17 'Is Her?'

10K 1.7K 2K
                                    

Selipin komen tiap paragraf ya sayang ya❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selipin komen tiap paragraf ya sayang ya❤️

"Nggak bisa, Prince. Hidup Cila udah lebih baik. Kalau kamu tiba-tiba datang dan nanya ke dia, atau minta dia untuk jelasin ke adiknya Marvin. Gimana jadinya?" tanya Juan.

"Kennan bener, Yah. Kalau ayah ngehalangin Kennan untuk ketemu Cila, hidup Ken yang nggak bisa baik-baik aja!" bantah Prita.

Juan menggeleng. "Cila nggak bisa disangkut-sangkutin lagi, Bun. Alasan Marvin mengincar Dafi sudah jelas. Jadi peran Cila selesai."

"Tapi Kennan juga perlu ngebuat adiknya Marvin tau, supaya berhenti ngincar dia, ayah!" Prita menatap suaminya tajam. "Dan satu-satunya cara cuma dari Cila!"

"Ken mau sendiri." di tengah panasnya perbedaan pendapat antara Juan dan Prita, Kennan memilih untuk mengusir mereka secara halus.

Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin kalut dan bersikap kasar disini. Dan apapun alasan Ayahnya menentang keingingannya untuk bertemu Cila, Kennan akan tetap mencari Cila.

"Maafin bunda ya, Ken. Bentar bunda ambilin obat dulu."

"Ken mau sendiri." Kennan kembali mengulang ucapannya.

"Ken, tangan kamu luka, loh. Nanti infeksi, gimana?"

"Ken mau sendiri, bunda."

Prita mengkode Juan untuk pergi terlebih dulu. Jika keberadaannya membuat Kennan tidak ingin diobati, maka satu-satunya cara hanya Starla.
Prita hafal tabiat putranya.

"Yaudah bunda ke bawah, kalau ada apa-apa panggil bunda, ya." Kennan mengangguk.

Jika ada waktu untuk mengeluarkan pendapat, Kennan ingin mengatakan jika Ayahnya tidak jauh beda dari kakeknya. Selalu menghalangi jalannya untuk bebas.

Mata Kennan menatap pecahan kaca yang berserakan dilantai kamarnya. Ia tak berniat membersihkannya, laki-laki itu membaringkan dirinya di ranjang empuk miliknya. Ia juga sedikit tak menyangka kaca yang cukup tebal itu bisa pecah dalam sekali pukul.

Drt...drt...

Mata Kennan langsung menilik ponselnya yang berada di nakas, sebelah tangannya langsung terulur mengambil ponselnya.

Bumi is calling...

"Hm, malem? ya nanti gue kesana."

Tut...tut. Kennan mematikan panggilan telepon lalu menatap jam dilayar ponselnya. 17.15. Masih lama. pikirnya.

Kennan masih enggan bangkit dari kasur, ia bahkan belum sempat mengganti seragamnya. Laki-laki itu menutup matanya kala dirasa berat. Hampir lima belas menit, Kennan sudah masuk jauh ke dalam mimpinya.

Hingga seseorang datang ke kamarnya. Orang itu terkejut saat melihat pintu kamar Kennan yang rusak dan pecahan kaca dilantai kamar laki-laki itu.

"Lo kalau kumat serem, Prince."

KENNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang