Sudah dua kali aku menghadiri kencan buta minggu ini. Dan dua-duanya tidak ada yang menarik hatiku.
"Rin, menikahlah! Kakek mau cicit!"
"Apa kau tidak kasihan melihat Kakekmu sedih karena tidak punya cicit sementara teman Kakek memamerkan cicit mereka!"
Hah.
Ucapan si tua bandotan itu selalu menghantui hari-hariku. Aku sudah sangat lelah dengan perjodohan yang tidak berkesudahan ini. Kuakui memang usiaku sudah cukup dewasa untuk melajang–tiga puluh enam tahun– tapi aku belum menemukan orang yang cocok. Tidak ada yang bisa membuatku turn on. Bagaimana aku bisa punya anak kalau milikku tidak bereaksi. Ini membuatku frustasi hingga aku berfikir kalau aku mengalami impotensi dini.Sialan!
Tidak mungkin aku mengatakan bahwa ini adalah alasan aku tidak menikah. Yang ada Kakek akan berubah dari juru jodoh menjadi tabib dadakan. Dia pasti akan sibuk mengurusi kejantananku supaya kembali sehat.Hufft, Kakek. Hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku tidak bisa mengabaikannya terus-menerus. Namun, tidak ada yang bisa kulakukan.
"Haruskah aku mencari seorang wanita hamil dan membeli anaknya? Kakek tidak akan mempermasalahkan siapa yang menjadi istriku selama dia mendapatkan cicit, bukan?"
"Tidak. Tuan Besar pasti akan tau. Bahkan sebelum bayi itu lahir, dia sudah tau siapa bapak dari bayi tersebut." Miya Osamu, Kepala Sekretaris ku, sekaligus teman kecil yang menyebalkan.
"Tch." Aku menatapnya sinis. Yang dia katakan itu fakta. Tua bangka itu bukan orang yang bisa dikibuli.
"Apa yang harus kulakukan!? Ugh!" Aku mengerang frustasi. Belum cukup masalah pekerjaan, masalah kejantanan juga membuatku stress. Menyebalkan! Apa gunanya punya barang kalau tidak pernah tegang!
"Coba orientasi lain, mungkin itu bisa membuatmu turn on." Osamu memberikan usulan.
"Bodoh, laki-laki mana bisa hamil! Jangan bercanda!"
"Makanya dengarkan aku dulu, bodoh!" Dia memukul kepalaku dengan papan kerani yang keras itu. Ugh, kalau bukan teman sudah ku pecat anak kurang ajar ini. Tapi dia juga satu-satunya orang yang tau masalahku, sih.
"Jika benar orientasi seksual-mu menyimpang, aku punya solusi. Kau bisa bermain dengan orang itu hingga keluar. Saat nanti air manimu sudah muncrat, segera simpan dan sisipkan. Yang kita butuhkan adalah manimu, bukankah itu yang menjadi masalah selama ini? Kau bahkan tidak pernah onani seumur hidup."
"Lalu? Mani itu akan terbang sendiri ke dalam rahim wanita, begitu?"
Plak.
Lagi, dia menggeplak kepalaku.
"Apa kau hidup di zaman batu? Teknologi sekarang sudah canggih, bodoh. Kau bisa menyuntikkan spermamu pada rahim seorang wanita. Lalu itu akan 100% menjadi anak kandungmu. Banyak wanita yang rela menyewakan rahimnya demi uang. Intinya, buat milikmu tegang dan mengeluarkan sperma. Aku akan mengurus sisanya." Osamu melanjutkan. Wajahnya menjadi semakin kesal karena punya atasan sebodoh ini.
"Ahh, benar juga. Terimakasih, Osamu-kun, kau yang terbaik!" Aku bangkit dan menciuminya yang tentu saja lagi-lagi mendapat pukulan di wajah tepat sebelum bibirku menyentuh pipinya. Huh, apa dia tidak tau kalau wajah ini adalah wajah keluarga Suna?
"Tak usah beromong-kosong, cukup beri aku libur minggu depan. Adik sepupuku datang ke Jepang.
"Eh? Kau punya saudara selain Atsumu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA SHOYO X ALL [ONE-SHOT] inspired by: YouTube
FanfictionPINDAH KE BOOK SATUNYA, YA