannya. Dia balas memeluk dan mengelus belakang kepala Kenma.
Ding dong
Bel berbunyi. Saatnya anak-anak untuk bermain diluar."Ah, anak-anak, bisa temui Miname-sensei? Bermainlah bersamanya ya, nanti sensei akan menyusul," ujar Shoyo pada anak didiknya yang kini sudah menghambur keluar.
"Baik sensei," ucap anak-anak itu serempak.
"Kenma, tenanglah dulu. Ceritakan padaku, ada apa?" Shoyo mengangkat wajah Kenma, menatap mata basah itu.
Chuu
Dia mengecup bibir plum milik Shoyo. Membuat Shoyo sontak kaget dan memerah."Kau lah yang harusnya menceritakan padaku. Kenapa kau menanggung semuanya sendirian, hikks," akhirnya Kenma membuka mulut untuk bicara.
"Apa maksu--"
"Kenapa Shoyo? Kenapa kau merahasiakan tentang punggung mu? Tentang kau yang berhenti bermain voli? Tentang kau yang bertanggung jawab untuk Kiyoko? Kenapa Shoyo? Kenapa tidak mengatakan apa-apa padaku?" Wajah Kenma memerah. Dia marah dan sedih. Namun lega di saat bersamaan. Ternyata cintanya bukan sepihak.
"Aku, aku berniat. Namun, saat menghadapi mu, dan mendengar kau menyayangkan keputusan ku berhenti, membuatku ciut. Aku merasa, tanpa voli, aku tak ada harganya bagimu," kini gantian Hinata yang tertindas kesedihan.
"Apa maksud mu?" Kenma marah. Dia kesal.
"Kau bilang sebagai 'teman' kau 'menyayangkan aku berhenti', mendengar dua kata itu, nyaliku ciut, dan berpikiran begitu. Bahkan, kau tidak datang saat pernikahan ku, padahal sekali lagi aku ingin berkata jujur, Kiyoko mendesak ku untuk terbuka padamu, namun aku tak melihat mu. Keesokan harinya aku dengar kau pindah ke luar negeri, dan ya, aku semakin yakin kalau aku sudah tak berharga lagi bagimu," jelas Shoyo panjang lebar. Air matanya ikut menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA