Photograph

661 67 23
                                    


"Shoyo, hari ini ada acara makan malam bersama anak jurusan lain, kamu skip lagi?" Laki-laki cantik berbintik imut di pipi itu bertanya sambil menoleh ke bangku di belakangnya. Bertanya pada laki-laki yang tak kalah cantik juga dengan surai dan manik jingganya.

"Iya. Sampaikan maaf ku, ya. Kalau makan di restoran mungkin aku ikut, tapi kalau di bar aku skip. Kamu tau, kan, aku tidak minum," jawab si jingga yang tadi ditanyai.

"Huh, umur segini tidak minum? Memangnya kamu bayi?" Dengus si cantik berbintik.

"Aku minum, tapi kalau—"

"Ya, ya. Kalau kekasihmu bersamamu. Ah, oke lah kalau gitu. Nanti aku sampaikan pada yang lain," ia memotong perkataan si jingga. Kembali menghadap ke depan. Mereka masih berada dalam kelas siang. Harusnya beberapa menit lagi selesai.

"Humm, gomen-nee, Yamaguchi," ucap si jingga.

"Ya, tidak masalah. Aku heran, kenapa kamu sangat setia pada dia yang tak bisa digenggam? Padahal kamu itu pujaan banyak orang di sini. Bahkan klub kita ramai juga karena ada kamu di dalamnya. Bukannya aku menyalahkan mu, namun, sayang potensi mu disia-siakan. Kamu bisa saja jadi yang paling populer, meski sudah populer namun kurang aktif, di kampus ini." Yamaguchi mengecek ponsel dan mengirim pesan bahwa temannya tidak hadir.

"Karena aku menyayanginya, Yamaguchi," jawab si jingga.

"Sesimpel itu, Shoyo?" Yamaguchi bertanya sekali lagi.

"Benar, sesimpel itu," jawab Shoyo memastikan.

Yamaguchi memutar bangku, menghadap Shoyo. Untung saja dosen sudah pergi dan kelas belajar mandiri hingga bel berbunyi.

"Humm, kita sudah berteman sejak awal semester dan sekarang hampir akhir semester. Dan, tidak pernah sekalipun aku melihatmu bertemu dengan kekasihmu itu. Shoyo, benarkah dia masih padamu?" Tanya Yamaguchi dengan pandangan kasihan.

Shoyo hanya tersenyum melihat keprihatinan yang ditunjukkan Yamaguchi. Itu memang benar, malah sudah satu tahun dia dan sang kekasih tidak bertemu. Sejak masuk kuliah, Shoyo menetap di Tokyo sedangkan kekasihnya kuliah di luar negeri. Jarak yang tidak dekat ini membuat mereka harus menjalani kisah cinta tanpa berjumpa.

"Awalnya aku juga ragu, sama seperti yang kamu pikirkan. Namun, semakin lama kami menjalani hubungan ini, semakin aku mencintainya. Perjumpaan lewat media komunikasi membuat rindu semakin membuncah. Rindu yang seakan ingin meledak tapi tetap tertahan. Itu memberikan sensasi yang berbeda namun menyenangkan," ujar Shoyo.

Yamaguchi mulai sedikit tertarik. Sesungguhnya, meski mereka berteman akrab, ia tak pernah menanyakan sesuatu yang pribadi seperti ini. Lagipula, jika Shoyo tidak bercerita duluan, Yamaguchi segan untuk bertanya. Ia tak mau dicap ikut campur.

"Boleh aku tau bagaimana kalian memutuskan untuk menjalani cinta jarak jauh ini?" Tanya Yamaguchi sambil berpangku dagu. Ia sedikit penasaran. Bagaimana caranya orang itu bisa mendapatkan hati si Hinata Shoyo yang terkenal akan kecantikannya. Hinata Shoyo yang banyak mendapat ungkapan cinta namun selalu ia tolak.

"Humm, kami bertemu saat pertandingan voli di SMA. Dia adalah senior temanku ketika SMP. Dia yang seorang setter mendekatiku dengan alasan ingin latih tanding. Melalui temanku, kami sering bertemu." Ujar Shoyo menjelaskan.

"Wow, modus?"

"Haha, tidak. Dia benar-benar hanya berlatih denganku. Kami saling berbagi tips dan trik main voli. Lalu setelah agak lama berlatih bersama, kami mulai bertemu berdua saja, tanpa temanku menemani."

HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang