Tubuhku terasa ringan. Meski belum bisa melihat apa-apa, namun aku yakin tengah menggenggam tangan seseorang.Perlahan, ku buka mata dengan pelan. Takut-takut jika yang ku lihat nanti tak seperti keinginan.
Namun, itu persis seperti yang ku mau.
Wajah tersenyum Oikawa meyambut ku, hangat. Ia menarik tanganku, kami berlari bersama. Entah kemana.
Semua terasa tenang dan indah. Bibirnya seolah berkata sayang, namun suaranya tak dapat ku dengar. Di sini terlalu tenang dan senyap.
Tiba-tiba sesuatu menahan pergelangan kakiku. Aku mendadak berhenti dan genggaman tangan Oikawa terlepas.
Ku lihat ke bawah, hanya kegelapan yang ada. Oikawa terus berlari meninggalkan ku, menjulurkan tangan yang tak sanggup ku gapai lagi.
Ia menjauh.
Semakin jauh.
Sangat jauh.
Aku sendiri.
Srukk.
Aku terbangun di ranjang apartemen ku. Rupanya itu hanya mimpi.
Benar.
Lagi-lagi aku memimpikan Oikawa.Cintaku, kekasihku. Oikawa-ku.
Aku memeluk lutut, merengkuh kepala, membenamkan dalam-dalam di kedua kaki. Menyentak kasar rambut dan berteriak depresi.
Aku sangat rindu.
Rindu pada pelukannya, sentuhannya, belainya, semua tentang dirinya.
Aku rindu Oikawa.
Cinta kami yang luar biasa hebat kalah oleh takdir dunia. Oikawa pergi meninggalkanku sendiri, menangisi hati yang perih karena ditinggal mati.
Empat bulan yang lalu terjadi kecelakaan pesawat, dan orang yang paling ku cinta berada di dalamnya. Menjadi salah satu korbannya.
Pesawat meledak di udara lalu jatuh ke laut. Baru delapan puluh persen dari penumpang yang jasadnya ditemukan. Dan Oikawa termasuk kedalam dua puluh persen yang belum ditemukan. Pencarian terus dilanjutkan tapi kesempatan seolah tidak akan ada lagi. Sudah terlalu lama waktu berlalu, empat bulan, itu tidak sebentar. Bahkan jika ditemukan, entah seperti apa jasad Oikawa nantinya. Namun, aku tetap ingin melihat orang yang ku cintai untuk terakhir kali. Meski hanya sejumput rambut dan sebutir kuku. Asal aku bisa menyentuhnya.
Sakit.
Sangat sakit. Lagi-lagi yang bisa kulakukan hanya menangis. Meraung perih karena cintaku telah pergi.
Semua janji dan rencana kami menguap bagai embun di pagi hari.
Pupus.
Kenapa ia harus pergi?
Kenapa?
Tidak bisakah aku dibawa juga?
Aku tak mau tinggal sendiri di sini tanpa dirinya.Aku tak mau.
Aku kembali merebahkan diri, memeluk sepi kepedihan di hati. Membisikkan pesan sayang pada cinta yang telah hilang.
Kamu sedang apa?
Apakah di sana kamu bahagia?
Di sini aku sangat rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA