11 'Gaby gue'

11.4K 2K 2K
                                    

Annyeong! how was your day?

As always tekan bintang, banjirin komen dan share ke teman-teman yaa❤️

As always tekan bintang, banjirin komen dan share ke teman-teman yaa❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kennan mengepulkan asap rokok dari hidungnya. Sebelah tangannya berpegangan pada besi dipinggir balkon. Ia menghirup dalam-dalam udara malam hari sehabis hujan ini.

Akhirnya setelah hampir 5 jam ia berada di ruangan laknat itu, Jafir memintanya untuk kembali ke kamar. Ia belum sempat makan siang bahkan makan malam. Kennan ingin menemui bundanya tapi sadar jika dibawah masih ada pria tua itu.

"Ken!"

Kennan menginjak asap rokoknya sebelum Starla sampai dibalkon. Ia tetap pada posisinya.

"Kok bau rokok, lo ngerokok lagi, Ken?" tanya Starla.

Oke Kennan kurang pintar untuk itu, jelas saja bau asap rokok. Rokoknya saja baru ia matikan beberapa detik lalu.

Kennan diam, ia mendudukan dirinya pada ayunan yang ada di balkon. "Lo nggak pulang?"

"Gue nanya, Ken. Jangan nanya balik."

"Iya."

"Ken, lo nggak kasihan sama bunda, ayah? lo lupa beberapa bulan lalu, lo masuk rumah sakit gara-gara kebanyakan rokok?" tanya Starla.

"Mending lo pergi, kalau cuma pengen nasihatin gue."

"Sorry." Starla menghela napas panjang. Ia mengusap lengannya yang terasa dingin. Jujur saja ia tidak berani pulang, bukan karena ada masalah dengan orang tuanya, tapi ia takut jika Jafir kembali menghukum Kennan disaat dirinya kembali ke rumah.

Toh Juan dan Prita juga membolehkan dirinya menginap. Starla bisa tidur dimana saja, selain kamar Kennan.

"By, gue boleh minta sesuatu?" tanya Kennan memecah keheningan di antara mereka.

"Apa?"

Kennan berdiri menghampiri Starla. Ia langsung memeluk erat tubuh mungil Starla. Laki-laki itu menaruh dagunya di atas kepala Starla.

"Ken."

"Bentar aja, By. Gue capek."

Starla mengangguk. Ia melepaskan pelukannya sejenak, gadis itu mencopot sandal rumahannya dan naik ke kursi lalu merentangkan tangannya. "Peluk gue sepuas lo."

Tanpa banyak berpikir, Kennan kembali memeluk Starla. Kali ini ia bisa menaruh kepalanya dibahu gadis itu. Starla bagi Kennan salah satu tempat ternyamannya bahkan disaat-saat seperti ini.

Hanya Starla yang berani menerobos masuk jauh ke hidupnya. Terlepas jika gadis itu merupakan teman kecilnya, Starla juga memahami semua tentang dirinya, kecuali perasaannya.

"It's okay to cry, Prince." Starla mengusap kepala Kennan pelan. Ia tidak bermaksud menganggap Kennan lemah, tapi siapapun yang berada diposisi Kennan pasti akan merasakannya. Kennan tidak lemah.

KENNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang